Sukses

China Hidupkan Jalur Sutra Baru, Apa Manfaatnya Bagi Indonesia?

Indonesia dikenal memiliki hubungan kerja sama strategis dengan China.

Liputan6.com, Jakarta - Ambisi China untuk menghidupkan kembali Jalur Sutra modern bertajuk One Belt One Road (OBOR), kian menjadi perbincangan hangat baik dari media lokal maupun mancanegara.

Jalur Sutra kuno tersebut akan melalui dua sumbu utama, yaitu Sabuk Ekonomi Jalur Sutra atau Silk Road Economic Belt (Jalur Sutra Darat) dan 21st Century Maritime Silk Road (Jalur Sutra Laut).

Belakangan, dua konsep tersebut melahirkan Belt and Road Initiative (BRI) yang dipandang luas sebagai kebijakan luar negeri dan strategi ekonomi Tiongkok.

Dalam Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP 2017) yang dilaksanakan di The Kasablanka Jakarta, Sabtu (21/10/2017) turut dibahas pula isu ambisi China tersebut.

Salah satu panelis yang memaparkan pandangannya tentang kebijakan OBOR adalah Dr. Siswo Pramono, Kepala BPPK Kemlu.

Menurut Siswo, ada manfaat tersendiri bagi Pemerintah Indonesia apabila tergabung dalam keanggotaan.

"Pemerintah Indonesia kian gencar membangun infrastruktur di dalam negeri. Sesuai arahan dari Presiden RI Joko Widodo," ujar Siswo.

"Hal ini dianggap sejalan dengan ambisi China yang ingin membangun Jalur Sutra. Lewat cara ini pemerintah terus mengajak negara lain untuk berinvestasi dan membangun infrastruktur di Indonesia, salah satunya China," tambahnya.

Meski begitu, Indonesia tak hanya punya hubungan kerja sama strategis dengan China saja. Ada 17 negara lain di antaranya Jepang dan Australia.

Sementara itu, menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian RI Ngakan Timur Antara, ada dan tidak adanya OBOR, Indonesia sudah memulai beberapa proyek infrastruktur.

"Menurut saya, OBOR berkaitan dengan kesempatan dan tantangan. Jadi Indonesia harus mempersiapkan diri apabila bergabung dalam kebijakan ini," ujar Ngakan.

"Indonesia harus tahu betul seperti apa kesempatan dan tantangan yang harus dihadapi. Pasalnya hal ini akan sia-sia apabila Indonesia tak memahami kondisi ini," tambahnya.

Sebagai perwakilan dari Kementerian Perindustrian RI, Ngakan menjelaskan bahwa kebanyakan produk Indonesia berasal dari bahan olahan. Maka dari itu Indonesia harus melihat peluang ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.