Sukses

Pemerintah Donald Trump Resmi Haramkan Istilah  'Perubahan Iklim'

Para pegawai di US Departement of Agriculture (USDA) diperintahkan untuk menghapus kata 'climate change' atau perubahan iklim.

Liputan6.com, Washington, DC - Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kalangan konservatif Amerika Serikat yang diwakili Partai Republik -- partai yang menguasai pemerintah sekarang ini-- menganggap perubahan iklim adalah mitos semata.

Maka, semenjak Donald Trump naik ke puncak kekuasaan, sejumlah kebijakan terkait lingkungan dan perubahan iklim dihapus. Puncaknya, AS hengkang dari Paris Accord atau Kesepakatan Paris 2015.

Kesepakatan Paris merupakan perjanjian iklim komprehensif pertama di dunia yang dicapai pada tahun 2015. Tujuan utamanya adalah menjaga kenaikan rata-rata suhu global di bawah dua derajat Celsius.

Untuk itu, negara-negara yang terlibat berjanji mengurangi emisi karbon mereka. Namun, Kesepakatan Paris hanya dapat berlaku setelah diratifikasi oleh 55 negara.

Pada September 2016, Barack Obama menyetujui keterlibatan AS dalam kesepakatan tersebut. Anggota G7 berkeinginan agar AS terus menjaga komitmennya, mengingat Negeri Paman Sam merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar kedua setelah China.

Hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris 2015 sebelumnya diikuti dengan Perintah Eksekutif Donald Trump yang mengakhiri perang terhadap batu bara.

AS dianggap kembali ke era tambang.

Memparipurnakan kebijakan non-hijau itu adalah dengan menghapus istilah 'climate change' atau perubahan iklim secara resmi dari kosa kata pemerintah.

Dikutip dari News.com.au pada Rabu (9/8/2017), seluruh staf di departemen pertanian AS diberikan sebuah kamus --sebagai petunjuk membuat laporan atau pernyataan-- yang memuat seluruh kata dalam kecuali 'climate change'.

Para pegawai di US Departement of Agriculture (USDA) diperintahkan untuk menghapus kata 'climate change' atau perubahan iklim.

Kalimat itu diganti dengan 'weather extreme' atau cuaca ekstrem.

Direktur USDA, Bianca Moebius-Clune memberi daftar kata yang wajib dilarang beserta kata penggantinya.

Selain kata 'climate chage', para staf di departemen itu haram mengucap atau menulis terminologi 'climate change adaptation'. Adapun istilah penggantinya adalah “resilience to weather extremes”.

Dengan demikian, jika ingin berbicara tentang penyebab perubahan iklim -- cuaca ekstrem-- para staf juga dilarang menyarankan "reduce greenhouse gases" atau mengurangi efek gas rumah kaca.

Sebagai gantinya, para staf harus mengatakan "build soil organic matter, increase nutrient use efficiency" atau "membangun bahan organik tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi".

Daftar itu diterima Moebius-Clune lewat email pada 16 Februari 2017 lalu. Namun, baru muncul akhir-akhir ini.

Meski demikian, menurut departemen tersebut, agak terlalu jauh mengaitkan dengan motivasi politik. Departemen hanya ingin melanjutkan pekerjaan mereka tanpa ingin berkontroversi dengan Gedung Putih.

"Kami tidak akan mengubah pemodelan, hanya cara bagaimana kami berbicara tentang isu itu. Ada banyak keuntungan jika memasukkan kembali karbon ke dalam tanah, dan mitigasi iklim adalah salah satunya," kata Moebius-Clune.

Sementara itu, humas dari USDA telah meminta seluruh staf untuk tidak membicarakan masalah kosa kata secara terbuka kepada publik.

Namun, USDA menolak imbauannya itu dikaitkan dengan larangan diskusi perubahan iklim.

"Panduan kata itu boleh dikatakan mirip dengan prosedur yang dibuat oleh pemerintah sebelumnya, hanya saja disalahartikan oleh beberapa publikasi sains," kata pernyataan USDA.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.