Sukses

Donald Trump Tawarkan Diri Jadi Juru Damai Krisis Teluk

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya bersedia membantu memediasi krisis diplomatik Teluk.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya bersedia menjadi mediator krisis diplomatik yang melanda kawasan Teluk. 

Hal itu disampaikan oleh Presiden Trump kepada Emir Kuwait Sabah al-Ahmed al-Jaber al-Sabah di Gedung Putih pada Kamis, 7 September 2017.

"Saya bersedia menjadi mediator," kata Trump dalam jumpa pers bersama di Gedung Putih, seperti yang dilansir VOA News Indonesia, Jumat (8/9/2017).

"Saya bersedia melakukannya dan saya yakin kesepakatan akan tercapai dengan cepat. Ini adalah sesuatu yang dapat diselesaikan dengan cukup mudah," ujarnya.

Trump juga berencana, proses mediasi itu akan turut melibatkan Dewan Kerja Sama Negara Teluk dan Mesir. Selain itu, mediasi juga tak terlepas dari kesungguhan seluruh negara yang berseteru untuk berkomitmen melawan terorisme di kawasan.

"Kita (AS dan Kuwait) dapat memanggil seluruh rekan Dewan Kerja Sama Teluk dan Mesir, serta memusatkan komitmen bersama untuk memberantas teroris di kawasan," ujar presiden ke-45 AS itu.

Pada 24 Juni, negara-negara koalisi Arab Saudi Cs telah mengajukan 13 daftar tuntutan terhadap Qatar. Saudi menyebut, kepatuhan Doha pada daftar tuntutan tersebut mampu mengakhiri krisis diplomatik yang melanda Qatar.

Pemerintah Kuwait, yang telah berusaha memediasi pertikaian itu sejak 5 Juni, menjelaskan telah menerima surat dari Qatar yang menyatakan kesediaan membahas 13 butir tuntutan itu.

Hal itu dikonfirmasi oleh Emir al-Sabah pada konferensi pers di Gedung Putih pada Kamis kemarin. Ia berharap sebagian besar dari tuntutan itu akan diselesaikan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Qatar Pulihkan Diplomasi dengan Iran

Di tengah krisis diplomatik yang melanda kawasan Teluk, Qatar memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik secara penuh dengan Iran--yang sejatinya merupakan seteru Amerika Serikat.

Pada 23 Agustus 2017, Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan duta besar mereka akan kembali bertugas di Teheran.

Pengumuman itu menandai pulihnya hubungan diplomatik antara kedua negara yang sempat terputus pada Januari 2016. Demikian seperti dikutip dari The New York Times, Jumat, 25 Agustus 2017.

"Pemerintah Qatar mengumumkan hari ini (23 Agustus) bahwa duta besar kami akan kembali ke Teheran untuk melaksanakan tugas diplomatik. Qatar menyampaikan segala aspirasi untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Republik Islam Iran dalam segala aspek," sebut pernyataan yang dilansir Kemlu Qatar melalui situs resminya www.mofa.gov.qa.

Doha tidak memberikan penjelasan detail terkait pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran, yang dapat dikatakan terjadi secara mendadak.

Adapun Los Angeles Times melansir, Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani telah melakukan sambungan telepon dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif.

"Kami menyambut positif langkah yang diambil oleh Qatar," jelas juru bicara Kemlu Iran Bahram Ghasemi, seperti yang dikutip dari media corong pemerintah Iran, IRNA News Agency.

Langkah Qatar memutus hubungan diplomatik dengan Iran pada Januari 2016 merupakan bentuk solidaritas terhadap Arab Saudi menyusul penyerangan Kedubes Saudi di Teheran.

Akan tetapi, meski hubungan diplomatik keduanya terputus, Qatar tetap mempertahankan relasi perdagangan yang signifikan dengan Iran, meliputi sektor minyak dan gas alam.

 

Saksikan video pilihan berikut ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.