Sukses

Tak Lagi Jadi Perisai Manusia ISIS, Perempuan Ini Copot Burka

Wanita yang diselamatkan oleh pasukan Kurdi tersebut sebelumnya disandera untuk dijadikan perisai manusia oleh ISIS.

Liputan6.com, Raqqa - Ketika lebih dari 90 persen kota Raqqa direbut dari ISIS, seorang wanita meluapkan kebahagiaannya dengan caranya sendiri, ia melepas burka yang dipakainya.

Luapan kegembiraan itu terekam dalam video yang kemudian diunggah ke laman berbagi video oleh Kesatuan Perlindungan Rakyat (YPG), bagian dari pasukan Kurdi yang melakukan perlawanan terhadap ISIS.

Wanita itu kemudian terlihat mengangkat dua tangannya ke udara dan memeluk prajurit-prajurit di sekitarnya.

Seperti dikutip dari News.com.au pada Rabu (18/10/2017), keterangan video menyebutkan, "Beberapa saat setelah diselamatkan dari ISIS, wanita ini mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa."

Awalnya, wanita itu terlihat memasuki kota dan kemudian merobek burka sementara pasukan koalisi menggiring warga sipil ke tempat aman.

Ia lalu sujud syukur mencium tanah, memamerkan lambang perdamaian sambil melompat gembira.

(Sumber Twitter/@nazimoo04)

Beberapa kelompok wanita yang semuanya berpakaian serba hitam terlihat berjalan bersama anak-anak mereka. Dalam iringan ada beberapa pria pengguna kursi roda. Beberapa orang lagi menggunakan tongkat.

Menurut pengamatan News.com.au, wanita yang diselamatkan oleh pasukan Kurdi tersebut sebelumnya disandera untuk dijadikan perisai manusia oleh ISIS.

Setidaknya 400 warga sipil digunakan menjadi perisai manusia ketika kelompok teroris tersebut berusaha melarikan diri dari Raqqa yang oleh Reuters disebut telah digunakan menjadi pangkalan untuk melakukan serangan.

Di bawah pendudukan ISIS, kaum wanita diwajibkan mengenakan burka hitam. Penguasa khilafah itu bahkan memiliki Hisbah, yaitu kesatuan keamanan khusus untuk mengawasi saat pelaksanaan.

(Sumber Twitter/@em_bernadin)

Selama ini sudah cukup banyak cuplikan-cuplikan suram di bawah rezim ISIS, tapi inilah pertama kalinya gambaran kejadian yang oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) disebut sebagai “evakuasi warga sipil.”

Hal tersebut dimungkinkan setelah pasukan ISIS yang tersisa setuju untuk menyerah.

Rojda Felat, salah satu komandan YPG, mengatakan, "Ketika mereka yang diselamatkan mulai berbicara, mereka menceritakan betapa ISIS telah menyiksa. ISIS tidak mengizinkan mereka meninggalkan kota."

"Situasi warga sipil sudah mengerikan."

Dalam beberapa hari terakhir, sudah lebih dari 1000 warga sipil berhasil diselamatkan.

 

 

Simak luapan kebahagiaan warga sipil Raqqa berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Silahkan Memilih Menyerah atau Mati

(Sumber Twitter/@nazimoo04)

Bersamaan dengan itu, Talal Silo, juru bicara Pasukan Demokratik Suriah, menjelaskan bahwa pasukan-pasukan asing yang masih ada dalam kota ditunggui "hingga menyerah atau mati."

Lebih dari 270 anggota ISIS yang disebut "berandalan lokal" oleh pasukan koalisi telah menyerah bersama-sama dengan keluarga mereka. Tapi, beberapa teroris asing yang fanatic menolak untuk menyerah hingga peluru terakhir.

Meningat menipisnya amunisi dan perbekalan, pasukan-pasukan asing menghadapi nasib suram menjelang akhir pertempuran yang tinggal beberapa hari lagi.

Seorang pejabat mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan menyerah oleh sebagian kekuatan ISIS bertujuan untuk "menyelamatkan jiwa-jiwa tak bersalah dan memungkinkan Pasukan Demokratik Suriah dan koalisi untuk mengalahkan teroris Daesh di Raqqa dengan risiko yang lebih kecil terhadap warga sipil."

Seorang pejuang dari Kesatuan Pertahanan Wanita mengatakan bahwa "menyaksikan pembebasan warga sipil merupakan perasaan terbaik yang bisa dialami di sini."

Rekaman para pejuang ISIS yang menyerah jelas memperlihatkan para pria yang tergilas oleh perang. Menurut beberapa sumber, para pria itu dipindahkan ke penjara di kota yang berdekatan, Taqba, untuk menunggu interogasi dan pengadilan.

Melalui pernyataan para pemimpin suku di Raqqa disebutkan adanya "sejumlah kecil" petempur asing yang tersisa di "satu atau lebih posisi dalam kota, tanpa banyak pilihan selain menyerah atau mati."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.