Sukses

Hacker Rusia Diduga Retas 195 Situs Terkait Donald Trump

Serangan siber itu diduga dilakukan pada 2013. Dicurigai, terkait dengan dugaan skandal keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS 2016.

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah laporan dari kantor berita asal Amerika Serikat menyebut, sekitar 195 laman elektronik milik atau yang berkaitan dengan Presiden AS Donald Trump beserta keluarga dan entitas bisnisnya, pernah diserang oleh peretas dari Rusia. Penyerangan siber itu diduga dilakukan pada tahun 2013.

Laporan dari Associated Press itu (5/11/2017) muncul di tengah maraknya penyelidikan atas dugaan kedekatan Rusia dengan Presiden Trump dan campur tangan Moskow dalam Pilpres AS 2016 lalu.

Menurut analisis yang dilakukan oleh AP beserta sejumlah pakar menunjukkan, serangan siber itu berupa malware, ransomware, dan redirecting IP virus.

Analisis juga menunjukkan, dalang di balik serangan itu diduga memiliki IP adress di St. Petersburg, Rusia.

Situs yang terdampak di antaranya, donaldtrump.org, donaldtrumpexecutiveoffice.com, donaldtrumprealty.com, dan barrontrump.com. Analisis menunjukkan, serangan siber itu terjadi menjadi dua gelombang sepanjang Agustus - September 2013.

Pelaku meretas laman tersebut dan mengubah registrasi domainnya ke alamat IP milik peretas di St. Petersburg. Kemudian, pelaku menanam virus yang disamarkan di dalam laman tersebut guna mengelabui para pengunjung situs agar memberikan informasi pribadi mereka.

Peretas juga diduga menanam sejumlah malware dan ransomaware dalam laman tersebut untuk mencuri file serta dokumen pribadi milik pengunjung situs.

Dan selama proses itu, pengunjung tidak akan menyadari bahwa mereka telah menjadi korban peretasan.

Sebagian besar dari sekitar 195 situs itu memang tidak digunakan oleh Donald Trump secara pribadi. Namun, sejumlah di antaranya dikelola oleh pihak Trump Organization (entitas bisnis yang dikelola oleh Donald Trump dan keluarga).

Meski begitu, basis server sebagian besar situs itu tidak bersumber dari server Trump Organization.

Ketika dimintai keterangan oleh AP, pihak Trump Organization membantah laporan tersebut.

Sedangkan pihak Gedung Putih enggan berkomentar dan menyarankan para jurnalis untuk merujuk penjelasan dari Trump Organization.

Sementara itu, Biro Federal Investigasi AS (FBI) -- yang saat ini tengah melakukan penyelidikan skandal peretasan Rusia dalam Pilpres AS 2016 -- tidak memberikan komentar ketika dimintai keterangan oleh AP.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terkait Skandal Peretasan Rusia dalam Pilpres AS 2016?

Serangan siber terhadap sekitar 195 situs itu terjadi jelang kunjungan Donald Trump ke acara Miss Universe di Moskow pada 9 November 2013 lalu.

Namun, para analis masih belum mengetahui siapa dalang di balik serangan, motif mereka, serta para korban yang terdampak.

Tak jelas juga, apakah dalang peretas 195 laman elektronik Trump itu merupakan sosok yang sama yang terlibat dalam skandal peretasan konten e-mail Hillary Clinton dan Partai Demokrat tahun 2016.

Pakar juga belum mengetahui secara pasti apakah serangan tersebut terkait dengan skandal peretasan Rusia dalam Pilpres AS tahun lalu.

Temuan itu merupakan informasi baru di tengah skandal peretasan Rusia yang diduga mencampuri Pilpres AS 2016 -- sebuah skandal yang dicurigai oleh para pejabat intelijen AS sebagai upaya Moskow untuk melemahkan Capres Hillary Clinton dan menguntungkan Donald Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.