Sukses

Eks Dokter Serbu RS New York dengan Senjata, 1 Sejawat Tewas

Di balik jas labnya, eks dokter di RS New York ini menyembunyikan senjata serbu lalu melepaskan tembakan ke segala penjuru.

Liputan6.com, New York - Seorang eks dokter yang mengenakan jas laboratorium dan mempersenjatai diri dengan senapan serbu mengamuk di rumah sakit Bronx, tempat dia dahulu bekerja. Dalam aksi pada Jumat 30 Juni 2017 itu, ia membunuh seorang dokter wanita dan melukai enam lainnya -- lima di antaranya luka serius -- sebelum membakar dan menembak diri sendiri di kepala.

Serangan kejam oleh mantan dokter -- yang diidentifikasi oleh polisi sebagai Henry Bello, 45 tahun -- membuat pekerja di rumah sakit Bronx-Lebanon bersembunyi di balik meja dan pintu, saat tembakan serta asap memenuhi lorong khusus untuk menyembuhkan orang sakit.

Dikutip dari NYTimes, pada Sabtu (1/7/2917), saksi mata mengatakan bahwa saat serangan pekerja medis diam-diam merobek selang kebakaran dari dinding untuk digunakan sebagai tourniquet (alat bebat) darurat di satu kaki korban. Sementara yang lain menggambarkan adegan mengerikan dokter bersenjata membakar diri lalu berlari menyusuri lorong.

"Dia menembak! Dia menembak!", jerit seorang wanita saat awal insiden mengerikan serangan tersebut, seperti diceritakan seorang ibu di ruang gawat darurat anak-anak yang meringkuk bersama kelima anaknya yang berusia 1 sampai 10 tahun.

Pihak berwenang dengan cepat mengenyampingkan bahwa itu adalah terorisme. Sebagai gantinya, aksi itu dianggap jenis penembakan massal oleh seorang pria bersenjata yang menghantui masyarakat di sekitar Amerika Serikat akhir-akhir ini.

Beberapa saksi mata memperkirakan bahwa korban tewas jauh lebih tinggi jika penembakan terjadi di lokasi lainnya. Hal itu tak terjadi sebab di rumah sakit tersebut -- yang dipenuhi dengan peralatan medis mutakhir-- para dokter dan suster sudah begitu terlatih menghadapi serangan seperti itu.

Mereka segera melakukan triase atau suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa, bahkan di saat mereka bersembunyi. Desain rumah sakit yang berlorong juga memberikan keuntungan tersendiri bagi para tim medis, untuk menolong pasien luka dalam kondisi sembunyi.

"Situasi berlangsung di tengah tempat yang diasosiasikan sebagai tempat perawatan yang nyaman," kata Wali Kota Bill de Blasio saat konferensi pers di luar rumah sakit di Grand Concourse di lingkungan Claremont Village.

Pria bersenjata itu bertindak sendiri, kata de Blasio menambahkan. Ia menuturkan bahwa aksi tersebut adalah akibat perselisihan di tempat kerja, yang berakhir saat pria bersenjata melakukan bunuh diri. "Setelah dia melakukan kerusakan yang parah," kata Wali Kota tersebut.

Polisi tidak mengidentifikasi korban, selain sebagai wanita dan dokter. "Lima pasien yang cedera serius tengah berjuang untuk hidup," kata komisaris polisi, James P. O'Neill menambahkan bahwa korban cedera keenam akibat luka tembak di kaki.

"Bello sebenarnya akan dipecat oleh rumah sakit tersebut, namun malah memilih mengundurkan diri setelah dia dituduh melakukan pelecehan seksual," kata seorang pejabat polisi.

Seorang petugas polisi lainnya mengatakan bahwa Dr. Bello telah meninggalkan rumah sakit beberapa waktu lalu. "Dia pergi dengan sukarela," kata pejabat tersebut.

Bello mempersenjatai diri dengan senapan AR-15, yang menurut penyidik senjata itu disembunyikan di balik jas labnya.

sejauh ini penyidik masih mencoba untuk menentukan motif serangan tersebut. Seorang pejabat mengatakan, "Kemungkinan besar itu adalah kekerasan di tempat kerja oleh mantan karyawan yang tidak puas."

Tak lama setelah penembakan tersebut, gambar-gambar grafis muncul secara online. Konon menunjukkan tersangka tergeletak di lantai rumah sakit, dengan kancing kemeja terbuka dan mantel lab berlumuran darah.

Rumah sakit di AS telah menjadi lokasi penembakan aktif dalam beberapa tahun terakhir.

Pada Januari 2015, seorang anggota keluarga pasien menembak dan membunuh ahli bedah jantung Michael Davidson. Pelakunya lalu bunuh diri di Brigham and Women's Hospital di Boston.

Menurut penuturan polisi, di Florida pada Juli lalu, seorang pria memasuki kamar pasien dan melepaskan tembakan. Penembak membunuh seorang pasien wanita berusia lanjut dan pekerja rumah sakit. Seorang tersangka ditahan atas insiden tersebut.

Dokter dengan Masa Lalu 'Cacat'

Pada 2004 lalu, Dr. Bello ditangkap dan didakwa melakukan pelecehan seksual dan pemenjaraan yang tidak sah. Hal itu terjadi setelah seorang wanita berusia 23 tahun mengatakan kepada petugas bahwa ia memegang selangkangannya di luar sebuah gedung di Bleecker Street di Manhattan.

Perempuan itu mengaku Bello mencoba memperkosanya.

Korban juga mengatakan kepada petugas bahwa Dr. Bello telah membanting dan menyeretnya sambil berkata, "ikut denganku."

Catatan pengadilan menunjukkan bahwa Dr. Bello mengaku bersalah telah menahan seseorang secara ilegal -- sebuah pelanggaran ringan. Adapun tuduhan pelecehan seksual tersebut dibatalkan.

Departemen Pendidikan Negara Bagian New York mengatakan bahwa Dr. Henry Bello telah menerima izin terbatas untuk praktik sebagai lulusan medis internasional untuk mendapatkan pengalaman sehingga dia dapat diberi lisensi.

Izin tersebut dikeluarkan pada 1 Juli 2014, dan berakhir 2 tahun setelahnya pada 1 Juli 2016. Dia juga memiliki lisensi teknisi apotik yang telah dikeluarkan di California pada tahun 2006.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini