Sukses

Ini 5 Serangan Serangga Terburuk dalam Sejarah

Berhadapan dengan seekor serangga tentu bukanlah persoalan. Namun, jika dalam jumlah yang besar maka dapat menjadi ancaman.

Liputan6.com, New York - Insecta atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan serangga adalah jenis hewan avertebrata (tak bertulang belakang). Serangga termasuk salah satu kelompok hewan yang paling beragam.

Jenis serangan bisa lebih dari jutaan spesies dan populasinya dikabarkan mencapai setengah dari organisme hidup yang ada di muka bumi.

Kelompok hewan yang berukuran kecil ini kerap kita temukan hampir di setiap lingkungan, meski berada di kedalaman lautan.

Bagi sebagian orang menghadapi kehadiran seekor serangga kerap kali bukan masalah serius. Manusia berukuran tubuh lebih besar dengan mudah akan mengusir hewan kecil itu dengan sentilan jari.

Namun, jika serangga mengerumuni manusia dalam jumlah jutaan tentu ceritanya berbeda. Ancaman besar pun mengintai.

Bayangkan saja jika ada jutaan serangga terbang atau merangkak ke arah Anda. Berkerumun, menyengat, menggigit atau bahkan menyerang kita hingga mengakibatkan hal yang fatal.

Beberapa kejadian mengerikan pernah dialami oleh sejumlah orang akibat serangan serangga. Banyak alasan mengapa kawanan hewan itu datang dalam jumlah yang besar. Salah satunya, perubahan cuaca yang mengakibatkan suhu udara jauh lebih hangat.

Biasanya suhu yang dingin banyak membuat kawanan serangga mati. Namun karena perubahan suhu yang lebih hangat, banyak serangga yang bertahan hidup dan berkembang biak.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, berikut 5 serangan serangga terburuk dalam catatan sejarah:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Nyamuk

Jika Anda mengira bandar udara adalah satu-satunya tempat yang dikunjungi para penumpang, maka perhitungan Anda salah. Di Bandara LaGuardia New York, Amerika Serikat menjadi salah satu bukti serangan kawanan nyamuk yang sangat berbahaya.

Ada sebuah insiden yang terjadi di sana yang membuat para pekerja mabuk bukan kepayang. Pada Juni 2017, pihak bandara memulai rekonstruksi beberapa bagian untuk memperbaiki sejumlah fasilitas. Biaya konstruksi itu senilai US$ 4 miliar.

Begitu konstruksi dimulai, terdapat sekelompok nyamuk dalam jumlah besar yang menggila dan menyerang para pekerja. Hal tersebut seketika membuat permasalahan besar yang berujung pada hal buruk.

"Ini sangat menyebalkan," ujar seorang pekerja.

Ilustrasi Nyamuk (AFP)

Dikutip dari laman New York Post, tak hanya para pekerja, namun nyamuk juga menyerbu para calon penumpang pesawat.

"Saya merasa terlalu banyak mengeluarkan uang untuk sebuah fasilitas yang saya dapatkan. Ada banyak makhluk kecil yang masuk dan menggigit saya saat tiba di bandara ini," kata Franchesca Lewis yang berasal dari Long Island.

Salah seorang penjaga keamanan juga merasa terganggu akibat serbuan nyamuk tersebut. Ia mengaku dapat menepis sepuluh ekor nyamuk dalam waktu sekejap.

Menanggapi kejadian ini departemen kesehatan setempat mengatakan, nyamuk yang menyerang banyak orang di bandara diketahui tak membawa virus Zika yang sangat berbahaya.

Pihaknya menyarankan kepada penumpang untuk mengenakan lengan dan celana panjang demi menghindari gigitan nyamuk. Tak lupa mereka juga menyarankan untuk menggunakan obat oles anti serangga.

Pihak bandara menyalahkan musim hujan yang kerap terjadi di wilayah itu sebagai penyebab munculnya nyamuk. Mereka juga mengklaim telah menyemprotkan pembasmi hama untuk menanggulangi masalah tersebut.

3 dari 6 halaman

2. Laba-laba

Pada November 2015, kawasan Memphis Tennessee, Amerika Serikat diserbu oleh sekawanan laba-laba yang menyerang warga di akhir pekan.

Dikutip dari laman Daily Messenger, jutaan laba-laba jenis arakhninda muncul tiba-tiba dan membangun sarangnya di antara pohon dan semak-semak sepanjang jalan dan ladang.

Para penduduk yang bermukim di kawasan Memphis Utara pun mengaku rumahnya diserbu kawanan laba-laba itu.

Ilustrasi laba-laba (AFP)

"Kami bahkan tak bisa duduk di rumah karena mereka menempel di dinding dan pintu kami," kata Debra Lewis salah seorang penduduk kota.

Menanggapi hal itu, para penduduk menyarankan pemerintah untuk bertindak cepat dan meminta untuk melakukan sesuatu atas serangan itu.

"Bersihkan daerah ini dan semprotkan laba-laba dengan pembasmi hama. Anak-anak kami berlarian karena menghindari serangan serangga," ujar Ida Moris salah seorang penduduk kota.

Selama musim panas, peristiwa kemunculan laba-laba serupa juga terjadi di wilayah Texas. Kemudian diawal musim gugur juga terjadi serangan laba-laba juga di Montana.

4 dari 6 halaman

3. Belalang

Serangan belalang pada tahun 2014 lalu menjadi serangan serangga terburuk dalam 20 tahun terakhir yang pernah terjadi di wilayah Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat.

Dikutip dari laman ABC News, The National Weather Service (NWS) yang mengurusi masalah iklim disana mengatakan, udara di wilayah sana kala itu sangat padat dengan serangga yang terpantau dari radar mereka.

"Kami telah melihat serangga dalam jumlah yang banyak dari pantauan radar kami," ujar David Craft selaku juru bicara NWS.

Ilustrasi belalang (AFP)

"Hal ini sangat mengganggu aktivitas warga. Banyak belalang yang terbang ke wajah orang-orang saat berjalan, maraton, dan bersepeda. Mereka melompat hingga ke rumah warga dan menjadi hama tanaman," kata Garlisch Salahs seorang warga.

"Musim dingin yang terjadi beberapa waktu lalu tak cukup membunuh telur-telur belalang. Karena musim dingin yang kering membuat telur-telur itu bertahan dan menetas dalam jumlah yang banyak. Otomatis hal ini menyebabkan wabah belalang," ujar David B. Richman seorang profesor dari Departemen Entomologi di Universitas Negeri Meksiko.

Sementara itu, para warga terus mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan dengan cara penyemprotan hama. Sebab kerusakan akibat belalang tersebut kian menjadi-jadi. Kerusakan yang ditimbulkan beragam.

Mulai dari belalang yang memakan bunga maupun sayuran muda yang sudah ditanam oleh warga sekitar.

5 dari 6 halaman

4. Jangkrik

Pada musim panas tahun 2013, masyarakat Oklahoma, Amerika Serikat dikejutkan dengan kemunculan kawanan jangkrik. Hewan serangga itu telah menyerang wilayah Sooner State dan membuat banyak warga mengunggah kejadian itu ke akun sosial media mereka.

Dikutip dari laman Huffington Post, Ahli Entomologi Universitas Negeri Oklahoma (OSU) mengatakan, kombinasi suhu panas dan kekeringan yang telah melanda musim panas di tahun itu memicu kehadiran jangkrik dalam jumlah yang sangat besar.

Ilustrasi jangkrik (iStock)

"Wabah ini tampaknya terjadi setelah periode cuaca kering yang berkepanjangan di musim semi dan awal musim panas yang di ikuti curah hujan pada Juli dan Agustus," kata Rick Grantham selaku pihak OSU.

Ditambah lagi adanya kemungkinan para jangkrik tengah memasuki musim kawin sehingga menambah jumlah jangkrik yang lebih banyak.

6 dari 6 halaman

5. Tarantula

Perayaan tak selalu berakhir menyenangkan. Salah satunya seperti yang dialami oleh masyarakat India pada tahun 2012.

Kala itu umat Hindu India baru saja menyelesaikan festival budaya Sadiya. Dan tiba-tiba sekawanan tarantula muncul dan menyerang mereka.

Ilustrasi Tarantula (iStock)

Dikutip dari Fox News, beberapa hari setelah festival ada seorang pria bernama Purnakanta Buragohain dan seorang anak kecil yang tak disebutkan namanya meninggal dunia akibat gigitan hewan beracun itu.

Penduduk setempat yang merasakan gigitan menghabiskan satu hari di rumah sakit karena mengeluh rasa sakit dan mual yang luar biasa pasca-gigitan tarantula. Meski sudah berminggu-minggu jari mereka masih bengkak dan menghitam.

Penduduk setempat mengatakan, hal yang paling mengerikan ketika melihat sekawanan tarantula meloncat dan tampak agresif menyerang warga.

Tim ahli berbondong-bondong datang ke kota itu dan mulai mengidentifikasi spesiesnya. Hingga akhirnya mereka sepakat jika hewan itu adalah tarantula.

Satu hal lainnya yang dapat mereka simpulkan adalah jenis tatantula tersebut selama ini tak ditemukan di India melainkan di wilayah Australia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.