Sukses

Kebanjiran Wortel, Perkebunan di Australia Ajak Warga Memanen

Liputan6.com, Brisbane - Sebuah perkebunan wortel terbesar di Queensland, Australia, akan membuka pintunya bagi warga pada Oktober 2017. Hal itu dilakukan, agar warga dapat memanen wortel sendiri karena perkebunan kelebihan pasokan.

Pasar wortel di Australia saat ini sedang kebanjiran pasokan. Salah satunya disebabkan karena pembatasan perdagangan.

Selain itu, Alice Gorman dari perkebunan yang terletak di sebelah barat daya Brisbane, Kalfresh Vegetables, mengatakan bahwa cuaca yang sangat mendukung juga menyebabkan hasil panen melimpah.

"Kami menghadapi masalah yang belum pernah kami hadapi sebelumnya selama 23 tahun terakhir," ujar Gorman seperti dikutip dari Australia Plus, Jumat (22/9/2017).

"Menurut kami yang terjadi sekarang ini karena Rusia telah melarang impor wortel dari Eropa, sehingga penghasil wortel di Eropa ini mengekspor produk mereka ke pasar yang kami layani sekarang."

"Juga Australia Barat.. mereka menjual ke kawasan pantai Timur Australia."

"Sementara sebagai petani di Queensland (pantai timur), kami terikat aturan hanya boleh menjual di sini saja," jelas dia.

Pemilik perkebunan di Australia tersebut mengatakan, mereka harus memanen wortel tersebut untuk membersihkan perkebunan. Namun dalam waktu bersamaan, mereka tak ingin membuangnya begitu saja.

"Beberapa tanaman yang biayanya penanamannya tidak begitu besar akan dibersihkan begitu saja," kata Gorman kepada ABC Radio Brisbane.

"Tetapi kami juga sudah menghabiskan begitu banyak waktu dan energi untuk menanam wortel, dan kami tidak mau membuang bahan makanan yang baik ini, sehingga kami mengundang keluarga untuk mengambilnya."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bantu Petani, Beli Produk Lokal

Gorman mendesak warga di Queensland untuk membeli produk wortel lokal ketika mereka berbelanja.

"Kami memperkirakan di tingkat pengecer, harga wortel satu kilonya sekitar 1 atau 2 dolar Australia (sekitar Rp 10 sampai Rp 20 ribu)," kata Gorman.

"Yang kami minta adalah konsumen memilih wortel Queensland, karena rasanya manis, dan enak, dan juga tidak memerlukan transportasi jauh."

Dia mengatakan, dampak dari kelebihan pasok ini tidak sekadar kerugian ekonomi bagi petani.

"Seorang petani mengatakan kepada saya ini bukan sekadar kerugian uang, namun juga kerugian karena usaha yang sudah dilakukan dan secara mental hal itu tak bisa ditangani begitu saja," ujar Gorman.

"Bila petani bisa melihat bahwa wortel ini tidak akan dibuang begitu saja, maka ada hal yang positif yang muncul darinya," imbuh dia.

Gorman juga mengatakan, para petani juga berharap bisa menjangkau para koki di kota Brisbane.

"Kami berbicara dengan mereka mengenai bagaimana kami bisa menjadikan wortel sebagai menu andalan bulan ini, dengan menciptakan makanan lebih banyak dengan menu wortel," kata Gorman.

"Kami akan berusaha melakukan hal yang mungkin misalnya membuat cake wortel, sosis wortel, bir wortel, dan vodka dari wortel untuk menggunakan wortel yang begitu banyak," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.