Sukses

Di Tengah Krisis Teluk, Qatar Pulihkan Hubungan dengan Iran

Pemulihan hubungan diplomatik Doha dan Teheran ditandai dengan kembali bertugasnya Duta Besar Qatar di Iran.

Liputan6.com, Doha - Di tengah krisis diplomatik yang melanda kawasan Teluk, Qatar memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik secara penuh dengan Iran.

Pada 23 Agustus 2017, Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan, Duta Besar mereka akan kembali bertugas di Teheran.

Pengumuman itu menandai pulihnya hubungan diplomatik antara kedua negara yang sempat terputus pada Januari 2016. Demikian seperti dikutip dari The New York Times, Jumat (25/8/2017).

"Pemerintah Qatar mengumumkan hari ini (23 Agustus) bahwa Duta Besar kami akan kembali ke Teheran untuk melaksanakan tugas diplomatik. Qatar menyampaikan segala aspirasi untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Republik Islam Iran dalam segala aspek," sebut pernyataan yang dilansir Kemlu Qatar melalui situs resminya www.mofa.gov.qa.

Doha tidak memberikan penjelasan detail terkait pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran -- yang dapat dikatakan terjadi secara mendadak.

Adapun Los Angeles Times melansir, Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani telah melakukan sambungan telepon dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif.

"Kami menyambut positif langkah yang diambil oleh Qatar," jelas Juru Bicara Kemlu Iran Bahram Ghasemi seperti yang dikutip dari media corong pemerintah Iran, IRNA News Agency.

Langkah Qatar memutus hubungan diplomatik dengan Iran pada Januari 2016 merupakan bentuk solidaritas terhadap Arab Saudi menyusul penyerangan Kedubes Saudi di Teheran.

 

Akan tetapi, meski hubungan diplomatik keduanya terputus, Qatar tetap mempertahankan relasi perdagangan yang signifikan dengan Iran, meliputi sektor minyak dan gas alam.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Krisis Belum Surut

Sejumlah pihak menilai, langkah Qatar untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran adalah upaya untuk "menyentil" Arab Saudi dan sekutunya yang mengisolasi Doha sejak 5 Juni 2017.

Kala itu, empat negara yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka menuding Doha mendukung kelompok terorisme dan ekstremisme -- termasuk di dalamnya Iran yang sejak lama menjadi musuh bebuyutan Saudi.

Tidak hanya hubungan diplomatik yang diputus, Saudi Cs pun menerapkan blokade darat, laut, dan udara atas Qatar.

Saudi Cs sempat mengajukan 13 tuntutan yang harus dipenuhi Qatar jika negara kecil itu ingin isolasi dicabut. Namun, seluruh permintaan tersebut dimentahkan Doha.

Mediasi pun dilakukan sejumlah pihak, di antaranya Amerika Serikat, Kuwait, dan Jerman demi menyelesaikan krisis. Apa daya, hingga pekan ke-11, upaya tersebut terus mengalami kegagalan dan krisis masih berlangsung hingga kini.

Pekan ini, sebuah laporan menyebutkan seorang anggota Kerajaan Qatar, Sheikh Abdullah al-Thani mengadakan pertemuan dengan Raja Salman. Keduanya bertemu di resor pribadi sang raja di Maroko.

Sheikh Abdullah yang berdomisili di London merupakan anggota sayap keluarga al-Thani yang digulingkan dalam kudeta Qatar 1972.

Media Saudi menyebut, pertemuan keduanya merupakan langkah awal untuk menggoyahkan kekuasaan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. Tujuannya, untuk menggeser kekuasaan dari Sheikh Tamim ke sayap keluarga Sheikh Abdullah yang pro Riyadh. Belum ada konfirmasi terkait hal ini.

 

Saksikan video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.