Sukses

Gabung Neo-Nazi, 4 Tentara Inggris Ditangkap

Tentara yang ditangkap masuk ke dalam kelompok terlarang yang menyebut dirinya kelompok Aksi Nasional.

Liputan6.com, London - Empat orang anggota aktif militer Inggris ditangkap aparat keamanan. Mereka diciduk atas tuduhan melanggar UU Anti-teror.

Para tentara itu diduga kuat terlibat dengan grup Neo-Nazi yang merupakan kelompok terlarang di Negeri Ratu Elizabeth.

Selain empat tentara tersebut, terdapat pula satu orang warga sipil yang ditangkap. Mereka semua masuk ke dalam kelompok National Act.

Kelompok beraliran kanan jauh itu, telah mencoba mempromosikan tindakan kekerasan dan terorisme kepada warga Inggris.

"Kami mengonfirmasi beberapa orang anggota militer sudah ditangkap di bawah UU Anti-terorisme karena keterlibatan mereka dengan kelompok kanan jauh yang terlarang," ucap juru bicara militer Inggris, seperti dikutip dari Time, Rabu (6/9/2017).

Satu orang anggota tentara ditahan di markas militer Inggris di Siprus. Sementara 4 lainnya ditempatkan di kantor polisi West Midlans.

Inggris telah melarang Kelompok National Act sejak Desember 2016 lalu. Menteri Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd mendeskripsikan kelompok itu sebagai grup rasis, anti-Semit dan organisasi homofobia.

Sementara pejabat anti-teror menemukan bukti kuat bahwa grup ini membawa aliran neo-Nazi secara eksplisit.

Dalam UU di Inggris menjadi anggota atau mengajak orang lain bergabung mendapat hukuman maksimal 10 tahun penjara.

Kebangkitan Neo-Nazi di Eropa

Beberapa tahun belakangan, gelombang kebangkitan gerakan Neo-Nazi terlihat di Eropa. Salah satu contohnya, nampak kala pusat komunitas Yahudi di Swedia utara yang telah berdiri sejak tujuh tahun lalu memutuskan tutup setelah mendapat serangkaian ancaman dari kelompok rasialis itu.

Kantor pusat mereka di kota Umea menjadi target grafiti simbol swastika dan berbagai pesan bernada ancaman seperti, "kami tahu di mana kau tinggal". Selain itu terjadi pula perusakan sebuah mobil.

Menurut anggota komunitas tersebut, pihak berwenang tidak mampu memberikan keamanan yang memadai. Demikian seperti dilansir BBC, Selasa, (4/4/2017).

Juru bicara komunitas itu, Carinne Sjoberg mengatakan, beberapa orang tidak berani lagi datang ke sana. Kepada stasiun televisi lokal, SVT, Sjoberg mengatakan begitu banyak peristiwa yang terjadi belakangan.

Bahkan menurutnya, para orang tua kalangan Yahudi khawatir menyekolahkan anak-anak mereka.

"Anak-anak kami tidak harus hidup di dunia di mana mereka malu dengan jati diri mereka," ujar Sjoberg seraya menambahkan bahwa apa yang terjadi adalah kemunduran layaknya yang dialami orang tuanya pada tahun 1930-an.

Tokoh komunitas tersebut mengatakan, situasi kelompok Yahudi di sejumlah kota di Swedia saat ini sulit.

Sekitar dua tahun lalu, ketika kota Umea mengelar pawai untuk menandai peringatan Kristallnacht -- pecahnya kekerasan massal terhadap Yahudi tahun 1938 -- komunitas Yahudi kabarnya tidak dilibatkan.

"Kami punya masalah dengan kelompok neo-Nazi di Gothenburg dan Umea, namun di kota-kota lain seperti Stockholm misalnya kami merasa lebih aman," kata Isak Reichel, Sekjen Dewan Komunitas Yahudi Swedia.

Simak video berikut:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.