Sukses

Ilmuwan China Deteksi Naiknya Level Radiasi, Dipicu Nuklir Korut?

Ilmuwan China menangkap peningkatan kecil namun bertahap adanya radiasi di dekat wilayah yang berbatasan dengan Korea Utara.

Liputan6.com, Changbai - Ilmuwan China menangkap peningkatan kecil namun bertahap adanya radiasi di dekat wilayah yang berbatasan dengan Korea Utara. Peningkatan radiasi itu terjadi setelah Korut melakukan uji coba bom hidrogen pada 3 September 2017.

Meski aktivitas itu cenderung disebabkan oleh faktor lingkungan dan tak terkait dengan uji coba nuklir, peningkatan itu layak diamati. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang ilmuwan yang memberi masukan kepada pemerintah China dalam menanggapi bahaya radioaktif.

Dikutip dari South China Morning Post, Jumat (8/9/2017), berdasarkan angka yang dirilis oleh kementerian lingkungan China tingkat radiasi di Changbai Korean Autonomous County -- berhadapan langsung dengan Hyesan, Korea Utara -- meningkat secara perlahan.

Setelah uji coba nuklir dilakukan, tingkat radiasi di sana berada di level 104,9 nanogray per jam. Angka tersebut naik menjadi 108,5 pada 5 September dan meningkat hingga 110,7 pada 6 September -- nanogray per jam adalah unit standar untuk mengukur penyerapan radiasi oleh jaringan manusia.

Tren kenaikan serupa juga dilaporkan oleh stasiun pemantau di wilayah lain, termasuk di Antu yang berada di bawah kaki Gunung Changbai, dan Yanbian Korean Autonomous Prefecture.

Menurut citra satelit, terdapat sejumlah longsor di sekitar situs uji coba nuklir Korea Utara Punggye-ri. Sebelumnya, sebuah tim peneliti di University of Science and Technology of China menelusuri lokasi dari lima tes terbaru, di mana uji coba tersebut dilakukan di sebuah gunung.

Dalam kegiatan seperti itu, bahan radioaktif yang terjebak di bawah tanah akan terlepas.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Naiknya Level Radiasi Berbahaya Bagi Warga?

Seorang profesor proteksi radiasi di Peking Universtiy, Guo Qiuju, mengatakan bahwa terlalu dini untuk memastikan penyebab meningkatnya level radiasi. Pasalnya, aktivitas itu dapat berubah ubah bahkan dalam kondisi normal.

Menurut Guo, masyarakat tak perlu panik karena tak ada jejak yang mencurigakan yang terdeteksi oleh pemerintah.

"Jika sesuatu yang buruk terjadi, saya akan menjadi orang pertama yang diberitahu," ujar Guo. "Saya belum menerima peringatan sejauh ini."

Tingkat radiasi yang ada saat ini jauh berada di bawah batas yang membahayakan bagi kesehatan. Namun menurut Guo, jika angkanya terus naik, maka kemungkinan akan diperlukan pengamatan lebih dekat.

Guo menjelaskan, merupakan hal yang normal jika fluktuasi berkisar dalam 20 nanogray karena masih adanya pengaruh angin, hujan, dan sinar kosmik. Misalnya, bahan radioaktif yang berada di atmosfer bisa terbawa ke tanah akibat hujan.

Menurut otoritas cuaca China, beberapa daerah yang dekat dengan lokasi uji coba telah diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir.

Meski Guo telah memastikan bahwa peningkatan radiasi tidak berbahaya, namun pemilik sebuah restoran di Changbai mengatakan bahwa ledakan tersebut telah menyebabkan banyak penduduk takut.

"Setelah ledakan besar itu terjadi pada Minggu, semua orang memilih diam. Mereka lebih suka tinggal di dalam rumah dengan ponsel mereka, mengekspresikan ketakutannya di WeChat," ujar Guo.

"Kami berharap bahwa langit akan mendengar doa kami dan menjauhkan kejahatan dari negeri kami," imbuh dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.