Sukses

Ini Bukti Kanibalisme di Kelompok Simpanse Liar?

Liputan6.com, Kyoto - Hanya beberapa saat setelah kelahiran bayi simpanse, seekor simpanse jantan dewasa menculik bayi itu dari si induk dan kemudian menyantapnya, demikian menurut suatu penelitian baru yang pertama kalinya mendokumentasikan perilaku kanibalisme tersebut.

Menurut para peneliti, temuan teranyar itu – bersama-sama dengan beberapa penelitian lain – menengarai bahwa simpanse-simpanse betina mungkin bersembunyi untuk "cuti hamil" sebelum melahirkan demi menghindari kematian bayinya.

Para peneliti mengungkapkan perilaku keji tersebut ketika membuntuti 21 simpanse di Pegunungan Mahale, di pantai timur Danau Tanganyika yang terletak di barat Tanzania.

Seperti dikutip dari livescience.com pada Rabu (18/10/2017), para peneliti cukup beruntung bisa menyaksikan kelahiran bayi simpanse di alam liar. Peristiwa itu sangat langka bagi para peneliti.

Pada 2014, hanya beberapa detik setelah induk bernama Devota itu melahirkan bayinya di hadapan kerumunan simpanse lain, seekor pejantan bernama Darwin mencuri bayi tersebut dan lari ke semak-semak.

Simpanse jantan bernama Darwin sedang memegang bayi milik Devota. (Sumber Kyoto University/Hitonaru Nishie via Live Science)

Devota bahkan tidak sempat menyentuh bayinya, demikian menurut pengamatan para peneliti. Darwin diketahui adalah pejantan yang berada pada peringkat tiga dalam kelompok simpanse tersebut.

Para peneliti kemudian menyaksikan Darwin menyantap bayi itu. Setelah itu, tiga ekor simpanse lain menyusul mendekati Darwin dan mencuil sebagian daging bangkai mungil tersebut.

Keesokan harinya, para peneliti membuntuti Darwin. Pejantan itu mengalami diare parah, tapi para peneliti tidak bisa menemukan tulang-tulang ataupun bulu-bulu korban dalam tinja Darwin.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cukup Sering Terjadi

Danau Tanganyika. Di tepi timurnya terdapat Taman Nasional Pegununan Mahale. (Sumber Wikimedia Commons)

Penelitian sebelumnya mencakup banyak kasus pembunuhan bayi (infanticide) oleh pejantan-pejantan primata. Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa praktik itu memicu hewan-hewan betina untuk kawin lagi.

Dengan demikian, para pejantan yang membunuhi bayi-bayi hewan mendapat kesempatan mendapatkan keturunan melalui bayi berikutnya.

Sebelum penelitian ini, para peneliti belum pernah melihat pembunuhan bayi segera setelah kelahiran di kalangan simpanse liar.

Ditengarai dari penelitian sebelum ini, para peneliti jarang menyaksikan kelahiran simpanse karena induk yang hamil sedang "cuti hamil" dan melahirkan sendirian saja.

"Hal 'cuti hamil' di kalangan simpanse liar mungkin merupakan stragegi menghindarai risiko infanticide segera setelah kelahiran,” kata pimpinan penulisan penelitian Hitonaru Nishie kepada Live Science. Nishie adalah seorang ahli primatologi di Kyoto University, Jepang.

Kasus infanticide pada 2014 itu mungkin kelahiran pertama bagi Devota dan para peneliti belum pernah menyaksikan pembunuhan bayi sebelum kelahiran tersebut.

Saat itu Devota diduga belum berpengalaman sehingga ia tidak mengasingkan diri untuk melahirkan, demikian menurut para peneliti.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

3 dari 3 halaman

Dari Mana Simpanse Belajar Tentang Cuti Hamil?

Bayi simpanse berikutnya dari induk bernama Devota. Bayi simpanse itu lahir pada 2106. (Sumber Kyoto University/Michio Nakamura via Live Science)

Untuk memastikan bahwa induk simpanse yang hamil melakukan cuti, para peneliti menganalisa seberapa sering mereka melihat simpanse betina hamil dan tak hamil dalam rentang waktu 1990 hingga 2010.

Mereka mengungkapkan bahwa induk-induk yang hamil biasanya menghilang dari kerumunan pada 7 hingga 18 hari sebelum melahirkan.

Para peneliti juga mengamai bahwa Devota sukses melahirkan seekor bayi lagi pada 2016. Saat itu, menurut Nishie, "Devota melakukan cuti hamil selama sekitar 1 bulan."

Penelitian berikutnya akan melakukan investigasi bagaimana simpanse-simpanse betina belajar melakukan cuti hamil, saatnya mereka harus cuti, dan apa yang dilakukan ketika sedang cuti, demikian menurut Nishie.

Nishie dan rekannya bernama Michio Nakamura dari Kyoto University membeberkan temuan mereka secara daring melalui American Journal of Physical Anthropology pada 6 Oktober lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.