Sukses

Koloni Ribuan Semut Api Seberangi Banjir Akibat Badai Harvey

Media sosial dipenuhi dengan gambar koloni semut api yang mengambang, berkumpul bersama menyeberangi banjir akibat Badai Harvey.

Liputan6.com, Houston - Tak hanya penduduk Texas di AS yang terdampak oleh banjir akibat Badai Harvey yang menerjang dan mengakibatkan hujan lebat. Binatang yang tinggal di dalam tanah pun turut menjadi korban.

Koloni semut yang rumahnya kebanjiran seperti jalanan di Texas, mau tak mau harus pindah. Mereka terlihat bermigrasi mencari tempat tinggal baru dengan menggunakan tubuh sebagai rakit untuk menyeberangi genangan air.

Media sosial pun dipenuhi dengan gambar koloni semut api yang mengambang, berkumpul bersama membentuk sebuah struktur di atas permukaan air.

Seperti dikutip dari BBC, Kamis (31/8/2017), Entomologists mengatakan apa yang dilakukan serangga itu adalah perilaku normal karena sarang di bawah tanah kebanjiran. Sebenarnya, tindakan itu sudah rutin terjadi di dataran banjir Amerika Selatan yang menjadi asal mereka.

Tapi tolong jangan disentuh. Mereka diberi nama semut api karena suatu alasan, karena memiliki sengatan seperti api.

"Anda pasti tak ingin dikerubungi semut api," kata Matt Shadlow dari insect conservation society Buglife Inggris.

"Menjauhlah dari mereka."

Semut api merah Solenopsis invicta umumnya akan gelisah dan agresif saat diganggu. Respons pertama mereka adalah menyengat, lalu mengeluarkan sinyal feromon ke semut lain untuk melakukan hal yang sama.

Jadi jika berada di saat yang salah ketika bertemu koloni semut, mereka bisa berkerumun di sekitar Anda.

Berikut ini rekaman video semut bermigrasi seperti rakit tersebut:

Orang yang alergi terhadap semut juga bisa demam atau bahkan syok anafilaksis akibat sengatannya. Tips terbaik menanganinya adalah mengusir atau menjauhinya segera.

Lantas, bagaimana dengan gumpalan semut mengambang ini yang dipotret orang?

Setiap 'rakit' serangga di Texas itu diperkirakan berisi sebanyak 100.000 semut. Mereka menggunakan badan yang tahan air untuk saling berkaitan mengelilingi ratu, ketika melakukan perjalanan untuk mencari tempat baru dan menciptakan terowongan serta ruang sebagai sarang mereka.

Tapi semut yang menjadi dasar 'rakit' itu, berkorban demi kelangsungan hidup sang ratu.

Semut-semut itu masih hidup meski terendam air saat menyeberang, karena sistem kantong udara membuat mereka bisa menyerap oksigen melalui tabung udara di tubuh -- cara serangga bernafas.

"Semua serangga bisa mengapung," Prof Jim Hardie dari Royal Entomological Society mengatakan kepada BBC.

"Mereka yang berada di bagian bawah akan baik-baik saja."

Semut-semut yang berada di bagian bawah air akan membentuk semacam materi yang bahkan tidak merusak permukaan air saat ditekan.

"Mereka (semut) sudah memikirkan semuanya, bahkan angin topan," kata Prof Hardie. "Mereka binatang tangguh."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Semut Tahan Lapar

Semut bisa bertahan selama berminggu-minggu tanpa sumber makanan baru. Umumnya mereka mengonsumi bakal anak mereka yang masih dalam bentuk kepompong untuk bertahan hidup.

Setelah kembali ke lahan kering, mereka akan membangun sarang baru dan kembali ke makanan yang bervariasi dan omnivora seperti sedia kala. Mulai dari telur dan serangga lain sampai daging mamalia, biji-bijian, cacing tanah dan permen yang dibuang.

Orang yang mencari semut api di mesin pencari Google ternyata juga cenderung mencari cara membasminya. Umumnya disarankan untuk menyiramkan cairan deterjen kepada mereka, dan kumpulan semut itu akan rusak lalu tenggelam.

Semut api awalnya berasal dari Amerika Selatan dan secara tidak sengaja diperkenalkan ke AS pada awal abad ke-20. Mereka juga tinggal di Australia, Selandia Baru, China, Hong Kong, Taiwan dan Filipina.

Mereka mengusir spesies semut lainnya, melukai hewan lain termasuk ternak dan membangun pagar dan gundukan, dapat menyebabkan kerusakan struktural pada bangunan dan trotoar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.