Sukses

ASEAN: Tensi Politik Tak Pengaruhi Bisnis dan Pasar Asia Tenggara

Tensi politik yang terjadi di Asia Tenggara dan sekitar tak akan memengaruhi proses serta aktivitas bisnis maupun pasar di kawasan.

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati 50 tahun ASEAN dan 20 tahun ASEAN+3, MarkPlus, Inc berkolaborasi dengan Philip Kotler Center for ASEAN Marketing serta didukung oleh Sekretariat ASEAN, menggelar the 3rd ASEAN Marketing Summit (AMS) 2017. Acara tersebut diselenggarakan di Jakarta, 7 September 2017.

ASEAN+3 merupakan kerja sama antara negara anggota ASEAN dan tiga negara Asia Timur, yakni Jepang, China, dan Korea Selatan.

Perhelatan yang mengambil tajuk "ASEAN & Indonesia: New Opportunities from the East" itu mengundang dan mempertemukan pegiat dan asosiasi bisnis, marketing, industri, perusahaan, serta akademisi anggota ASEAN+3.

"Kami (sekretariat ASEAN) sangat mendukung acara ini, karena dapat memberikan kesempatan para peserta untuk menjalin relasi antara pegiat bisnis dan sektor pemerintah anggota ASEAN+3," jelas Direktur Hubungan Komunitas dan Korporat Sekretariat ASEAN, Lee Yoong Yoong, Kamis (7/9/2017).

Sementara itu, Hermawan Kartajaya, pendiri Philip Kotler Center for ASEAN Marketing menjelaskan, acara tersebut, yang mempertemukan para pelaku usaha Asia Tenggara, diharapkan mampu semakin meningkatkan potensi ekonomi di kawasan yang kian waktu semakin berkembang.

"Asia Tenggara patut dipertimbangkan sebagai poros ekonomi baru. Saat ini ASEAN mewakili 6,2 persen PDB dunia. Pada 2016, total PDB negara anggota menempati peringkat enam terbesar," jelas Hermawan.

"Kawasan Asia yang damai juga menguatkan Jepang, China, dan Korea Selatan, mitra +3 ASEAN, semakin memperkuat kemitraan dengan negara di Asia Tenggara," tambahnya.

Direktur Hubungan Komunitas dan Korporat Sekretariat ASEAN, Lee Yoong Yoong (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)

Hermawan melanjutkan, ASEAN sendiri memandang negara +3 sebagai sebuah mitra yang unik dan mumpuni.

"Jepang yang telah terkenal dengan kualitas produk dan industrinya, China dengan strategi ekspansi OBOR (One Belt, One Road)-nya, serta Korea Selatan dengan industri kreatifnya, seperti K-Pop."

Selain itu, menurut Lee, AMS 2017 juga mampu memberikan kesempatan bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) untuk berjejaring dengan rekan sejawat bisnis dari negara anggota ASEAN+3 yang telah "memiliki nama".

"Dalam konteks ASEAN, sektor bisnis dan marketing didominasi oleh usaha kecil menengah, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi bisnis di Asia Tenggara sekitar 90 persen. Mereka berpotensi menjadi sasaran investasi asing langsung dari negara +3 ASEAN," jelas Lee.

"Dengan adanya acara ini, mampu memberikan kesempatan bagi pegiat UKM untuk bertemu dan berkolaborasi bersama dengan perusahaan serta investor besar ASEAN+3," tambahnya.

Sejumlah pelaku bisnis dan industri yang hadir, antara lain Hyundai, Toyota, Honda, Auto 2000, Fujifilm, perbankan seperti BCA dan BNI, serta perusahaan berbasis daring dan kreatif, seperti Gojek Indonesia, JD.ID China, dan lainnya.

Sektor pemerintah diwakili oleh Kementerian BUMN RI, Kamar Dagang negara anggota ASEAN+3, serta staf diplomatik.

Terkait potensi Indonesia dalam pasar ASEAN+3, Lee menjelaskan, "Potensi Indonesia sangat besar. Sepertiga wilayah dan penduduk di Asia Tenggara didominasi oleh Indonesia. Atas fakta itu, investor dan pebisnis akan sadar seberapa besar potensi Indonesia bagi mereka."

Hermawan berpendapat, "Indonesia harus dapat bersaing. Kita juga tidak bisa hanya mengandalkan uang dan investasi saja. Tapi kita juga harus meningkatkan teknologi, strategi, dan jaringan ekonomi kita."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tensi Politik Takkan Pengaruhi Bisnis di Asia Tenggara

Perhelatan forum bisnis dan marketing itu digelar di tengah sejumlah tensi politik yang terjadi di Asia Tenggara dan kawasan sekitar, seperti isu Laut China Selatan, program rudal dan nuklir Korea Utara, serta krisis Rohingya.

Akan tetapi, menurut Lee Yoong Yoong, semua hal itu tak akan memengaruhi aktivitas bisnis dan investasi di kawasan.

"Saya pikir, setiap pegiat bisnis ASEAN+3 akan tetap membuka dan aktif mencari peluang bisnis serta market di Asia Tenggara terlepas dari situasi politik yang terjadi," ujar Lee.

"Memang tidak bisa dimungkiri bahwa politik dan bisnis bagaikan dua sisi pada sebuah koin. Namun, pebisnis dan marketer akan melihat setiap potensi, kesempatan, dan pasar yang ada,"

Dan juga, Lee yakin, setiap anggota ASEAN plus 3 tetap membuka peluang investasi dengan seluruh negara dunia.

Sementara itu, menurut Hermawan, "Politik dan bisnis itu dua hal yang berbeda. Karena terlepas dari situasi yang ada, setiap peluang harus dapat dengan bijak dimanfaatkan oleh masing-masing negara."

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.