Sukses

Penampakan Puerto Rico Gelap Gulita Pasca-Terjangan Badai Maria

Liputan6.com, Karibia - Setelah terjangan badai Maria beberapa waktu lalu, aliran listrik di Puerto Rico putus. Keadaan ini masih berdampak pada jutaan orang di sana. Hal itu ditunjukkan melalui sebuah gambar gelap gulita yang diambil oleh satelit pemerintah AS.

"Di luar ibu kota San Juan, warga masih terisolasi tanpa aliran listrik atau sambungan komunikasi. Memakan waktu berminggu-minggu untuk memulihkan layanan tersebut. Air bersih dan obat-obatan juga langka," kata penduduk setempat, seperti dikutip dari BBC, Selasa (26/9/2017).

Gubernur pulau tersebut memperingatkan pada Senin, 25 September bahwa sebuah krisis kemanusiaan terjadi di Amerika. Ia pun meminta bantuan lebih lanjut.

"Puerto Rico adalah bagian dari Amerika Serikat, dan kita perlu mengambil tindakan cepat," ujar Gubernur Ricardo Rossello kepada CNN.

"Ini adalah bencana besar," tambah Rosello seraya meminta Kongres AS untuk menghasilkan sesuatu yang nyata. "Sebuah undang-undang yang menjawab kebutuhan kita saat ini".

Pulau yang memiliki utang lebih dari US$ 72 miliar itu kini menghadapi kasus kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS.

Gubernur Rossello memperingatkan bahwa kegagalan pembuat undang-undang untuk mengatasi kekurangan dana, akan menghasilkan eksodus warga Puerto Rico ke Amerika Serikat.

Presiden Donald Trump melalui Twitter menyatakan pada Senin, 25 September, Puerto Rico dalam masalah besar setelah diterjang badai Maria. Miliaran dolar utangnya ke Wall Street dan bank-bank harus segera diselesaikan.

Kendati demikian, Trump tak membahas bagaimana utang Puerto Rico bisa dikurangi.

Ketua DPR AS Paul Ryan kemudian merespons kondisi pulau itu melalui unggahan status di Twitter. "Cerita dan gambar yang keluar dari Puerto Rico sangat menyedihkan," tulisnya.

"Kongres tengah bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan sumber daya yang diperlukan sampai ke sesama warga kita di #PuertoRico," imbuh Paul Ryan.

Sejauh ini, jam malam diberlakukan dari pukul 19.00 sampai 05.00. Langkah tersebut dilakukan guna mencegah penjarahan dan vandalisme. Total 25 orang ditangkap pada Minggu, 24 September malam, karena melanggar perintah tersebut.

Lebih dari 95 persen ponsel tanpa layanan di pulau itu, di mana Garda Nasional telah memprioritaskan pembukaan kembali pelabuhan dan bandara untuk memungkinkan lebih banyak bantuan tiba.

Selain tanpa pasokan listrik dan komunikasi, beberapa jalan yang tak dapat diakses dan jembatan di sekitar pulau yang runtuh membuat pihak berwenang sulit memverifikasi tingkat kerusakan sepenuhnya.

Sementara itu, Bendungan Guajataca di barat laut Puerto Rico juga dilaporkan dalam kondisi membahayakan dan berpotensi menyebabkan banjir bandang. Demikian dilaporkan kru darurat pada Jumat, 22 September.

Warga yang tinggal di jalur bendungan tersebut juga sudah diinstruksikan oleh Garda Nasional untuk mengungsi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tim 'Bersih-Bersih'

Pada Minggu, 24 September, kelompok "bersih-bersih" AS tiba di Puerto Rico.

Tim Marinir dan Angkatan Laut AS tiba di Roosevelt Rhoades, Puerto Rico -- tiga hari setelah badai Kategori 4 menerjang dan menewaskan sedikitnya 13 orang.

"Tim tersebut bertugas melakukan pemantauan jalur, pembersihan jalan utama dan lapangan terbang, serta jalur lain yang terkait," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan pada Senin, 25 September di tengah kritik publik bahwa AS tidak berbuat banyak untuk menanggapi kehancuran meluas di Puerto Rico.

Pentagon menambahkan bahwa prioritas utama adalah memberikan sumber daya untuk menyelamatkan jiwa dan mempertahankan hidup -- seperti generator dan bahan bakar -- ke Puerto Rico dan Kepulauan Virgin AS.

Gedung Putih kemudian membela tanggapan pemerintah pada hari Senin. Juru bicaranya, Sarah Sanders, mengatakan, "Kami telah melakukan gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal pendanaan federal untuk diberikan kepada masyarakat Puerto Rico."

"Tanggapan federal telah terjadi, tapi lamban," tambah Sanders.

Sejauh ini Kepala Badan Manajemen Darurat Federal (Fema) dan Departemen Keamanan Dalam Negeri telah mengunjungi kedua wilayah pulau tersebut pada hari Senin. Selanjutnya, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan melawat ke lokasi tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.