Sukses

15-10-1917: Eksekusi Mati Mata Hari, Penari Erotis Agen Spionase

Tepat 100 tahun lalu, penari erotis kelahiran Belanda berdarah Jawa dieksekusi mati karena dituduh telah melakukan mata-mata.

Liputan6.com, Paris - Tepat 100 tahun yang lalu, yakni 15 Oktober 1917, menjadi hari terakhir bagi Mata Hari, seorang perempuan cantik kelahiran Belanda yang menjadi mata-mata. Wanita itu dieksekusi mati Prancis karena tertangkap melakukan spionase.

Dalam eksekusinya, Mata Hari yang saat itu menginjak usia 41 tahun menolak ditutup matanya saat regu tembak menghujam peluru ke tubuhnya. Sebelumnya, dia juga sempat mencium beberapa anggota tim regu yang akan menembaknya.

Saat diminta mengucapkan sepatah kata atau pun mengungkapkan perasaannya, dia menolak. "Tidak ada yang perlu saya ungkapkan. Jika ada pun aku akan menjaganya, ini cukup aku yang tahu," ujar Mata Hari, seperti dimuat The Star.

Mata Hari lahir di Belanda dengan nama asli Margaretha Geeruida Zelle. Ia pernah menikah dengan seorang tentara yang saat itu bertugas sebagai prajurit Belanda di Indonesia.

Semasa itu, ia pernah tinggal di tanah air, mengikuti sang suami. Nama Mata Hari pun diambil dari kosakata Indonesia yang merujuk pada Matahari.

Mata Hari pada akhirnya bercerai. Setelah itu, wanita yang terkenal akan kecantikan tersebut memutuskan untuk pindah ke Prancis. Sejak itu, namanya dikenal banyak pejabat negara di Eropa sebagai penari erotis.

Pada tahun 1914, popularitasnya memudar. Sehingga Mata Hari terpaksa 'turun kelas' menjadi 'wanita panggilan'. Dia kerap menerima tawaran untuk menghibur para menteri. Saat itu, hidupnya susah. Punya banyak hutang.

Tahun 1916, Mata Hari mendapat tawaran uang dalam jumlah besar dari diplomat Jerman untuk melunasi hutangnya, dengan syarat ia harus melakukan aksi spionase, memata-matai Prancis. Wanita tersebut menerima tawaran Jerman.

Dalam aksi spionase-nya, Mata Hari mengajukan lamaran ke Prancis untuk bekerja di badan intelijen Paris. Ia pun diterima.

Dengan ini, Mata Hari lebih mudah mendapat informasi internal terkait Prancis. Namun sayang, aksi spionasenya terendus karena gerak-geriknya mencurigakan, termasuk meminta agar bisa mengunjungi Vittel, bandara militer Prancis.

Saat itu, Mata Hari berdalih kunjungannya ke Vittel untuk menemui kekasihnya. Namun dalam perjalanan, ia dicegat otoritas Prancis dan ditangkap.

Mata Hari teridentifikasi sebagai 'Agen H 21' untuk Jerman. Ia dijatuhi hukuman mati karena menjadi agen ganda. Prancis bahkan menjulukinya sebagai mata-mata wanita paling terkenal sedunia.

Sejarah lain mencatat pada 15 Oktober 1970, Anwar Sadat dilantik menjadi presiden Mesir. 15 Oktober 1990, Pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev meraih Penghargaan Perdamaian Nobel karena perannnya dalam meredakan Perang Dingin dengan Amerika Serikat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini