Sukses

10 Kematian Mengerikan yang Dipicu Media Sosial

Pemicu kejahatan bisa bermacam-macam, mulai dari rasa cemburu, perubahan status hubungan di Facebook, hingga merayu untuk menjebak.

Liputan6.com, Jakarta - Selain sekadar mencari seseorang melalui internet, mungkin kita juga pernah menguntit, atau membuat keganjilan bagi orang lain.

Tapi ada segelintir orang yang melangkah lebih jauh dan menggunakan profil daring (online) mereka untuk membunuh. Kematian pun bisa disebabkan oleh media sosial.

Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari rasa cemburu, perubahan status hubungan di Facebook, hingga merayu seseorang untuk menjebak dan membunuhnya.

Diringkas dari ranker.com pada Selasa (27/6/2017), berikut ini adalah sejumlah kejadian berujung maut yang bermula atau dipicu sebelumnya melalui media sosial:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 11 halaman

1. Celoteh di Facebook Soal Tunjangan Anak

(Sumber Imgur)

Seorang pria bernama Adam muak melihat beberapa unggahan mantan istrinya di Facebook karena unggahan-unggahan itu berisi kata-kata yang bernada pasif-agresif.

Mantan istrinya berceloteh tentang pembayaran tunjangan anak yang menjadi kewajiban mantan suaminya.

Suatu malam, Adam memukuli mantan istrinya menggunakan palu dan kemudian menyayat leher wanita tersebut. Jasad korban ditinggalkan begitu saja hingga keesokan harinya ditemukan oleh putra mereka yang berusia 5 tahun.

3 dari 11 halaman

2. Pemberi Harapan Palsu

(Sumber Pinterest)

Pembunuh di dunia jejaring sosial yang satu ini tidak merasa sedang melakukan pembunuhan. Baginya, pembunuhan itu hanya terjadi dalam imajinasinya.

Selama beberapa bulan, Natalia Burgess (28) dari Selandia Baru menciptakan beberapa profil palsu di Facebook dan Bebo dengan menyamar sebagai remaja putri yang cantik semisal "Jordz Williams," "Becca Maria Jullienne," dan "Abby Jane Zoe William."

Dengan profil-profil palsu itu, ia bermaksud menggoda puluhan remaja pria usia sekolah agar membina hubungan secara daring. Tapi remaja-remaja putri dalam profil palsu itu kemudian "meninggal" akibat kecelakaan tragis atau bunuh diri sehingga para remaja pria kekasihnya sedih dan berduka.

Lebih dari 40 remaja pria telah menjadi korban permainan pikiran melalui internet tersebut.

Manipulasi tersebut ketahuan ketika seorang wanita lain yang berusia 22 tahun menemukan foto dirinya dalam video bela sungkawa meninggalnya seorang wanita cantik bernama "Abby."

Natalia Burgess kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun dan 2 bulan.

4 dari 11 halaman

3. 'Poke' Berujung Maut

Scott Humphrey (27) diganjar hukuman penjara setelah berulang kali memukuli temannya sendiri, Richard Rovetto (29) dalam sebuah taksi ketika mereka pulang dari acara kumpul bersama.

Ternyata Humphrey kesal karena Rovetto telah "mencolek" (poke) pacarnya melalui Facebook. Menurut pengakuan Rovetto, ia tidak mengetahui bahwa wanita tersebut adalah kekasih Humphrey.

Tonjokan berulang tersebut menyebabkan Rovetto berlumuran darah dan kemudian meninggal dunia setelah Humphrey mendorongnya sehingga kepala korban terbentur ke jalanan.

Humphrey melarikan diri dari tempat kejadian perkara tapi kemudian menyerahkan diri kepada pihak berwenang dan mengakui perbuatannya. Ia dihukum penjara selama 4 tahun dan 4 bulan.

5 dari 11 halaman

4. Membunuh Istri Karena Perubahan Status Facebook

(Sumber Imgur)

Kejahatan yang dipicu kecemburuan siber bukan hanya milik kalangan remaja. Suatu hari, seorang istri bernama Sarah (26) mengubah status hubungannya di Facebook, dari "menikah" menjadi "lajang."

Suaminya, Edward Richardson, tentu saja merasa geram. Rupanya, karena sudah berpisah dalam waktu lama, wanita tersebut tidak merasa itu bukanlah masalah besar tanpa ia sadari sang suaminya berpikir sebaliknya.

Setelah berpisah, Sarah (26) memutuskan kembali kepada orangtuanya. Keputusan itu sebenarnya cukup lazim terjadi di kalangan muda dewasa yang telah salah langkah dalam hidup.

Setelah melakukan kejahatan brutal akibat status Facebook itu, Edward kemudian menghabisi nyawanya sendiri.

6 dari 11 halaman

5. Daftar Maut Remaja Kolombia

(Sumber Imgur)

Kejadian di Kolombia ini terbilang tidak biasa. Ketika ada 3 remaja Kolombia ditemukan tewas tertembak tanpa alasan yang jelas, temuan itu menjadi pertanda mulainya rangkaian teror seakan seperti dalam kisah film.

Ternyata, 5 hari kemudian, nama-nama remaja yang meninggal dunia itu muncul dalam sebuat "daftar maut" di Facebook.

Tiga hari sesudah terbitnya daftar tersebut, seorang remaja lain yang namanya termasuk dalam daftar juga ditemukan tewas terbunuh.

Daftar itu bertambah panjang. Sementara itu, selebaran-selebaran dipasang di mobil-mobil dengan pesan agar keluarga para korban diminta meninggalkan kota dalam waktu 3 hari.

Polisi sempat menduga hal itu sekadar kegiatan gangster. Hingga hari ini tidak ada yang mengetahui atau buka mulut tentang apa yang terjadi. Pembunuhan-pembunuhan telah berhenti setelah hampir semua remaja dalam daftar maut tersebut pergi meninggalkan kota.

7 dari 11 halaman

6. Media Sosial untuk Sebar Video Pembunuhan

(Sumber Imgur)

Pembunuhan yang menimpa korban bernama Sofyen Belamouadden (15) di London dilakukan oleh gangster beranggotakan 20 remaja lain yang merencanakan pembunuhan itu secara daring.

Bukan hanya merencanakan pembunuhan secara daring, gerombolan remaja itu bahkan mempertontonkan peristiwa pembunuhan korban agar dilihat oleh ratusan orang.

Mereka melengkapi diri dengan beragam senjata, mulai dari pedang, samurai, golok, pisau Swiss Army, hingga obeng.

Para pelaku mengejar-ngejar korban di Victoria Tube Station yang sedang sibuk, lalu menghabisi korban hingga meninggal di hadapan ratusan orang yang lalu lalang.

Pembantaian itu terjadi di tempat umum sehingga terekam dalam CCTV. Para pelaku pun segera diketahui. Akhirnya, 3 remaja terbukti melakukan pidana pembunuhan, 5 orang melakukan penganiayaan, dan 9 orang lagi dihukum berdasarkan dakwaan yang lebih ringan.

8 dari 11 halaman

7. Terlalu Sibuk dengan Facebook

(Sumber Lancashire Police Department)

Terri-Marie Palmer (23) menikam kekasihnya setelah mengunggah status Facebook yang mengatakan bahwa kekasihnya "mengesalkan karena bermain Facebook hingga larut dan sangat tidak peduli ketika diajak bicara."

Demi pembalasan terhadap sikap acuh kekasihnya, Palmer kemudian menikam jantung kekasihnya ketika pria itu sedang memeriksa pesan-pesan di teleponnya.

Wanita penata rambut itu kedapatan bersalah telah membunuh Damon Searson sehingga ia pun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

9 dari 11 halaman

8. Pembunuhan Setelah Pertikaian Twitter

(Sumber Imgur)

Hanya beberapa minggu sebelum wisuda, seorang pemuda dari negara bagian Indiana di Amerika Serikat dibunuh setelah bertikai melalui Twitter.

Ketegangan dimulai setelah Jerrold Parker melontarkan ucapan yang diduga menghina Devin Leggett. Tak lama kemudian, menurut keterangan sejumlah saksi, Leggett menembak Parker berulang kali.

Pelaku kemudia dipidana dengan tuduhan pembunuhan dan membawa senjata genggam tanpa memiliki ijin.

10 dari 11 halaman

9. 'Bullying' Melalui Facebook

(Sumber Cassie Porter via GoFundMe)

Cassandra "Cessi" Porter adalah seorang siswi tahun terakhir di West Side High School di Dayton, negara bagian Idaho.

Ia melakukan bunuh diri setelah seorang pelajar lain menciptakan akun Facebook menggunakan nama palsu dan menganjurkan korban agar melakukan bunuh diri.

Menurut Craig Porter, ayah korban, "Pelaku mencaci maki dan kasar kepadanya dan memerintahkan dia untuk membunuh dirinya."

Sebelum akhirnya melakukan gantung diri, Cassandra pernah mencoba melebihkan dosis obat karena tidak tahan dilecehkan secara daring.

Setelah upaya pertama itu gagal, sang ayah sempat merasa bullying sudah usai dan ia pun melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Ketika kembali ke rumah, Cessi sudah meninggal karena gantung diri.

11 dari 11 halaman

10. Diculik dan Dibunuh Karena Komentar Facebook

Seorang pria bernama Arun Rao (24) dari Bengaluru, India, mengunggah komentar "Hi Shishya" ketika sedang mengobrol secara daring melalui Facebook dengan seorang teman.

Kata "Shishya" berarti murid atau penganut. Tapi, dalam dialek yang sama, kata itu bisa juga berarti lain. Dengan adanya perbedaan tafsir, terjadi silang pendapat di antara dua orang tersebut. Ketegangan meningkat dan malah melibatkan sekelompok pria.

Beberapa minggu setelah memberikan komentar, Rao diculik di hadapan ibunya, kemudian ditikam beberapa kali sebelum akhirnya meninggal dunia saat sedang mendapatkan pertolongan di rumah sakit setempat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.