Sukses

Polisi Belanda Bekuk Terduga Kasus Ancaman Teror di Konser Musik

Seorang pria berkewarganegaraan Belanda ditangkap di rumah di kawasan Brabant karena terkait dengan ancaman di konser musik.

Liputan6.com, Rotterdam - Polisi Belanda menangkap seorang pria berusia 22 tahun. Ia diduga terkait dengan ancaman teror yang membuat pihak keamanan membatalkan sebuah konser musik di Rotterdam.

Pria itu merupakan warga negara Belanda. Ia ditangkap di rumah di kawasan Brabant pada Kamis dini hari. Seperti dikutip dari CNN, Jumat (25/8/2017), juru bicara kepolisian mengatakan bahwa pihaknya juga menyisir kediaman tersangka.

Otoritas Belanda telah membatalkan konser yang sejatinya digelar pada Rabu 23 Agustus. Tak lama kemudian, sebuah van berpelat nomor Spanyol menerabas garis polisi di tempat konser musik.

Dalam kendaraan itu, ditemukan lima tabung gas. Polisi sempat menahan pengemudi berkewarganegaraan Spanyol, namun dilepaskan karena dianggap tak bersalah.

"Pengemudi itu membawa tabung gas karena berkaitan dengan pekerjaannya. Ia menerobos garis polisi karena mabuk," kata juru bicara polisi Gijs van Nimwegen.

Polisi memastikan penangkapan pria di Brabant tak ada hubungannya dengan pengemudi van asal Spanyol.

Ancaman di Belanda itu datang setelah pihak keamanan Spanyol menahan beberapa orang terkait dengan insiden van maut di Barcelona. Para terduga teroris itu juga berencana meledakkan sejumlah bangunan bersejarah di kota itu

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Eropa dan Ancaman Kendaraan Maut

Benua Eropa dalam setahun terakhir ditimpa sejumlah insiden penabrakan maut.

Sasarannya pun selalu sama, yaitu pusat keramaian yang ada di kota besar negara-negara itu. Semua aksi teror tersebut diklaim didalangi kelompok ISIS.

Aksi teror itu dimulai di Nice, Prancis, pada Kamis 14 Juli 2016. Saat itu warga tengah menikmati perayaan Bastille Days.

Menurut keterangan saksi mata, mereka melihat truk besar itu melindas kerumunan dengan kecepatan 100 kilometer per jam. Tanpa berusaha menghentikan mobil, sopir itu melaju hingga 100 meter.

Polisi berhasil menembak mati pengendara. Namun, insiden tersebut telah menewaskan 77 orang.

Aksi teror sejenis terus berlanjut. Pada Desember di tahun yang sama, sebuah truk yang melaju kencang menabrak Pasar Natal yang digelar di Kota Berlin, Jerman, pada 19 Desember 2016 pukul 20.000 waktu setempat.

Dalam insiden itu, 12 orang tewas dan 48 lainnya terluka. ISIS mengklaim bahwa kelompoknya adalah otak dari serangan truk maut ke Pasar Natal Berlin.

Anis Amri dan dua orang lainnya yang diduga terkait dengan teror truk maut itu dibekuk di Tunisia.

Swedia juga tak ketinggalan mendapat teror serupa. Jumat, 7 April 2017 pukul 15.00 waktu setempat, salah satu kawasan khusus pejalan kaki terbesar di Kota Stockholm, Drottninggatan (Queen Street), mendadak riuh. Orang-orang berlari menyelamatkan diri karena ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah mereka.

Total empat orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam insiden teror truk maut itu.

London, Inggris, bahkan mendapat tiga serangan yang sama dalam kurun satu tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini