Sukses

Kunjungan Presiden China ke Hong Kong Disambut Demonstrasi

Di tengah iklim politik yang semakin tegang, Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan perdananya ke Hong Kong.

Liputan6.com, Beijing - Presiden China, Xi Jinping mengunjungi Hong Kong. Ini adalah kali pertamanya ia datang ke wilayah itu sebagai orang nomor satu di Tiongkok. 

Xi Jinping dijadwalkan menghadiri peringatan ke-20 tahun penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China. 

Seperti dikutip dari BBC, Kamis (29/6/2017), kunjungan simbolis itu terjadi di tengah iklim politik yang semakin tegang.

Kabarnya sejumlah demonstrasi besar dari kubu pro-demokrasi dan juga pro-Beijing akan terjadi saat perayaan resmi tersebut digelar. Sejauh ini beberapa aktivis terkenal telah ditangkap pada malam menjelang kedatangan Presiden Xi.

Aktivis yang ditangkap termasuk pemimpin mahasiswa, Joshua Wong, yang berdemo di sebuah patung ikonis di pelabuhan Hong Kong.

Patung emas bunga bauhinia--lambang Hong Kong--adalah hadiah dari China untuk bekas wilayah protektorat Inggris sebagai pertanda momen serah terima tersebut.

Sejauh ini beberapa titik di Hong Kong dalam penjagaan ketat, dikhawatirkan terjadi demonstrasi lebih lanjut. Sejumlah jalan utama pun ditutup dan area di pusat wilayah itu diblokir dari publik.

Ribuan polisi dikerahkan ke seluruh penjuru Hong Kong dan di sepanjang rute yang akan dilewati oleh kendaraan Presiden Xi saat memasuki kota itu.

Hong Kong diserahkan kembali dari Inggris ke China pada 1997. Saat itu Beijing setuju untuk memerintah wilayah tersebut di bawah asas "one country, two systems", memberikan sistem hukum sendiri, demokrasi terbatas dengan banyak partai politik, dan hak seperti kebebasan berkumpul dan berbicara.

Namun, menguatnya pengaruh China memicu kegelisahan dan kekhawatiran bahwa Tiongkok Daratan dapat merusak tradisi politik yang lebih liberal di Hong Kong.

Para aktivis pun berkampanye selama bertahun-tahun agar Hong Kong memiliki kebebasan politik lebih luas.

Ketika mantan presiden Hu Jintao mengunjungi Hong Kong pada 2012, dia disambut ratusan ribu demonstran--yang melawan sesuatu yang mereka anggap sebagai pengaruh keras Beijing pada reformasi politik di wilayah tersebut.

Ketegangan meningkat menjadi demonstrasi besar di pusat kota itu pada September 2014, dengan seruan untuk mengusung demokrasi penuh dan pengunduran diri Kepala Eksekutif CY Leung.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.