Sukses

AS-Jepang Gagal Uji Coba Sistem Pencegat Rudal

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat dan Jepang dilaporkan melakukan uji coba bersama program pencegat rudal di Hawaii pada Rabu 21 Juni 2017 waktu setempat.

Simulasi yang dilakukan oleh kedua negara merupakan uji coba terhadap sistem pencegat SM-3 Block IIA yang diproduksi oleh Aegis Missile Defense System (AMDS). Demikian seperti yang dikutip dari CNN, Jumat (2/6/2017).

Tes itu melibatkan simulasi penembakan rudal palsu yang akan dicegat oleh AMDS. Akan tetapi, sistem pencegat rudal itu gagal mengenai sasaran.

Untuk saat ini, US Missile Defense Agency dari Kementerian Pertahanan menyatakan bahwa misil pencegat rudal itu belum akan dioperasikan, baik oleh AS maupun Jepang.

Menurut klaim AS, jika berfungsi, sistem misil produksi AMDS dapat digunakan untuk mencegat dan menembak jatuh rudal jarak menengah hingga lintas benua.

Pengoperasian AMDS serupa seperti THAAD, sistem misil yang ditempatkan AS di Korea Selatan pada April 2017 lalu. Namun, jika THAAD beroperasi di darat, AMDS beroperasi di sebuah kapal tempur.

Mekanisme AMDS terbagi menjadi empat bagian. Pertama, sistem radar canggih AMDS yang bernama AN/SPY-1 akan melacak kedatangan rudal dalam radius tertentu.

Kerja radar itu serupa seperti yang digunakan pesawat tempur, yakni dengan mengindera suhu panas nuklir lawan yang ditembakkan. Bahkan, AS mengklaim bahwa radar AN/SPY-1 mampu mendeteksi sekitar 100 misil yang datang secara bersamaan.

Kedua, ketika sebuah radar telah menangkap suhu panas rudal lawan, informasi yang diterima kemudian diproses oleh perangkat FCC (Fire Control, Communication, and support equipment). Perangkat itu mengkalkulasi lintasan rudal yang akan datang dan memprediksi lokasi target yang akan dituju.

Perangkat FCC --layaknya sebuah sistem operasi komputer-- mampu mengkalkulasi lintas dan target rudal dengan tingkat akurasi sebesar 90 persen.

Ketiga, informasi yang telah diolah FCC kemudian diterjemahkan menjadi sebuah perintah penembakan proyektil penghancur kepada unit peluncur misil AMDS. Unit peluncur itu kemudian menembakkan proyektil penghancur ke rudal lawan.

Keempat, jika tidak ada kesalahan teknis dan faktor tak terduga, proyektil misil yang ditembakkan unit peluncur AMDS pun akan menghantam misil lawan.

Amerika Serikat dilaporkan telah menginvestasikan miliaran dolar untuk AMDS dan THAAD. Harapannya, kedua sistem pencegat itu mampu menjadi pilar penting strategi Negeri Paman Sam untuk menghadapi ancaman rudal Korea Utara.

Uji coba tersebut merupakan kali kedua dari rangkaian tes AMDS. Tes pertama pada Februari 2017 lalu menunjukkan bahwa sistem itu berhasil berfungsi.

Rencananya, AMDS akan dioperasikan di 84 kapal tempur AS. Sementara itu, Jepang akan mengoperasikan sistem itu di enam kapal tempurnya.

Negeri Sakura juga memiliki rencana untuk mengekspansi AMDS ke alutsista maritim lainnya.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.