Sukses

Teror Golok di Brussels, 2 Tentara Terluka

Seorang pria bersenjata golok menyerang 2 tentara di Brussels, Belgia. Melukai 2 tentara yang sedang bersiaga menjaga keamanan.

Liputan6.com, Brussels - Seorang pria ditembak setelah menyerang dua tentara dengan sebuah golok di pusat kota Brussels. Penyerang berusia 30 tahun itu terluka di lokasi kejadian, namun kemudian meninggal di rumah sakit.

Serangan tersebut terjadi di Boulevard Emile Jacqmain, di pusat kota Brussel, Belgia.

Seperti diberitakan BBC, Sabtu (26/8/2017), salah satu tentara mengalami luka di wajah. Seorang lainnya cedera di bagian tangan.

Foto-foto yang beredar di media maupun jejaring sorial menunjukkan jalan di lokasi penyerangan golok, polisi dan tentara pun bersiaga di daerah tersebut.

"Penyerang tak dikenal pernah melakukan kegiatan teroris, namun dia terdengar mengucapkan seruan dalam bahasa Arab selama penyerangan golok tersebut," kata kantor jaksa federal Belgia.

Kantor kejaksaan itu juga mengatakan, serangan pada Jumat 25 Agustus 2017 waktu setempat diperlakukan sebagai insiden teror.

"Aku mendengar suara tembakan sebelum melihat polisi bersenjata berat di luar," tulis saksi mata bernama Ryan MacDonald melalui Twitter. 

Saksi lain mengatakan bahwa dia mendengar "dua ledakan keras dan riuh suara sirene".

Kehadiran tentara di jalanan Brussels merupakan bagian dari operasi keamanan berskala besar, yang dirancang untuk meyakinkan masyarakat soal keamanan. Upaya itu dilakukan setelah serangan teroris di kota itu pada Maret 2016, yang membunuh 32 orang.

Pasukan patroli di distrik pertokoan dan restoran yang sibuk di pusat kota, sepertinya menjadi sasaran serangan terbaru ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada Sarang ISIS di Belgia

Serangan bom di Belgia pada Maret 2016 lalu memberikan sejumlah bukti baru terkait kegagalan pihak keamanan memonitor kelompok radikal ISIS. Dua bom yang meledak di bandara dan stasiun bawah tanah menjadikan Brussel, jantung kota Eropa, menjadi inkubator terorisme.

Salah satu contoh kasat mata adalah otoritas Belgia telah mengetahui setidaknya satu dari dua bersaudara yang meledakkan diri pada 22 Maret 2016 --Ibrahim el-Bakraoui-- berhasil masuk Turki dan mencoba bergabung dengan ISIS di Suriah. Hal itu dikemukakan oleh pihak berwenang Ankara.

Menurut petugas yang tak ingin identitasnya terungkap demi alasan keamanan, Ibrahim el-Bakraoui berhasil dihentikan petugas keamanan Turki pada musim panas lalu dan dideportasi ke Belanda. Namun, baru-baru ini pihak keamanan Belgia mengatakan, saat itu mereka tidak menyamakan keinginan Ibrahim untuk bergabung dengan ISIS dengan kemungkinan ancaman teroris.

Sementara, sang adik, Khalid el-Bakraoui yang masih berusia 27 tahun, juga diketahui berada di Turki. Tapi tak diketahui, apakah Belgia mengetahui gerak-geriknya itu.

Namun ternyata, Khalid el-Bakraoui menjadi bagian dari operasi logistik untuk operasi teror Paris. Ia lantas bergabung dengan saudaranya untuk melakukan teror Belgia. ISIS mengklaim kedua serangan itu dilakukan oleh anggotanya.

Petunjuk tidak berhenti di sini saja, demikian dilansir Washington Post, Kamis, 24 Maret 2016. Seorang warga Belgia keturunan Maroko, Najim Laachraoui teridentifikasi sebagai salah satu bomber bunuh diri di bandara Belgia. Menurut polisi, pemuda 24 tahun itu juga turut berperan serta merakit bahan peledak yang mematikan.

Hal itu terungkap lewat tes DNA yang ditemukan di salah satu ledakan di Paris. Hal ini membawa satu kesimpulan bahwa Laachraoui tidak hanya mempersiapkan serangan Paris, tetapi juga terlibat di teror Belgia.

Otoritas Belgia gagal mengendus serangan ini yang hanya empat bulan setelah pihak berwenang mengatakan, serangan Paris dirancang di sebuah daerah pinggiran Molenbeek, di Brussel. Kota yang diisi oleh para pekerja dan kebanyakan penduduknya berasal dari Afrika Utara disinyalir tempat cikal bakal teroris muda.

Namun, kendati ratusan penggerebekan dilakukan di seantro Eropa, jaringan di balik serangan Prancis tak pernah terungkap sepenuhnya. Akibatnya, sisa-sisa anggotanya berhasil membuat aksi di tempat lain.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.