Sukses

Tentara Transgender Menentang Donald Trump

Donald Trump melarang transgender bergabung dalam militer Amerika Serikat.

Liputan6.com, Washington, DC - Saat kampanye, Donald Trump berjanji akan menjadi presiden Amerika Serikat pertama dari kubu Republik yang mengakui hak-hak kaum LGBT. Ia membela Caitlyn Jenner -- mantan olahragawan dan anggota klan Kardashian yang memutuskan untuk menjadi perempuan -- untuk menggunakan kamar mandi sesuai dengan identitas gender yang dipilihnya.

Suatu ketika, miliarder nyentrik itu berdiri di panggung kampanye. Tangannya mengibarkan bendera pelangi bertuliskan 'LGBT for Trump'.

"Terima kasih komunitas LGBT! Aku akan berjuang demi kalian saat Hillary (Clinton) memasukkan lebih banyak orang yang akan mengancam kebebasan dan apa yang kalian percayai," tulis dia di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, seperti dikutip dari situs Vox, Kamis (27/7/2017).

Namun kini, enam bulan berkuasa, Donald Trump berbalik sikap. Ia melarang kaum transgender bergabung dengan militer AS.

"Setelah berkonsultasi dengan para jenderal dan ahli militer, harap dimaklumi bahwa Pemerintah Amerika Serikat tidak akan menerima atau mengizinkan transgender untuk melayani dalam kapasitas apapun dalam kemiliteran (US Army)," tulis dia, juga di akun Twitter pribadinya.

Biaya medis yang mahal dan 'gangguan' yang disebabkan anggota militer yang transgender dijadikan alasan.

Perubahan sikap Trump dikecam banyak orang. Caitlyn Jenner pun bertanya-tanya, ada apa dengan presiden yang ia dukung dalam Pilpres 2016.

"Ada 15 ribu kaum transgender patriotik di militer AS yang berjuang demi kita semua. Apa kabar janjimu untuk memperjuangkan hak mereka," tulis Jenner dalam akun Twitternya, @Caitlyn_Jenner.

"Pagi ini, @POTUS menyerang kaum transgender yang berjuang demi negara. Semua warga AS seharusnya marah."

Caitlyn Jenner

Larangan Trump tentu saja ditanggapi emosional oleh para transgender yang bergabung dalam angkatan bersenjata.

"Aku ingin melihat mereka mencoba menendangku keluar dari kesatuanku," kata Sersan Logan Ireland kepada Air Force Times, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (27/7/2017).

"Anda semua tak bisa menyangkal hakku untuk melayani negaraku, selama memenuhi syarat dan mampu, aku ingin mengabdikan hidupku."

Logan yang terlahir sebagai perempuan adalah pilot angkatan udara yang menonjol. Ia juga menikah dengan transgender, Laila Villanueva, yang lahir sebagai pria.

Logan menambahkan, larangan tersebut tak hanya menyakiti komunitas transgender, tapi juga militer.

"Untuk presiden -- yang menyangkal seseorang berbadan sehat, memenuhi syarat, dan punya hak yang setara untuk mengangkat tangan kanan, mengucap sumpah demi melayani negara, rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan -- (ia telah melakukan) ketidakadilan."

Logan berharap bisa bertemu dengan Donald Trump. "Jadi aku bisa mengatakan langsung kepadanya tentang diriku dan 15.500 anggota militer saat ini memperjuangkan hak-hak mereka juga demi negara."

Keputusan Trump juga ditanggapi sejumlah veteran. "Aku pernah mengabdikan diriku untuk negara; Trump belum pernah...Ia sosok narsistik yang mementingkan diri sendiri. Keputusannya melukai ribuan anggota militer dan keluarganya," kata mantan anggota marinir yang juga transgender, Connie Rice (58).

Transgender asal Australia Cate McGregor, yang juga anggota militer senior mengaku terkejut dengan keputusan Donald Trump.

Namun, kata dia, "tak mengherankan keputusan itu datang dari seseorang yang belum pernah terjun melayani negara dalam kemiliteran, tapi itu mencela kepahlawanan John McCain dan meremehkan keluarga Gold Star (anggota militer AS yang gugur)."

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.