Sukses

Festival Daging Anjing di China Digelar di Tengah Kontroversi

Liputan6.com, Yulin - Sebuah festival daging anjing yang kontroversial, kembali digelar di Yulin, China. Kegiatan itu tetap dilanjutkan meski pada tahun lalu terdapat laporan bahwa acara itu akan diberhentikan.

Festival Leci dan Daging Anjing merupakan kegiatan yang rutin diadakan setiap tahun di Provinsi Gunagxi saat musim panas.

Pada awal tahun ini, pegiat AS mengklaim bahwa penjual telah diberi tahu oleh pihak berwenang untuk tak menjual daging anjing. Namun, mereka mengatakan tak mendengar apa pun dari pejabat setempat.

Hingga akhirnya pada 15 Mei 2017, pejabat kota mengonfirmasi tidak ada larangan untuk menyelenggarakan festival.

Pada 21 Juni 2017, terdapat laporan bahwa daging anjing mulai digantung di kios-kios di Pasar Dongkou, yakni pasar terbesar di Yulin. Ada juga yang menyebut festival itu dijaga ketat oleh polisi.

Dikutip dari BBC, Kamis (22/6/2017), seorang aktivis di Yulin mengatakan, ia dilarang masuk ke Pasar Dashicang yang diyakini menjadi tempat dijualnya anjing hidup. Pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat baku hantam saat aktivis mencoba menyelamatkan anjing-anjing dari pemilik kios.

Festival Leci dan Daging Anjing merupakan kegiatan yang rutin diadakan setiap tahun di Provinsi Gunagxi saat musim panas. (AFP)

Sebenarnya Yulin bukan merupakan konsumen daging anjing terbesar di Provinsi Guangxi. Kota itu mendapat perhatian nasional dan internasional setelah festival daging anjing diadakan sekitar 10 tahun lalu.

Banyak yang menuduh bahwa anjing di China tak diperlakukan dengan baik. Mereka dibunuh secara brutal. Beberapa aktivis bahkan menyebut anjing yang dikonsumsi untuk festival merupakan hasil curian.

Protes terhadap festival daging anjing pun datang baik dari dalam dan luar negeri. Jumlah anjing peliharaan di China telah meroket dalam beberapa tahun terakhir.

Hal tersebut secara bertahap mengubah banyak pendapat orang tentang memakan daging anjing.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tradisi dan Kontroversi

Warga dan pemilik kios mengaku bahwa anjing yang dikonsumsi, dibunuh dengan cara yang baik. Mereka mengatakan, memakan daging anjing sama saja seperti mengonsumsi daging babi, sapi, atau ayam.

Memakan anjing merupakan tradisi lama di China, Korea Selatan, dan sejumlah negara Asia. Mereka yang mendukungnya, kecewa dan menganggap orang asing mencampuri tradisi lokal.

Dalam budaya China, mengonsumsi daging anjing dipercaya bermanfaat untuk kesehatan, terutama saat musim panas.

Bahkan ada beberapa pihak yang tidak memakan daging mendukung praktik tersebut, selama hewan itu bukan dari hasil curian dan tidak dibunuh dengan cara brutal.

Pemerintah Yulin mengatakan bahwa memakan anjing bukan merupakan perbuatan ilegal di China. Mereka juga berulang kali mengatakan bahwa pihaknya tidak menggelar festival secara resmi, sehingga tak dapat melarangnya.

Dalam budaya China, mengonsumsi daging anjing dipercaya bermanfaat untuk kesehatan, terutama saat musim panas. (AFP)

Meski setiap tahunnya festival tersebut diliput secara luas oleh media, pemerintah lokal mengaku tidak senang.

Pada 2016, mereka melarang pembunuhan anjing di depan umum untuk mengantisipasi demonstrasi.

Kendati demikian, sejumlah laporan mengabarkan masih ada sedikit pembantaian di depan umum yang terjadi, meski skala acara tidak diketahui dengan jelas.

Aktivis memperkirakan bahwa pada tahun-tahun puncak, sekitar 10.000 anjing dan kucing dibunuh dan dikonsumsi saat festival yang berlangsung selama 10 hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.