Sukses

Warga Elite Korut Manfaatkan Internet untuk Buka Konten Porno?

Laporan sebuah firma intelijen mengungkap bahwa sejumlah orang di Korut menikmati akses internet tanpa batas.

Liputan6.com, Washington, DC - Periset Barat belum lama ini memilah-milah data internet milik Korea Utara. Mereka mencari aktivitas terkait peluncuran rudal atau kejahatan siber di negara yang menutup diri dari dunia luar tersebut.

Namun, apa yang mereka temukan justru mengejutkan.

Lingkaran kecil keluarga elite -- sejumlah orang yang di Korut yang memiliki akses tak terbatas ke internet -- ternyata memiliki aktivitas yang mencolok di dunia maya. Mereka menggunakan ponsel untuk membuka Gmail, akun Facebook, dan mencari sejumlah barang di situs perusahaan e-commerce China, Alibaba, atau bahkan Amazon yang berpusat di Amerika Serikat hingga membuka konten berbau pornografi.

Hal tersebut diungkap dalam sebuah laporan yang dirilis pada Selasa lalu.

"Para pemimpin ini melakukan banyak hal serupa dengan yang kita lakukan ketika bangun pagi. Mereka tidak terisolasi," ujar Priscilla Moriuchi dari Recorded Future, firma intelijen yang menulis laporan tersebut seperti Liputan6.com kutip dari Washington Post pada Kamis (27/7/2017).

Pengamatan yang dilakukan firma tersebut hanya terhadap sebagian kecil rakyat Korut mengingat sebagian besar masyarakat di negara berpenduduk 25 juta jiwa itu miskin dan tidak memiliki akses ke internet. Bahkan di antara sedikit warga Korut yang memiliki ponsel -- jumlahnya diperkirakan 4 juta orang -- akses mereka dibatasi oleh operator pemerintah, Kwangmyong.

Tapi, selalu ada pengecualian. Sejumlah kecil warga Korut memiliki akses internet langsung melalui universitas, bisnis, dan mungkin rumah-rumah pejabat tinggi pemerintahan atau militer.

Siapapun golongan elite ini, menurut laporan firma Recorded Future mereka sering mengakses game dan konten streaming online seperti layanan streaming popular Youku milik China dan iTunes.

Selain itu, segelintir warga Korut yang memiliki akses ke internet diketahui juga kerap membuka Baidu, mesin pencari dan layanan internet China. Sementara untuk game, mereka memilih World of Tanks.

Para peneliti juga menemukan fakta bahwa golongan elite pengguna internet Korut menggunakan jaringan pribadi virtual atau alat lainnya untuk menyembunyikan asal aktivitas digital mereka. Meski demikian, dalam satu iPad yang menggunakan jaringan pribadi virtual dapat diketahui terdapat sejumlah aktivitas seperti "mengecek akun Gmail, mengakses Google Cloud, membuka Facebook dan akun MSN, serta beberapa konten dewasa".

Lantas, ditemukan pula kasus di mana sejumlah orang dengan akses internet menggunakan jaringan pribadi virtual yang melakukan pembelian menggunakan bitcoin, mengikuti akun tertentu di media sosial Twitter, dan mengunggah dokumen ke Dropbox.

"Jika itu fakta, maka itu sangat menarik karena menunjukkan adanya akses lebih banyak yang dimiliki warga Korut ke internet dan lebih banyak akses terhadap informasi," ungkap jurnalis teknologi Martyn Williams.

Firma Recorded Future, berpusat di Somerville, Massachusetts. Mereka membuat kesimpulan dengan memeriksa data yang dikumpulkan oleh Tim Cymru, sebuah kelompok riset keamanan Internet, pada 1 April hingga 6 Juli.

Data tersebut kemungkinan tidak mencakup penggunaan internet oleh kedutaan asing atau kelompok internasional yang berpusat di Korut. Namun, dimungkinkan memuat "lalu lintas" dunia maya wartawan asing atau pengunjung lainnya.

Laporan Recorded Future juga menguak informasi bahwa warga Korut menjangkau internet melalui akses yang tersedia di India, Malaysia, Selandia Baru, Nepal, Kenya, Mozambik, dan Indonesia. Di tiap-tiap negara tersebut, Korut memiliki setidaknya basis operasi melalui program pemerintah, universitas, atau institusi lainnya.

Peneliti di Recorded Future mengatakan, mereka "tidak melihat adanya aktivitas kejahatan siber" dari Korut pada periode April hingga Juli. Kuat dugaan, rezim tersebut melakukan sebagian besar aktivitas jahatnya dari luar negeri.

Menurut analis intelijen AS, Korut melakukan sebagian besar operasi sibernya dari luar negeri terutama dari China, dan sejumlah negara lain termasuk Malaysia.

 

Saksikan pula video berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.