Sukses

Dubes Tantowi: Cokelat RI Bisa Mendunia Lewat Selandia Baru

Salah satu produsen cokelat besar dunia Whittaker's di Selandia Baru saat ini mengimpor 411 kg bahan bakunya dari Indonesia. Masih sedikit.

Liputan6.com, Wellington - Selandia Baru identik dengan produk susu, daging dan cokelat. Penduduk negara tersebut diketahui mengonsumsi cokelat rata-rata 5 kg per tahun. Jumlah itu sungguh besar, jika dibandingkan dengan penduduk Asia-Pasifik yang hanya 200 gram per tahun, demikian dilaporkan Bloomberg pada 2013.

Salah satu perusahaan cokelat ternama di Selandia Baru adalah Whittaker's, yang angka penjualannya terbesar kedua setelah Cadbury.

Berdiri sejak 1896, Whittaker's telah menjadi ikon dunia untuk cokelat asal Negeri Kiwi.

Pada Senin 25 September 2017 waktu setempat, Dubes RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya mengunjungi kantor dan pabrik Whittaker's di Porirua, Wellington. Kedatangannya diterima oleh James Ardern selaku Chief Operating Officer dan Manajer Pengadaan, Mark Humphris.

Saat bertemu dengan kedua pimpinan tersebut, Tantowi menjelaskan tentang budidaya cokelat dan industri pengolahan biji kakao di Tanah Air.

Ia menyebutkan bahwa Indonesia adalah penghasil cokelat terbesar ketiga di dunia dan memasok 17 persen kebutuhan dunia.

Namun, sebagai salah satu penghasil produk cokelat besar dunia, Selandia Baru saat ini baru mengimpor 411 kg biji kakao dari Indonesia.

Dubes Selandia Baru, Tantowi Yahya di pabrik cokelat Whittaker's. (Dokumentasi KBRI Wellington)

Fakta itu membuat Tantowi optimistis bahwa pasar untuk biji cokelat Indonesia masih terbuka lebar. Di samping itu, ia yakin benar, cokelat RI bisa mendunia melalui Selandia Baru.

Hal ini diamini oleh Humphris yang sudah sangat familiar dengan Indonesia dan berkeinginan membuat cokelat dengan cita rasa Nusantara.

Pada kesempatan berharga tersebut, Tantowi juga menyerahkan sampel biji cokelat dari beberapa daerah di Tanah Air.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlu Kredibilitas dan Konsistensi

Dubes Tantowi kemudian melanjutkan sesi pertemuan dengan tur keliling pabrik, disertai penjelasan dari Humphris tentang proses produksi dengan rinci.

Setelah melihat langsung bahan mentah yang digunakan oleh Whittaker's, Tantowi semakin yakin bahwa Indonesia mampu memasok bahan-bahan tersebut.

"Peluang biji cokelat masuk ke sini sangat besar. Namun banyak pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan untuk menjadikan cokelat Indonesia pilihan utama produsen coklat seperti Whittaker's ini," jelas Tantowi dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com. 

"Dua hal utama yang menjadi perhatian kita: kredibilitas dan konsistensi. Kredibilitas adalah menumbuhkan dan menjaga kepercayaan (trust) antara semua stakeholders, di antaranya pemerintah, pengusaha, dan petani. Sedangkan konsistensi adalah pentingnya menjaga kontinuitas dan kualitas pasokan," imbuhnya.

"Banyak kasus di mana kedua hal tersebut dianggap tidak penting, sehingga eksportir mengalihkan pasar ke negara lain," lanjut Tantowi.

Nilai perdagangan Indonesia-Selandia Baru saat ini berkisar US$1,4 miliar dan akan ditingkatkan menjadi US$4 miliar pada tahun 2024, sesuai kesepakatan Presiden Jokowi dan John Key, PM Selandia Baru dalam kunjungannya ke Jakarta tahun 2016 lalu.

Tantowi pun optimistis angka ini dapat dicapai dengan membaiknya kordinasi dan integrasi langkah-langkah kementerian terkait.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini