Sukses

Ribuan Botol Bekas Ini 'Disulap' Menjadi Perahu Besar

Kapal botol plastik tersebut menjadi bagian dari proyek yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang keberadaan limbah plastik di lautan.

Liputan6.com, Marazion - Sebuah badan amal Inggris yang berkutat dalam masalah lingkungan membangun sebuah perahu berukuran penuh yang bahannya berasal dari botol-botol plastik bekas.

Ribuan botol plastik itu dipungut dari pantai-pantai Inggris dan pembangunan perahu itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran tentang polusi.

Dikutip dari UPI, Jumat (21/7/2017), lembaga Surfers Against Sewage membangun perahu itu di pantai di Marazion, Inggris.

Kelompok itu mengatakan bahwa perahu yang mereka juluki "Boaty McBottleface" itu merupakan bentuk penghormatan kepada kapal penelitian terkenal dengan nama sama.

Kapal botol plastik tersebut menjadi bagian dari proyek "Wasteland" yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang keberadaan limbah plastik yang bertebaran di lautan.

Sebagai bagian dari proyek itu, mereka menawarkan rencana lima langkah kepada komunitas-komunitas agar bisa mengurangi pemakaian plastik. Namun demikian, tidak jelas apakah Boaty McBottleface yang satu ini bisa melaut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masalah Besar

Ilustrasi (AFP)

Seperti dilaporkan Liputan6.com sebelumnya, seorang ilmuwan Amerika Serikat bernama Dr Roland Gayer telah menghitung jumlah plastik yang pernah diproduksi di seluruh Bumi sejak 65 tahun lalu.

Ternyata, jumlahnya mencapai 8,3 miliar ton -- setara dengan 25.000 kali gedung Empire State di New York atau 1 miliar gajah.

Sejak diproduksi secara massal pada 1950-an, saat ini polimer ada di sekeliling kita, mulai dari pembungkus makanan, baju, hingga bagian pesawat.

Satu hal yang paling disoroti dari hal tersebut adalah bahwa benda-benda yang terbuat dari plastik itu, termasuk bungkus produk, hanya digunakan dalam waktu singkat.

Namun, daya tahan yang dimiliki plastik itu justru menimbulkan masalah baru. Dibutuhkan waktu ratusan tahun untuk menguraikannya di dalam tanah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini