Sukses

Di Tengah Konflik Al-Aqsa, PM Israel Ancam Usir Media Qatar

Tak hanya bertekad menutup kantor Al Jazeera di Yerusalem, PM Netanyahu juga ingin mengusir media Qatar itu dari Israel.

Liputan6.com, Hebrew - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Rabu waktu setempat mengancam akan menutup kantor Al Jazeera di Yerusalem. Netanyahu menuding, jaringan berita televisi yang berbasis di Qatar tersebut telah memicu serangkaian kekerasan di kota itu.

Lebih dari satu pekan terakhir, Yerusalem mengalami salah satu periode paling menegangkan menyusul protes warga Palestina atas meningkatnya tindakan pengamanan Israel di kompleks Masjid Al Aqsa. Oleh kaum Yahudi, situs suci itu disebut sebagai Temple Mount.

"Jaringan Al Jazeera terus memicu kekerasan di sekitar Temple Mount. Saya telah bicara beberapa kali dengan otoritas penegak hukum, menuntut ditutupnya kantor Al Jazeera di Yerusalem. Jika itu tidak dapat dilakukan karena penafsiran hukum, saya akan berupaya untuk memberlakukan undang-undang yang dibutuhkan untuk mengusir Al Jazeera dari Israel," ungkap Netanyahu di laman Facebook-nya seperti dikutip dari The Guardian pada Kamis (27/7/2017).

Hingga kini, Al Jazeera belum memberikan respons atas pernyataan PM Netanyahu tersebut.

Memanasnya situasi di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem bermula ketika terjadi serangan terhadap polisi Israel di sekitar Masjid Al-Aqsa. Pelaku serangan adalah tiga lelaki keturunan Arab yang belakangan berhasil dilumpuhkan setelah sempat mencoba kabur.

Segera setelah peristiwa tersebut, Israel meningkatkan keamanan dengan memasang metal detektor. Langkah ini menuai protes dari warga Palestina yang menilai Israel berusaha memperluas kontrolnya di situs suci itu.

Kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan situs suci bagi umat muslim dan Yahudi, karenanya kerap menjadi titik nyala yang berulang dalam konflik Arab-Israel. Setidaknya, tujuh orang dilaporkan tewas akibat kekerasan yang terjadi pada Jumat dan Sabtu lalu.

Sementara itu, sebelumnya Al Jazeera juga pernah mendapat kecaman dari Mesir pada tahun 2014. Negeri Piramida itu menjatuhi hukuman penjara tujuh tahun bagi tiga staf Al Jazeera dan menutup kantor-kantor jaringan media itu.

Kini, dua orang staf Al Jazeera telah dibebaskan sementara seorang lainnya masih mendekam di balik jeruji besi.

 

Simak pula video berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.