Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Perselingkuhan di Kalangan Paruh Baya Meningkat di AS

Kebosanan, kekecewaan, atau konflik yang hadir dalam pernikahan jangka panjang dapat memicu keinginan berselingkuh.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian oleh University of Utah menguak sesuatu yang cukup mengejutkan, setidaknya dalam konteks Amerika Serikat.

Dalam laporan bertajuk "America's New Generation Gap in Extramarital Sex" terungkap lah suatu pola baru hubungan seks berdasarkan usia. Laporan tersebut menyebut adanya peningkatan hubungan seks dengan pasangan tak resmi di kalangan kaum paruh baya atau mereka yang telah berusia 50 ke atas.

Dikutip dari Psychology Today pada Sabtu (30/9/2017), pimpinan penulisan penelitian, Nicholas H. Wolfinger, menjelaskan bahwa peningkatan itu terjadi sejak 2000-an. Hal tersebut dilakukan oleh orang-orang berusia di atas 50 tahun dan menikah lebih dari 20 tahun.

Ahli psikologi Douglas LaBier, Ph.D. mencoba menduga alasan terjadinya pergeseran tersebut, baik yang jelas terlihat maupun yang tidak kentara, berdasarkan interaksinya dengan para pasien.

LaBier menyebutkan kebosanan, kekecewaan, atau konflik hadir dalam pernikahan jangka panjang. Hal tersebut ditambah dengan krisis paruh baya yang berkaitan dengan hubungan, karir, dan panggilan hidup.

Menurut LaBier, itu semua dapat memicu keinginan seseorang untuk mencari pasangan lain demi mendapatkan semangat baru dan keasikan memiliki pasangan baru.

Tantangan-tantangan diduga diperparah oleh alasan ke dua, yakni warisan dari revolusi kebebasan seksual 1960-an. Pasalnya bagi mereka yang pada tahun 2000-an telah memasuki usia paruh baya, tahun 1960-an adalah saat mereka tumbuh dewasa dan dalam periode itu mereka menyerap dampak negatifnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Semakin Diterima Secara Budaya?

Hampir bagi setiap hubungan, mantannya pacar adalah masalah terbesar. (Foto: pexels)

Dampak budaya dan pengalaman sosial pada 1960-an itu mungkin mengurangi tabu tentang hubungan seksual di luar pernikahan. Pandangan tersebut dikhawatirkan terbawa ke tahun-tahun paruh baya.

Pada saat yang sama, masa paruh baya membawa konflik baru bagi banyak orang. Saat itu, orang-orang biasanya mencari keseimbangan pernikahan dan keluarga, serta keinginan memulihkan semangat tentang kehidupan.

Cara orang menangani isu-isu itu bisa saja berkontribusi kepada perselingkuhan, yang menjadi semakin diterima dalam budaya.

Pada saat yang sama, generasi muda menunjukkan keterbukaan yang lebih besar dan ketertarikan kepada beragam cara berpasangan, baik secara emosional maupun seksual.

Sejumlah ragam berpasangan yang dimaksud adalah poliamori (beberapa hubungan sekaligus), kesepakatan non-monogami, tinggal bersama secara permanen dan membesarkan anak-anak tanpa pernikahan legal, dan bahkan poligami.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.