Sukses

Peneliti Australia Kembangkan Lem Super untuk Obat Luka Manusia

Liputan6.com, Melbourne - Para peneliti Australia telah mengembangkan zat baru serupa superglue atau lem super yang bisa disemprotkan ke luka -- bahkan luka internal (dalam) -- untuk menutupnya dalam hitungan detik. Temuan ini berpotensi merevolusi pengobatan di zona perang dan di lokasi kecelakaan mobil.

Gel tersebut bekerja seperti lem kamar mandi reguler yang biasa digunakan untuk pemasangan ubin, tapi terbuat dari protein elastis alami.

"Anda cukup menyemprotkannya ke tempat luka, merekatkannya dengan lembut dan semuanya selesai hanya dalam hitungan detik," kata profesor biokimia Universitas Sydney, Anthony Weiss, seperti dikutip dari ABC Australia Plus, Kamis (6/10/2017).

Universitas tersebut telah bermitra dengan Universitas Harvard dan Universitas Northeastern di AS untuk mengembangkan prototipe gel itu. Saat ini, mereka berharap bisa bergerak maju menuju tahapan uji coba terhadap manusia.

Profesor Weiss mengatakan pemanfaatan lem super ini memiliki potensi yang besar.

"Perawatan khusus ini revolusioner," sebutnya.

"Apakah itu di zona perang, lokasi kecelakaan atau bilamana diperlukan, [penemuan baru] ini merupakan sebuah kebutuhan untuk pembedahan yang lebih substansial dan lebih cepat, cukup hanya menyemprotkannya saja."

"Bentuknya berupa wadah kecil mungil, cukup semprotkan saja ke tempat luka, bahkan jika itu paru-paru yang rusak ataupun pembuluh darah yang pecah atau sobek."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengganti Jahitan

Para peneliti mengatakan, gel tersebut bisa menggantikan staples atau jahitan tradisional. Gel itu pun lebih mudah mengobati luka internal yang sering kali sulit dijangkau.

Mereka mengatakan, sifat elastis alami juga membuat lem super ini ideal untuk luka di jaringan yang terus-menerus mengembang dan mengendur, seperti jantung, paru-paru, dan arteri.

"Gel itu tampaknya tetap stabil selama periode yang diperlukan luka untuk sembuh dalam kondisi mekanis yang rumit," kata Profesor Ali Khademhosseini dari Fakultas Kedokteran Harvard.

"Kemudian gel itu terurai tanpa tanda-tanda toksisitas. Ia memenuhi semua fungsi dari perekat bedah yang sangat serbaguna dan efisien."

Penelitian ini baru saja dipublikasikan di jurnal Science Translational Medicine, dan tim tersebut sekarang sedang mencari dana untuk beralih ke tahap percobaan pada manusia.

"Ini adalah kisah sukses Australia yang nyata ... kami bisa memulainya besok jika dananya tersedia," kata Profesor Weiss.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini