Sukses

Kunjungi Wapres JK, Dubes Australia Bahas soal Keamanan Siber

Tim dari Indonesia ke Australia untuk pelatihan siber. Kegiatan ini menjadi pertimbangan untuk semakin menguatkan kerjasama dua negara.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK hari ini menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson. Adapun pertemuan yang berlangsung tertutup itu membicarakan banyak hal, salah satunya masalah keamanan siber.

"Banyak isu yang kami bicarakan hari ini. Ada beberapa hal yang penting. (Salah satunya) kerja sama siber, seperti apa yang disampaikan Wakil Presiden (Jusuf Kalla) saat bertemu Menlu Australia bertemu di New York (sidang PBB September kemarin)," ucap Grigson di kantor Wapres RI, Jakarta, Senin (2/10/2017).

Menurut Dubes Grigson, pemerintah Australia sangat konsen tentang apa yang ingin dilakukan pemerintah Indonesia, untuk menjaga dari ancaman siber. Bahkan, peluang bekerja sama ini sudah dibicarakan juga dengan Menko Polhukam Wiranto saat bertemu di Singapura untuk membicarakan keamanan siber ini.

"Menteri Pertahanan Siber kita sudah pernah mengunjungi Indonesia, dan baru saja bertemu dengan Bapak Wiranto di Singapura. Mereka membicarakan peluang kerja sama antara Indonesia dan Australia dan membicarakan tentang tantangan yang dihadapi," jelas Grigson.

Dia pun mengungkapkan, sudah ada tim dari Indonesia yang mengunjungi Australia untuk pelatihan siber. Dan ini menjadi pertimbangan untuk semakin menguatkan kerja sama kedua negara ini.

"Kita telah menerima tim Indonesia yang ke Australia untuk berlatih (keamanan) siber, dan kita akan terus berupaya untuk menguatkan (kerja sama) itu," tutur Grigson.

Dia pun menegaskan, dalam beberapa bulan ke depan, pemerintah Australia juga akan mengunjungi Indonesia, di mana secara spesifik akan membicarakan hal ini.

"Kita berharap dalam beberapa bulan ke depan, secara khusus mengunjungi Indonesia dan membicarkan isu siber ini," pungkas Grigson.

Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) masih terus berjalan. Yang tahapannya baru menggodok pembentukan organisasinya, untuk diisi para pejabat yang akan bertugas nantinya.

Menurut dia, waktunya masih cukup. Di mana 19 Mei 2017 lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 53 Tahun 2017 tentang BSSN, dan diundangkan tanggal 23 Mei.

Sementara itu, pada Pasal 57, disebutkan Organisasi dan Tata Kerja sudah terbentuk paling Lama 4 (empat) Peraturan Presiden ini dijadikan undang-undang. Atau berarti harus sudah ada 23 September 2017 mendatang.

"Sekarang jalan terus, kita sedang godok organisasinya, kita lengkapi. Secara lebih detil menyusun perorganisasiannya dulu, baru kemudian kita menunjuk pejabat-pejabatnya. Baru kita bisa kerja," ucap Wiranto di kantornya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan RI-Australia Mirip Kisah Cinta

Hubungan Indonesia dan Australia dalam beberapa tahun belakangan mengalami pasang surut. Kedua negara bertetangga ini kerap terlibat dalam sejumlah konflik politik dan perbedaan pendapat.

Yang paling muktahir adalah masalah penghinaan Pancasila yang dilakukan di militer Negeri Kanguru. Akibat persoalan tersebut Indonesia memutuskan menghentikan sementara kerja sama militer.

Meski demikian, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson menyebut, masalah-masalah yang pernah hinggap dalam hubungan antar pemerintah, sama sekali tidak pengaruh terhadap hubungan antar masyarakat.

"Koneksi hubungan antar bermasyarakat antara Indonesia dan Australia lebih besar dari konflik-konflik politik," sebut Grigson di Hotel Atlet Century pada 20 Maret 2017.

"Mereka (Masyarakat Indonesia dan Australia) mengenal satu sama lain dengan sangat baik," sambung Grigson. Dia menegaskan, bukti bahwa hubungan bermasyarakat Indonesia dan Australia tetap baik terlihat dengan makin meningkatnya kunjungan wisatawan asal Tanah Air ke Negeri Kanguru.

Tahun lalu, Kedutaan Besar Australia menerbitkan 100 ribu visa. Jumlah ini meningkat sepertiga dari waktu yang sama pada 2015.

Jika dipersentasikan, Grigson menyebut, peningkatan wisatawan Indonesia mencapai 40 persen.

Dia melihat ada banyak alasan, kenapa banyak turis dari Indonesia memilih liburan ke Australia. Di antaranya, turis Tanah Air terpikat dengan keaneka ragaman makanan, budaya kopi yang melegenda dan pengalaman berbelanja serta gaya hidup luar ruangan di Australia.

"Sekarang banyak orang telah menemukan ada nilai lebih untuk uang yang mereka miliki (untuk mengujungi Australia). Dengan jarak yang sangat dekat, di mana penerbangan ke Perth hanya empat jam dari Jakarta," sambung dia.

Bukan hanya itu. Satu hal yang membuat berbangga diri warga Indonesia yang melancong ke negaranya sudah tidak lagi terfokus di dua kota besar, Sydney dan Melbourne.

"Sekarang sudah meluas ke beberapa kota seperti Perth, Brisbane Adelaide dan Hobart," sebutnya.

Didasari fakta-fakta itu, ia berharap jumlah tersebut bisa terus bertambah di tahun mendatang. Hal tersebut demi membuktikan kalau masyarakat Indonesia dan Australia selalu harmonis setiap saat.

"Jadi hubungan Indonesia dan Australia seperti hubungan cinta," kata Grigson.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.