Sukses

2 Kisah 'Horor' di Dieng: Tragedi Sinila dan Raibnya Legetang

Letusan Kawah Sileri Dieng mengingatkan pada dua peristiwa horor di masa lalu. Berikut kisahnya.

Liputan6.com, Dieng - Minggu siang, 2 Juli 2017, para wisatawan berkumpul di sekitar kawah Sileri, Dieng di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka menghabiskan libur Lebaran di sekitar liang yang mengepulkan asap tebal beraroma berlerang itu. 

Tiba-tiba, sekitar pukul 12.00, Kawah Sileri meletus dan mengeluarkan semburan lumpur dan gas setinggi 50 meter. Akibatnya, 17 orang terluka. 

Berikut video detik-detik meletusnya Kawah Sileri Dieng:

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, mengatakan, letusan freatik yang terjadi di Kawah Sileri Dieng terkait dengan tekanan uap air.

"Jadi, airnya meletus bercampur lumpur. Kejadiannya tiba-tiba," kata Kasbani. 

Kawah Sileri adalah satu di antara delapan kawah aktif yang berada di Kompleks Dataran Tinggi Dieng. Tujuh kawah lainnya adalah Kawah Candradimuka, Sibanteng, Siglagah, Sikidang, Sinila, Timbang, dan Kawah Sikendang.

Kawah Sileri tak memiliki riwayat gas beracun. Tiga kawah berpotensi mengeluarkan gas beracun adalah Kawah Sinila, Timbang, dan Kawah Sikendang.

Dieng, dataran tertinggi kedua di dunia --2.000 meter di atas permukaan laut-- setelah Nepal, berlokasi di sisi Barat Gunung Sindoro dan Sumbing. Selain kompleks volkano, dataran itu juga merupakan kawasan candi peninggalan Hindu.

Kawasan itu telah menjadi daya tersendiri setelah ditemukan pada 1814 oleh tentara Inggris. Kala itu, tentara Inggris tak sengaja menemukan reruntuhan candi di tengah danau.

Meski secara langsung "hanya" menyebabkan wisatawan luka-luka, letusan Kawah Sileri juga membawa duka. 

Helikopter Basarnas mengalami kecelakaan dan jatuh di Temanggung, Jawa Tengah, sekitar pukul 16.00, Minggu 2 Juli 2017. 

Helikopter itu terbang untuk memantau letusan di Dieng, sekaligus mengevakuasi korban. 

Letusan Kawah Sileri mengingatkan kembali bahwa Dieng, kawasan wisata gunung api nan cantik itu sejatinya menyimpan "bom waktu".

Pada masa lalu, sejumlah tragedi pernah terjadi di Dieng, yang tak hanya mengerikan, tapi hingga merenggut ratusan korban jiwa.

Berikut dua kejadian horor di Dieng tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1. Tragedi Sinila

Semenjak Abad ke-17, kompleks vulkanik Dieng telah mengalami berbagai erupsi.

Kebanyakan erupsi adalah freatik dan memiliki kadar ledakan moderat. Beberapa letusan mengeluarkan gas CO2 beracun, seperti pada 1928, 1939, 1979, 2011, dan 2013, demikian Liputan6.com kutip dari disertasi Arief Dwi Bimonugroho tahun 2015 dalam rangka meraih Program Double Degree MSc dari Universitas Gadjah Mada dan University of Twente.

Namun, yang paling mengerikan terjadi pada 20 Februari 1979.

Sore itu, Suwandi dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA), seperti biasanya tengah menjalankan rutinitas pengamatan visual kawah Sinila, Sikidang, dan Candradimuka.

"Seluruh temperatur di kawah-kawah itu berjalan normal, tak ada tanda-tanda tremor atau apa pun. Entah mengapa tiba-tiba Sinila meletus," kata Suwandi mengenang peristiwa itu, seperti dikutip dari disertasi Arief Dwi Bimonugroho.

Meletusnya kawah Sinila terjadi pada 20 Februari 1979 lewat tengah malam tepatnya pukul 01.55. Ada suara ledakan dari Sinila diikuti dengan gempa bumi.

Penduduk Dusun Simbar, Desa Sumberrejo, mengisahkan peristiwa horor itu.

"Ada gempa, tiap 15 menit. Saat saya melihat keluar ada awan hitam di tengah kawah Sinila. Tapi, kami tak mendengar ledakan," kata Riyanto seperti dikutip dari Antara.

Gempa terus-menerus terjadi hingga subuh. Pada pukul 04.30, Riyanto bersama warga desa lainnya mendekati kawah Sinila.

Dalam perjalanan ke sana, mereka melihat ratusan orang tewas di jalan.

Tragedi Sinila 1979 (suratkabar.id/public domain)

"Tampak penduduk desa sekitar itu tengah berusaha mengevakuasi diri. Mereka tewas dalam perjalanan mencari tempat aman," kenang Riyanto.

Ia bersama warga kampungnya adalah orang pertama yang datang ke sana dan menemukan warga desa tewas.

Total 149 orang tewas dalam peristiwa itu.

3 dari 3 halaman

2. Dusun yang Hilang

Selain gempa dan gas beracun, kawasan pegunungan Dieng rawan tanah longsor. Peristiwa itu diungkapkan oleh USGS pada 9 Juni 1971 dalam laporannya yang berjudul Evaluation of Initial Investigation Dieng Geothermal Area, Central Java.

Pada 1955, terjadi longsor dari Gunung Pengamun-amun yang menimbun Dusun Legetang hingga lenyap tak bersisa. 

Tugu peringatan bencana hilangnya Dusun Legetang (Wikipedia)

Dikutip dari Dieng Indonesia.com tercatat satu dusun itu benar-benar terkubur, menewaskan 332 orang warganya dan 19 penduduk dusun tetangga yang tengah berkunjung ke kawasan itu.

"Benar, kisah terkuburnya Desa Legetang itu benar adanya. Desa itu lokasinya dekat dengan lereng, jadi benar-benar di kaki gunung. Kemungkinan tanah longsor sangat besar," kata Alif Fauzi, Ketua Panitia Penyelenggara Dieng Festival kepada Liputan6.com pada Senin (3/7/2017). 

Menurut Alif, jarak desa itu hanya 3 kilometer dari kawah terdekat, yaitu Kawah Timbang. 

"Lagi pula, tahun itu 1955, segala peralatan masih terbatas, jadi sangat sulit untuk mengevakuasi penduduk yang terkubur. Dan pemerintah lokal saat itu membiarkan desa itu terkubur," ujar Alif. 

Menurut cerita dari mulut ke mulut, Dusun Legetang kaya dan subur tanahnya. Namun, penduduknya mengingkari nikmat dengan tidak menjalankan kehidupan dengan baik. Sebagai bentuk hukuman atas perilaku mereka, alam pun murka.

"Desa itu dekat dengan Gua Jimat, yang menurut kepercayaan sebagai tempat penyimpanan pusaka sakti. Jadi ada mitos dan legenda yang membumbui peristiwa alam itu," lanjutnya.

Misteri Dusun Legetang itu terkubur bersama para penduduknya. Kini kawasan itu ditandai dengan tugu peringatan tertimbunnya desa itu.

Daerah itu telah berubah menjadi areal lahan pertanian kentang.

"Sekarang Desa Legetang jadi lahan kentang yang terkena di Dieng. Kadang, petani yang tengah mencangkul kerap menemukan satu dua pecahan perabot atau puing rumah," ujar Alif. 

Selain Legetang, ada juga kisah desa yang terkubur. 

"Dusun Jawera pada tahun 1944 pernah terkubur kala Kawah Sileri meletus. Tapi lagi-lagi itu jauh di masa sebelum kita merdeka, pencatatan berapa orang yang terkubur kita tidak tahu," kata Alif. 

Meski demikian, menurut catatan Center of Volcanology and Geological Disaster Mitigation, Kawah Sileri  pernah meletus pada 4 Desember 1944, kala itu, 117 orang tewas dan melukai 250 lainnya.

Kini kawasan Desa Legetang didirikan sebuah prasasti sebagai pengingat bahwa di situ pernah terjadi bencana.

"Ini mengingatkan manusia untuk lebih arif, waskito, dan waspada, serta menghormati alam," tutup Alif seraya menambahkan prasasti dibangun pada 1990-an. 

Daftar Bencana di Dieng

Berikut adalah sederet daftar letusan dan gas bocor di Dieng dari tahun 1786 hingga 2013 yang merenggut nyawa manusia, seperti dikutip Liputan6.com dari Center of Volcanology and Geological Disaster Mitigation:

- Kawah Candradimuka meletus menyemburkan gas pada tahun 1786, 38 orang tewas.
- Pada 13 Mei 1928, Kawah Timbang meletus dan mengeluarkan gas beracun, 40 orang tewas.

- Pada 13 Oktober 1939, Timbang kembali meletus dan menewaskan 10 orang.

Selain itu, kawah Sileri juga pernah meletus pada 4 Desember 1944. Kala itu, 117 orang tewas dan melukai 250 lainnya. Sileri kembali mengamuk pada 13 Desember 1964 dan merenggut 114 nyawa.
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.