Sukses

Ahli Bedah Keluarkan 100 Logam dari Perut Pria Ini

Walaupun mendapatkan perawatan untuk mengatasi kondisi psikiatri, pasien tetap memiliki kecenderungan menelan benda-benda logam.

Liputan6.com, Paris - Para ahli bedah mengeluarkan lebih dari 100 logam berbagai bentuk dan ukuran dari dalam lambung seorang pria di Prancis. Demikian menurut laporan kasus dalam sebuah jurnal ilmiah baru-baru ini.

Pasien, pria berusia 52 tahun itu dilaporkan menderita psikosis – artinya, ia tidak hidup dalam khayalan. Walaupun mendapatkan perawatan untuk mengatasi kondisinya, ia tetap memiliki kecenderungan menelan benda-benda logam.

Benda-benda yang ditelannya termasuk paku, pisau, sekrup, mur, koin, dan sendok, demikian menurut laporan kasus dalam jurnal BMJ Case Reports terbitan 27 September, seperti dikutip dari Live Science pada Senin (9/10/2017).

Pria itu sangat sering menelan benda-benda logam dalam rentang waktu cukup lama sehingga benda-benda itu menggumpal dalam lambungnya, menjadi gumpalan yang diistilahkan sebagai "bezoar."

Gumpalan bezoar itu menjadi semakin besar hingga menyumbat pylorus, yaitu saluran yang menghubungkan lambung dan usus kecil. Akibatnya, menurut laporan kasus, lambungnya tidak bisa dikosongkan.

Bezoar logam termasuk bentuk bezoar yang paling langka. Jenis-jenis bezoar lainnya adalah gumpalan susu yang tidak tercerna (pada bayi), rambut (pada orang menelan rambut, yaitu kondisi trichopagia), zat tumbuhan (dari serat buah dan sayur), serta pil.

Dalam kasus pria itu, dalam 5 tahun terakhir ia harus dibawa ke unit gawat darurat sebanyak lima kali dengan keluhan nyeri lambung, mual, dan muntah darah.

Dalam 4 kejadian, para dokter harus membedah untuk mengeluarkan bezoar logam berukuran besar dari lambungnya.

Pembedahan dilakukan karena pengeluaran menggunakan cara endoskopi tidak berhasil, demikian menurut laporan kasus.

Dalam endoskopi, sebuah selang tipis dan fleksibel dimasukkan melalui mulut ke lambung agar para dokter bisa mengambil benda yang tertelan.

Pembedahan itu sendiri mengherankan Dr. Steven Moss, seorang ahli gastroenterologi dan profesor kedokteran di Warren Alpert School of Medicine di Brown University. Biasanya, orang yang menelan benda logam tajam bisa ditangani dengan endoskopi.

Moss tidak terlibat dalam kasus pria itu, tapi ia pernah menangangi beberapa orang yang menelan cukup banyak logam. Ia juga penulis makalah 2010 di jurnal Clinical Gastroenterology and Hepatology tentang orang yang sengaja menelan benda-benda yang tidak seharusnya ditelan.

Pembedahan biasanya bukan cara yang dipilih, tapi ada satu kasus pria Prancis itu yang memang memerlukan pembedahan.

Saat kunjungan terkini pada Desember 2016, pemindaian pada lambung pasien menunjukkan bahwa benda-benda logam di dalamnya telah merobek lambung. Padahal, lambung memiliki dinding yang cukup tebal.

Artinya, lambung itu sudah sobek dan pembedahan menjadi satu-satunya cara untuk mengeluarkan benda-benda asing tersebut, demikian penjelasan Moss kepada Live Science.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dua Tipe Pelaku

Pasien menelan sangat sering menelan benda-benda logam dalam rentang waktu cukup lama sehingga benda-benda itu menggumpal dalam lambungnya. (Sumber BMJ Case Reports)

Mungkin orang bertanya mengapa ada orang lain yang sengaja berulang-ulang menelan benda-benda logam atau benda lainnya.

Menurut Moss, "Tidak ada orang yang benar-benar mengertinya."Perilaku tersebut lazim ditemui pada orang-orang dengan kondisi psikiatri dan di kalangan narapidana yang mencari perhatian medis, katanya.

Di antara pasien psikiatri, ada dua kelompok yang melakukannya.

Kelompok pertama adalah orang pengidap psikosis yang mengaku mendengar suara-suara dalam benak mereka dan memerintahkan untuk menelan benda-benda itu.

Kelompok lain yang lebih besar adalah orang-orang yang menelan benda-benda tak lazim sebagai cara melukai diri sendiri sebagai upaya melepas ketegangan dan memenuhi dorongan untuk menyakiti diri.

Masalahnya, dua kelompok tersebut sama-sama kebal menghadapi perawatan psikiatri sehingga terus mengulangi perbuatannya walau dengan segala akibat medis yang ditanggung.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.