Sukses

Misteri 'Gerbang Neraka' di Tengah Gurun Arab Saudi

Liputan6.com, Riyadh - Struktur batu kuno itu berusia ribuan tahun, jumlahnya sekitar 400 buah, letaknya jauh di tengah gurun Arab Saudi. Desainnya yang mirip gerbang, terkuak dari analisis foto satelit yang dilakukan peneliti dari University of Western Australia, David Kennedy.

Dari udara, penampakannya mirip gambar gerbang tradisional seperti yang kerap ditemukan di ladang-ladang petani. Hingga saat ini, para arkeolog masih mencari tahu, siapa dan untuk apa struktur batu itu dibuat.

Apalagi, lokasinya mengarah ke sebuah kubah lava kuno di area vulkanik (volcanic field) Harrat Khaybar, yang berada di utara Madinah.

Diduga, saat dinding batu itu didirikan, kubah lava tersebut masih aktif -- dengan lava basaltik dan asap beracun. Itu mengapa, struktur kuno tersebut dijuluki "gerbang neraka". 

Seraca periodik, lava panas yang tumpah bisa mengalir ke sisi kubah dan turun ke bawah, menciptakan "kolam" larutan magma. Diduga karena itulah, dinding dari batuan kasar didirikan.

"Identifikasi, pemetaan, dan interpretasi terkait penanggalan dalam urutan pengerjaan -- itu mungkin penjelasan awal yang kami dapatkan mengenai struktur tersebut. Namun, belum diketahui apa tujuannya dibangun di ladang lava yang suram, tak ramah untuk ditinggali, dengan sedikit air dan tumbuhan," kata Profesor David Kennedy, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (21/10/2017).

Atau dengan kata lain, untuk apa orang pada masa lalu susah-susah membangun sesuatu di lokasi yang tak layak dihuni manusia?

Namun, di sisi lain, lokasi mungkin jadi kata kuncinya.

Sejumlah penampakan gerbang yang ditemukan di area vulkanik Harrat Khaybar, Arab Saudi (Pictures: D. Kennedy, Arabian Archaeology and Epigraphy)

Ini bukan kali pertamanya struktur seperti itu ditemukan di lokasi yang tak ramah. Mungkin kondisi di sana dulu jauh berbeda dengan saat ini.

"Medan lava sering kali kaya dengan peninggalan arkeologi, yang mengindikasikan kondisi yang lebih lembap dengan tumbuhan yang melimpah pada masa lalu. Penelitian lapangan baru-baru ini, yang menemukan indikasi keberadaan sebuah permukiman yang mendukung hipotesis tersebut," kata Profesor Kennedy.

Ia menyebut, di medan lahar di Yordania yang telah dieksplorasi lebih baik, ada ribuan bangunan batu di sana. "Yang dikenal orang Badui sebagai 'karya orang tua'," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berusia Lebih dari 9.000 Tahun

Sementara, sejumlah bagian dinding batu di Arab Saudi terkubur oleh aliran lahar -- yang bisa menjadi indikator pasti usia mereka. Tingginya tak cukup mumpuni untuk menahan ternak kabur.

Bentuknya juga tak seragam. Ada yang mirip 'l', lainnya persegi panjang. Kebanyakan panjangnya mencapai 200 meter. Yang terbesar membentang 519 meter.

Para peneliti, yang akan memublikasikan temuannya itu di jurnal Arabian Archaeology and Epigraphy, juga menemukan bukti fotografi tentang keberadaan struktur lain di daerah tersebut.

Hal itu mengindikasikan, masih ada banyak struktur kuno yang tersembunyi di balik hamparan pasir, reruntuhan, dan aliran lava yang membeku.

Sejumlah foto satelit menguak penampakan perangkap batu (kites) untuk mengurung hewan. Selain itu, ada struktur mirip roda dan apa yang tampak sebagai gundukan kuburan batu (cairns).

Struktur kuno lain juga ditemukan di area vulkanik Harrat Khaybar, Arab Saudi ( Pictures: D. Kennedy, Arabian Archaeology and Epigraphy)

"Karya yang dikenal sebagai Kites -- yang merupakan perangkap hewan -- mungkin berusia 9.000 tahun. Dalam beberapa kasus, itu didirikan di atas gerbang yang berusia lebih tua," kata Kennedy.

Diduga, gerbang-gerbang tersebut berusia lebih dari 9.000 tahun, mengarah pada zaman Neolitikum.

Ada sejumlah tantangan yang dihadapi arkeolog untuk mengunjungi situs itu lebih rinci, untuk menguak misteri di balik keberadaannya. Selain lokasinya terpencil, sama sekali tak mudah untuk mencapai lokasinya di tengah gurun yang tak manusiawi. 

Padahal, sampel perlu dikumpulkan dari medan lava, untuk diuji dengan teknik penanggalan karbon dan sejumlah parameter lainnya. 

Meski demikian, para arkeolog mensyukuri kemajuan teknologi, yang memungkinkan peninggalan-peninggalan kuno di lokasi tak terjamah, diketahui keberadaannya. 

"Ketersediaan citra satelit beresolusi tinggi dari Arab Saudi, pada platform yang tersedia untuk umum seperti Google Earth dan Bing Maps telah mengubah arkeologi," kata Profesor Kennedy.

"Hanya dalam beberapa tahun puluhan ribu situs yang sebelumnya tidak tercatat dan hampir tidak dikenal di dunia akademis telah dipetakan."

Situs "gerbang neraka", kata dia, kali pertama ditemukan oleh orang awam yang menyisir foto-foto satelit. Mereka adalah sekelompok warga Arab Saudi, non-arkeolog yang tergabung dalam Desert Team, yang berkomitmen mengeksplorasi warisan budaya negara mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.