Sukses

Menlu AS ke Korea Utara: Kami Bukan Musuh...

Menlu Rex Tillerson menegaskan AS bersedia berdialog dengan Korut selama rezim Kim Jong-un menyingkirkan ambisi nuklirnya.

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, mengatakan, Washington bersedia berdialog dengan Korea Utara. Namun, itu hanya akan terwujud jika Pyongyang menyingkirkan ambisi nuklirnya.

Tillerson yang berbicara dalam sebuah konferensi pers di Kementerian Luar Negeri AS menekankan, pihaknya tidak sedang berupaya menggulingkan rezim Kim Jong-un atau mengirim pasukan ke Korut. Kendati demikian, ia menyebutkan bahwa bahaya yang ditimbulkan Pyongyang tidak dapat diterima.

"Kami tidak berusaha mengubah rezim. Kami tidak berupaya melakukan reunifikasi kilat di semenanjung. Kami tidak mencari sebuah alasan untuk mengirim militer kami ke paralel utara ke-38 (garis pemisah Korut dan Korsel)," ujar Tillerson seperti dikutip dari CNN, Rabu (2/8/2017).

"Kami bukan musuh Anda, kami bukan ancaman Anda, tapi Anda sedang menghadirkan ancaman yang tidak dapat kami terima dan kami harus meresponsnya. Kami ingin duduk dan berdialog tentang masa depan. Pilihan kami yang lain tidak menarik," ucap menlu AS itu.

Tak hanya membahas Korut, dalam kesempatan tersebut Tillerson juga menyinggung serangkaian tantangan dalam panggung global, termasuk di antaranya Suriah dan perang melawan ISIS, destabilisasi Timur Tengah akibat aktivitas Iran, hingga konflik di Ukraina timur di mana pemberontak pro-Rusia bentrok dengan pasukan pemerintah.

Menurut Tillerson, seluruh tujuan kebijakan luar negeri AS saat ini adalah sesuai dengan slogan kampanye Presiden Donald Trump "Make America Great Again" (membuat Amerika hebat kembali).

"Itu bukan hanya sebuah slogan. Itu merupakan pemandu kebijakan kami. Tapi ketika kami katakan 'America First' itu bukan berarti 'America Alone'," jelas mantan CEO ExxonMobil tersebut.

Tillerson juga menjawab pertanyaan publik tentang berbagai pernyataan Trump di media sosial Twitter yang bertentangan dengan kebijakan publiknya.

"Itu adalah bagian dari lingkungan di mana kami bekerja, kami akan beradaptasi. Ada banyak hal tidak terduga yang terjadi kepada kami. Apa pun yang presiden pilih untuk diungkapkan, dia akan mengungkapkannya ke semua orang," tutur pria berusia 65 tahun itu.

Hubungan Baik

Beberapa waktu lalu mencuat kabar, Tillerson frustrasi dengan pemerintahan Trump dan berniat mengundurkan diri. Menjawab isu tersebut, Tillerson mengatakan, ia tidak akan ke mana-mana.

Dalam konferensi pers terbaru, ia kembali ditanya terkait hubungannya dengan Trump.

"Kami memiliki hubungan yang baik, dia menelepon saya larut malam di akhir pekan. Ini hubungan yang sangat terbuka dan saya merasa cukup nyaman berbagi pandangan saya dengan beliau," ucap Tillerson.

Tillerson mengakui, "Kami memiliki perbedaan (termasuk dalam Kesepakatan Nuklir Iran). Tapi jika kami tidak berbeda, saya tidak akan melayaninya".

Menyangkut Krisis Teluk, Tillerson menjelaskan bahwa dia akan mengirim pensiunan Jenderal Anthony Zinni ke Timur Tengah untuk membantu menyelesaikan sengketa yang melibatkan Arab Saudi Cs dan Qatar.

Krisis Teluk ditandai dengan kebijakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain memutus hubungan diplomatik dengan Qatar menyusul tuduhan Doha mendukung terorisme serta ekstremisme.

 

Saksikan video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.