Sukses

Ini Perbedaan Ibadah Kurban di Australia dan Indonesia

Tak seperti di negara mayoritas Muslim lain, berkurban di Australia bisa terasa berbeda. Berikut ini ulasan perbedaannya.

Liputan6.com, Melbourne - Sama seperti halnya jutaan umat muslim di seluruh dunia, umat Islam di Australia tak ketinggalan untuk merayakan Idul Adha dengan berkurban. Namun, tak seperti di negara mayoritas muslim lain, berkurban di Australia bisa terasa berbeda.

Berikut sejumlah perbedaan dari berkurban di Australia yang dikutip dari ABC Australia Plus, Jumat (31/8/2017).

Hewan Tak Disembelih di Australia

Kebanyakan umat muslim membeli hewan kurban dengan mentransferkan uangnya ke sejumlah organisasi Islam di Australia, tanpa melihat hewan yang akan dikurbankannya.

Baha Yehia, Community Engagement Coordinator dari organisasi Islamic Relief Australia mengatakan hewan-hewan yang sudah dibeli lewat organisasi Islam tidak disembelih di Australia.

Kebanyakan disembelih di negara-negara di luar Australia, sesuai dengan pilihan masing-masing.

Umat Muslim di Australia bisa membayar sekitar 100 dolar Australia atau sekitar Rp 1 juta hingga 350 dolar Australia berkisar Rp 3,5 juta, untuk satu hewan hewan kurban atau satu bagian hewan kurban untuk sapi atau unta.

Mereka juga bisa membeli hewan kurban dalam bentuk kaleng.

"Beberapa daging disediakan dalam bentuk kalengan, karena sulit untuk menjangkau daerah tujuan," ujar Baha.

"Misalnya, jika kita ingin berkurban di Suriah, dengan perang dan banyak hal yang terjadi di sana, tidaklah aman bagi pekerja kami untuk melakukannya di Suriah."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dibagikan ke Luar Australia

Banyak organisasi Islam di Australia membagikan daging kepada mereka yang membutuhkan di luar negeri.

"Mengidentifikasi warga di Australia yang berhak mendapatkan kurban adalah hal yang sulit, karena di Australia, kita memiliki sistem bantuan kesejahteraan," jelas Baha.

Berdasarkan pengalamannya bekerja di organisasi bantuan Islam, jika seandainya ada yang teridentifikasi pun belum tentu mau menerima kurban atau bantuan keuangan.

"Banyak orang merasa malu, misalnya, untuk maju dan bilang atau ingin menjadi bagian dari program kurban."

"Bahkan, misalnya, jika ada pencari suaka asal Myanmar atau Suriah, kita coba menjangkau mereka... dan kita diberi tahu jika mereka baik-baik saja, sudah dibantu, dan tidak membutuhkan apa pun".

Membantu Orang Lokal

Islamic Relief Australia telah menyalurkan program selama 30 tahun.

Baha mengatakan organisasinya telah bekerja dengan berbagai pihak di luar negeri yang terlibat dalam berkurban, mulai dari peternak, agen, pusat penyembelihan, sampai penyalur.

Ia juga mengatakan setelah daging disalurkan, tidak ada bagian dari tubuh hewan kurban yang dibuang begitu saja.

Misalnya, kulit yang kemudian diolah menjadi bahan baku produk sepatu atau tas, atau bagian tubuh lainnya yang dijadikan pupuk.

"Semua bagian dari hewan ternak digunakan dan dimanfaatkan oleh banyak pihak dalam komunitas. Semuanya dipakai untuk mendukung perekonomian warga."

Mengikuti Aturan Ketat

Baha mengatakan, Islam memiliki aturan ketat soal bagaimana hewan diperlakukan. Ini dikenal dengan istilah halal, bukan hanya dilihat dari cara memotongnya.

"Misalnya, hewan yang hendak disembelih tidak di depan atau dilihat hewan-hewan lainnya. Kedua, pisau yang digunakan untuk menyembelih haruslah sangat tajam," jelas Baha.

"Dilakukan dengan cara yang cepat, tanpa memutilasi tubuh, atau menyebabkan rasa sakit lain bagi hewan," ia menambahkan.

Ia juga mengatakan, hewan yang akan dikurbankan tidak boleh memiliki cacat, seperti buta, pincang, atau sakit.

"Bagi mereka yang menganggap berkurban adalah sebagai bagian dari kekejaman, penyembelihan sejatinya terjadi setahun penuh."

"Hewan-hewan ternak disembelih untuk memenuhi permintaan. Karena itu, tidaklah adil jika satu perayaan ini saja yang dianggap sebagai bentuk kekejaman terhadap binatang."

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.