Sukses

Kabar Gembira, Konservasi Global Berhasil Pulihkan Jumlah Penyu

Meski demikian, ilmuwan memperlakukan temuan ini dengan 'optimisme waspada' dan mengingatkan untuk tidak cepat puas.

Liputan6.com, Queensland - Sebuah penelitian komprehensif terhadap sarang penyu menemukan peningkatan jumlah hewan bertempurung itu secara signifikan di mayoritas lokasi global.

Sebuah analisis terhadap 299 titik sarang dari seluruh tujuh spesies penyu laut menemukan jumlah sarang penyu bertambah secara signifikan pada 94 lokasi, sementara 35 lokasi menunjukkan penurunan signifikan.

Penelitian oleh sekelompok ilmuwan internasional yang diterbitkan pada Minggu, 24 September 2017 di Science Advances, menganalisis data yang diambil lebih dari rata-rata 16,2 tahun, termasuk dari pesisir Australia, Afrika, Amerika Utara dan Selatan, serta Asia.

Mereka mengatakan kecenderungan positif ini sepertinya berhubungan dengan sejumlah faktor, seperti perlindungan telur dan induk yang bersarang juga berkurangnya penangkapan. Demikian seperti dikutip dari AustraliaPlus pada Senin (25/9/2017).

Ilmuwan mengatakan, hal itu merupakan hasil menggembirakan yang menunjukkan upaya konservasi global bisa berhasil. Meski demikian, mereka memperlakukan temuan ini dengan "optimisme waspada" dan mengingatkan untuk tidak cepat puas.

"Orang menaruh begitu besar upaya untuk melindungi penyu, dan kami ingin menunjukkan kalau upaya itu berhasil," kata anggota penulis riset Dr Gail Schofield, dari Aristotle University of Thessaloniki di Yunani dan Deakin University di Melbourne.

"Tapi satu kekhawatiran terbesar dengan cerita positif ini adalah orang mungkin berkata, 'Jadi, kenapa masih tetap dilakukan sekarang?'"

Jumlah penyu diperkirakan dengan menghitung jumlah sarang di pantai yang dibuat penyu betina di suatu titik lokasi pada periode tertentu.

Ini berarti setiap peristiwa yang mengakibatkan tingginya kematian penyu remaja, seperti yang dipantau di Pulau Raine di luar pantai Queensland Utara, tidak akan tecermin dalam perkiraan populasi sampai penyu-penyu itu mencapai usia berkembang biak.

"Kami sedang melihat kecenderungan yang mengkhawatirkan di Pulau Raine," kata Dr Schofield.

Kenaikan permukaan laut berakibat erosi pantai dan sarang rusak di Pulau Raine — situs penetasan penyu hijau terbesar di dunia — telah menyebabkan penurunan dramatis pada keberhasilan menetas penyu hijau.

Dan di Mon Repos dekat Bundaberg, tingginya suhu pasir yang tak normal pada musim menetas 2016-2017 membunuh lebih banyak tukik (anak penyu) daripada biasanya, karena mereka terserang suhu panas saat melata dari sarang di pesisir menuju laut.

 

Saksikan video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.