Sukses

Cedera Parah Akibat Perang Suriah, Pria Ini Kembangkan Kaki Palsu

Berkat keberadaan teknologi, seorang pencari suaka dari Suriah meningkatkan ketrampilan sesama pengungsi.

Liputan6.com, Berlin - Pada April 2013, mahasiswa matematika Suriah bernama Asem Hasna merasakan hening selama 5 menit setelah sebuah ledakan peluru mencabik kaki kirinya di kota kecil Damaskus tenggara.

Saat kejadian, mahasiswa yang menjadi sukarelawan paramedis itu baru saja membuka pintu ambulans setelah memasukkan para pemberontak yang cedera di Khan El Shih, Suriah. 

Dikutip pada Rabu (16/8/2017), Hasna mengatakan kepada TechCrunch di sela-sela acara konferensi teknologi re:publica di Berlin, Jerman, "Ledakan itu sedemikian kerasnya sehingga saya tidak sadar kaki saya sudah terlepas.” 

Hasna mengalami guncangan saat kondisi kakinya mengeluarkan darah. Pingsan lalu siuman, berulang kali. Rekan-rekan paramedisnya segera mengirim dirinya bersama 13 korban lainnya ke Yordania untuk mendapatkan perawatan.

Dalam kegelapan malam menuju perbatasan, mereka diselundupkan dalam sebuah truk. Sepanjang perjalanan, peluru menghujani kendaraan itu. Hasna nyaris tidak selamat.

Setelah susah payah melintasi perbatasan, ia dilarikan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk menjalani 5 kali pembedahan pada bagian kaki yang tersisa.

Ia kemudian menjadi bagian dari program rehabilitasi yang dijalankan bersama oleh State Department Amerika Serikat (AS) dan Palang Merah. Program itu sendiri bertujuan melatih warga Suriah untuk menjadi teknisi prosthesis agar bisa membuat tungkai serta kaki palsu.

Di situlah untuk pertama kalinya ia melihat pencetak 3D (3D printer).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belajar Melalui Internet

(Sumber World Bank Group dan Refugee Open Ware)

"Terlihat aneh. Saya mengerti cara kerja pencetak 2D, tapi penasaran dengan pencetak 3D dan mempelajari lewat web untuk bisa menggunakan perangkat lunak (software) open source.”

Hasna kemudian mulai bekerja dengan perusahaan startup 3D MENA di Amman untuk belajar memprogram microchip. Ia menguasai teknologi prosthesis hanya dalam 3 hari dengan menggunakan Arduino.

Ia tertarik menemukan solusi prosthesis berbiaya rendah yang selama ini tidak mudah untuk disesuaikan oleh pengguna.

Hasna mengembangkan perangkat guna membantu temannya Ahmed Orabi yang kehilangan penglihatan akibat tembakan oleh penembak jitu di Suriah. Dengan cara mersakan getaran, Orabi sekarang bisa merasakan kedalaman benda ketika ia sedang berjalan.

Hasna juga mencetak suku cadang karet yang tahan lama untuk ditempatkan di antara pergelangan kaki dan tumit agara membantu kestabilan kaki prosthesisnya hanya seharga kira-kira US$ 2.

Teknologi Startup di Tengah Kancah Peperangan

Hasna menghadiri Global Innovation Gathering dalam re:publica berdasarkan undangan inovator teknologi Mesir-Amerika bernama Muhammad Radwan.

Radwan menjelaskan kepada TechCrunch, "Sekarang ini ada gerakan di kawasan itu setelah orang menyadari bahwa proses manufaktur mengalami desentralisasi sehingga, kalau mau, orang bisa membuat sesuatu sendiri."

Walaupun sukses di Amman, Hasna menghadapi tantangan dari pemerintah Yordania yang mulai melarang para pengungsi bekerja. Hasna dan beberapa rekannya memutuskan untuk mencari suaka di Jerman.

Perjalanan itu tidak mudah dan mahal karena melibatkan penyelundup manusia yang meminta US$ 1.000 per orang. Perahu karet sepanjang 6 meter yang membawa mereka ke pulau Lesbos (Yunani) juga padat manusia.

Sekarang, sambil menunggu terbitnya surat izin bermukim di Jerman, Hasna menjalankan latihan pemrograman untuk anak-anak di kamp pengungsi di Berlin dengan menggunakan Arduino.

Kelas pelatihan anak-anak pengungsi Suriah. (Sumber Refugee Open Ware)

Ia menyebarkan pengetahuan fabrikasi digital dalam bidang prostesis dan meningkatkan ketrampilan melalui organisasi Refugee Open Ware terkait perangkat laser pemotong dan mesin penggilingan.

"Dunia saya terbuka dengan adanya teknologi open source. Teknologi itu mengubah hidup saya menjadi lebih baik dan saya ingin meneruskannya kepada generasi berikut."

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.