Sukses

Siswi di Arab Saudi Akan Mulai Diajarkan Pendidikan Jasmani

Perempuan Arab Saudi dibatasi sejumlah aturan, seperti larangan menyetir dan harus mengenakan abaya.

Liputan6.com, Riyadh - Kementerian Pendidikan Arab Saudi melalui sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 11 Juli 2017 waktu setempat mengumumkan akan memberikan pendidikan jasmani "secara bertahap" dan sesuai dengan peraturan syariat Islam" bagi perempuan.

Hal ini akan mulai diterapkan pada tahun ajaran mendatang.

Tidak disebutkan apakah kelas ini merupakan bagian dari ekstrakurikuler atau wajib. Seperti dikutip dari Deutsche Welle pada Rabu (12/7/2017), pihak berwenang Saudi membingkai pendidikan jasmani terhadap perempuan ini dengan isu kesehatan demi menghindari penolakan dari kubu konservatif.

Menurut rencana reformasi Visi 2030 yang diperkenalkan pada 2016, hanya 13 persen dari populasi yang berolahraga setidaknya satu kali dalam sepekan. Rencana diberikannya pendidikan jasmani merupakan usaha menaikkan prosentase menjadi 40 persen dengan tujuan meningkatkan harapan hidup dari usia 74 tahun menjadi 80 tahun.

Dewan Shura Arab Saudi telah menyetujui pengenalan pendidikan jasmani terhadap perempuan pada 2014. Namun, keputusan tersebut tidak dapat segera dilaksanakan karena mendapat pertentangan dari para ulama yang menilai langkah tersebut sebagai "Westernisasi".

Baru pada awal tahun ini terdapat sedikit kemajuan, yakni dewan mengizinkan dibukanya tempat gimnastik khusus perempuan.

Selama ini negara ultrakonservatif itu menganggap pendidikan jasmani bagi perempuan tidak sopan. Terlebih Arab Saudi menganut intrepretasi ketat atas hukum Islam dan adat istiadat kesukuan.

Sebagian besar larangan menjerat kaum perempuan, semisal wanita dilarang mengemudi, harus mendapatkan izin dari wali laki-laki untuk bepergian, atau bahkan mendapatkan paspor, serta mengenakan abaya ketika tampil di muka umum.

Anak laki-laki dan perempuan di Saudi ditempatkan di sekolah dan universitas terpisah untuk mencegah mereka yang bukan keluarga saling berbaur.

Namun beberapa tahun lalu, pemerintah Saudi melakukan reformasi kecil dengan membuka kesempatan baru bagi perempuan dan memperluas partisipasi mereka dalam lapangan kerja.

Langkah "Bersejarah"

Lina Almaeena, seorang anggota dewan penasihat Shura yang mendirikan klub olahraga perempuan pertama di Saudi, Jeddah United, mengatakan kepada AFP bahwa hal tersebut merupakan pengumuman bersejarah.

"Salah satu tantangan kami, selalu persoalan logistik. Kami tidak memiliki fasilitas olahraga di sekolah. Tantangan lainnya adalah instruktur, jadi sekarang ini mereka mulai melatih para pelatih," ucap Almaeena.

Pada 2016, pemerintah menunjuk Putri Reema binti Bandar bin Sultan bin Abdulaziz Al Saud untuk memimpin Otoritas Olahraga Umum nasional pada 2016.

Sementara itu, Saudi, secara perdana mengirim dua atlet perempuan ke Olimpiade pada 2012, dan pada 2016 jumlah olahragawan perempuan yang diutus naik jadi empat orang.

 

Simak video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.