Sukses

Korut: Donald Trump Adalah 'Pencekik' Perdamaian

Jelang latihan militer gabungan antara AS dan Korsel, Korut kembali melontarkan retorika anti-AS.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara melanjutkan retorika anti-Amerika Serikat. Teranyar, Korut menjuluki Presiden Donald Trump sebagai "pedagang perang dan pencekik perdamaian".

Surat kabar Korut, Rodong Sinmun dalam laporannya pada Minggu menyebutkan bahwa penjualan senjata yang dilakukan Trump ke Korea Selatan dan Jepang bertujuan memperkaya produsen senjata di AS, sementara di lain sisi memicu "reaksi cepat" di Semenanjung Korea. Demikian seperti dikutip dari CNN pada Minggu (15/10/2017).

Pada September lalu, sepekan setelah Pyongyang menembakkan rudal yang melintasi langit Jepang, Trump mengatakan, ia akan memberikan sekutu akses ke persenjataan AS.

"Saya mengizinkan Jepang dan Korsel untuk membeli peralatan militer yang sangat canggih dari AS," kicau Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump pada 5 September 2017.

Menurut penelitian yang disusun Stockholm International Peace Research Institute, Korsel merupakan pembeli senjata AS keempat terbesar pada periode 2011 hingga 2015.

Pernyataan Korut tersebut datang satu hari sebelum latihan militer gabungan AS-Korsel digelar pada 16-26 Oktober.

Latihan tersebut digambarkan sebagai operasi khusus maritim yang dilakukan oleh Armada ke-7 Angkatan Laut AS. Turut serta dalam latihan gabungan tersebut adalah kapal induk USS Ronald Reagan, dua kapal penghancur rudal, unit dari Angkatan Udara dan Angkatan Laut Korsel serta Angkatan Darat dan Udara AS. Demikian pernyataan otoritas AS.

Selain itu, USS Michigan, kapal selam yang dilengkapi dengan 154 rudal jelajah Tomahawk juga dikabarkan telah tiba di Busan pada Jumat lalu.

Korut dalam pernyataan terbarunya pun menyebutkan, "Di forum PBB, Trump menyerukan penghancuran total negara dan rakyat kita serta mendorong situasi di semenanjung ke ambang perang."

Dua hari sebelumnya, Korut juga telah memperbarui ancaman terhadap AS. Pyongyang memperingatkan bahwa "langkah sembrono" AS akan memaksa mereka untuk memgambil tindakan.

Korut pertama kali merilis ancaman bahwa pihaknya akan menyerang Guam pada Agustus lalu setelah Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa negara itu akan menghadapi "api dan kemarahan" yang belum pernah terjadi di dunia. Pernyataan Trump mencuat setelah intelijen AS mengklaim bahwa Pyongyang tengah memproduksi miniatur hulu ledak nuklir.

"Kami telah memperingatkan beberapa kali bahwa kami akan melakukan serangan balasan untuk pertahanan diri, termasuk rudal salvo ke perairan di dekat wilayah Guam," sebut media Korut, KCNA, mengutip pernyataan Kim Kwang Hak, seorang peneliti di Institute for American Studies of the North Korean Foreign Ministry seperti dilansir CNN.

"Aksi militer AS memperkuat tekad kami bahwa negara itu harus dijinakkan dengan api dan biarkan tangan kami semakin dekat dengan 'pemicu' untuk melakukan tindakan balasan terberat," imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini