Sukses

The Beatles hingga U2, 7 Lagu yang Mengilhami Kematian

Liputan6.com, Jakarta - Lagu merupakan salah satu seni kreasi manusia yang --meski relatif-- dapat dinikmati oleh semua orang. Mungkin kini nyaris tidak ada manusia di muka bumi yang tak pernah mendengarkan lagu.

Sejumlah orang bahkan nampak tidak dapat lepas dari lagu dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Serupa garam pada makanan, lagu layak dianggap sebagai 'penyedap rasa' untuk kehidupan.

Namun meski begitu, belantika industri musik dan lagu kerap tak terpaut jauh dari sejumlah insiden mengerikan, seperti kematian. Ada yang mengkomposisikan lagu dari kisah pembunuhan hingga musik terkutuk yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri.

Dari berbagai contoh, berikut 7 lagu yang mengilhami atau diilhami oleh kematian, seperti yang Liputan6.com rangkum dari Listverse.com, Rabu (21/6/2017).

Saksikan juga video berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. 'Suicide Solution' - Ozzy Osbourne

Pada 26 Oktober 1984, John Daniel McCollum sedang mendengarkan album Ozzy Osbourne menggunakan headphone di kamar sambil terlentang di atas kasurnya. Saat rekaman album Ozzy Osborne tersebut mencapai lagu berjudul Suicide Solution, McCollum yang dikenal ceria mengambil sebuah pistol dan kemudian bunuh diri.

Orangtua remaja itu kemudian menuduh lagu Osbourne yang berjudul Suicide Solution itu sebagai pendorong McCollum untuk bunuh diri. Mereka mengklaim bahwa salah satu baris lirik dalam lagu tersebut yang menyebut 'Suicide is the only way out', telah mempengaruhi pikirannya untuk melakukan perbuatan tersebut.

Keluarga McCollum menyeret Osbourne ke pengadilan pada 1986. Namun sang musisi mengklaim bahwa tragedi tersebut hanya sebatas 'kesalahpahaman'.

Di persidangan, Osbourne berargumen bahwa makna 'solution' yang dimaksud dalam judul tersebut serupa pada prosa 'chemical solution', yang berarti 'larutan kimiawi'. Dan judul 'Suicide Solution' itu, menurut Osbourne, berarti 'larutan bunuh diri', sebuah majas untuk menyebut minuman keras. Sehingga lagu tersebut, menurut Osbourne, memaknai tentang miras dan alkoholisme, bukan 'solusi bunuh diri'.

Pada 1988, persidangan McCollum tersebut tidak dilanjutkan. Namun, pola kengerian lagu tersebut tidak berhenti sampai di situ saja.

Pada 1986, dua tahun sebelum orang tua McCollum mengajukan kasus tersebut ke pengadilan, seorang remaja kembali melakukan bunuh diri setelah mendengar lantunan 'Suicide Solution'.

 

3 dari 8 halaman

2. 'Exit' - U2

Lagu yang diproduksi oleh grup musik asal Irlandia itu mengisahkan tentang seorang fanatik agama yang merangkap sebagai pembunuh. Sosok inspiratif di balik penciptaan lagu berjudul 'Exit' itu adalah Gary Gilmore, seorang terpidana kasus jagal.

Sekilas kisah itu nampak cukup lazim. Namun semua berubah pada 18 Juli 1989, ketika seorang maniak memutuskan untuk membunuh setelah mendengar lagu tersebut.

Si jagal bernama Robert John Bardo asal Arizona. Korbannya adalah Rebecca Schaeffer, seorang aktris.

Bardo menguntit kehidupan Schaeffer selama tiga tahun terakhir, sebelum ia membunuh sang aktris dengan menembak korban di depan kompleks apartemennya.

Saat pemeriksaan, Bardo mengklaim bahwa lirik dari lagu 'Exit' menginspirasinya untuk melakukan penembakan tersebut. Salah satu baris lirik 'Exit' yang menyebut tentang 'pistol weighing heavy', diklaim oleh Bardo sebagai musabab utama aksinya menembak Schaeffer.

Lagu itu sempat diputar di persidangan Bardo. Terdakwa yang biasa tenang selama persidangan, mendadak hiperaktif, mengangguk-anggukan kepala mengikuti lantunan musik sambil menggumamkan lirik 'Exit' berkali-kali.

Untungnya, kasus tersebut tak sampai menyeret U2 hingga ke persidangan seperti pada kasus Ozzy Osbourne. Bardo kemudian divonis atas tindakan pembunuhan, dan hingga kini masih dipenjara.

 

4 dari 8 halaman

3. 'The Ninth Symphony'

Ada mitos mengerikan yang beredar di kalangan simfonis. Mitos itu adalah 'kutukan The Ninth Symphony' atau simfoni ke-9 yang telah beredar sejak 200 tahun terakhir.

Menurut mitos tersebut, seorang simfonis akan ditakdirkan segera meninggal setelah menyelesaikan 'simfoni ke-9'. Kutukan ini semakin dianggap nyata ketika banyak sejumlah simfonis yang meninggal setelah menyelesaikan karya musiknya yang ke-9 atau di tengah proses pembuatan simfoni ke-10.

Contohnya adalah Beethoven yang meninggal pada 1827 saat di tengah proses pembuatan simfoni-nya yang ke 10. Alhasil, karyanya yang ke-10 tidak diproduksi dan Beethoven meninggal dalam 'kutukan The Ninth Symphony'.

Peristiwa yang sama juga melanda musisi klasik lain, seperti Anton Bruckner, Vaughan Williams, dan Antonin Dvorak.

Sebagian orang menuding bahwa mitos tersebut hanya isapan jempol belaka, mengingat beberapa di antaranya meninggal disebabkan usia tua.

Namun, sebagian lain menilai bahwa mitos tersebut ada benarnya. Karena, sejumlah simfonis meninggal mendadak di usia yang relatif masih produktif, seperti Gustav Mahler akibat serangan jantung di usia 50 dan Franz Schubert akibat typhus di usia 31 tahun. Dan keduanya menghembuskan napas terakhir setelah memproduksi simfoni ke-9.

 

5 dari 8 halaman

4. 'Better You, Better Than Me' - Judas Priest

Pada Desember 1985, dua pemuda, James Vance (20 tahun) dan Raymond Belknap (18 tahun) dari Reno, Nevada, pergi ke sebuah taman bermain yang telah usang, pesta dan mabuk narkotika, lalu bunuh diri di tempat yang sama.

Saat kejadian, Belknap merenggut nyawa sendiri dengan timah panas ke kepala. Vance melakukan hal yang sama, namun gagal dan hanya melukai dirinya sendiri. Akan tetapi, 3 tahun kemudian pemuda 20 tahun tersebut kembali melakukan bunuh diri, dan berhasil.

Setelah insiden tersebut, orang tua korban mengklaim bahwa penyebab utama peristiwa nahas itu adalah sebuah lagu berjudul 'Better You, Better Than Me' oleh Judas Priest. Karena, saat melakukan bunuh diri, keduanya mendengarkan lantunan lagu tersebut.

Orang tua korban mengklaim bahwa baris lirik lagu tersebut menyimpan pesan tersembunyi yang mendorong Belknap dan Vance melakukan bunuh diri. Baris lirik yang dimaksud menyebut tentang 'Let's be dead' dan 'do it'.

Judas Priest pun diseret ke pengadilan oleh orang tua korban pada 1990. Hakim menilai bahwa lirik tersebut secara tak sengaja memiliki pesan tersembunyi, yang hanya dapat dipahami oleh individu rentan bunuh diri.

Akhirnya kasus tersebut dihentikan dan Judas Priest lepas dari jerat hukum. Namun, kasus tersebut cukup mengejutkan banyak pihak sebagai persidangan pertama

 

6 dari 8 halaman

5. 'Cross Road Blues' - Robert Johnson

Musisi genre Blues, Robert Johnson memiliki karir musik yang cemerlang namun singkat. Di usia yang baru menginjak 27 tahun, sang musisi telah menghembuskan napas terakhirnya atas penyebab yang hingga kini masih simpang siur.

Rumor yang beredar menyebut bahwa umur dan popularitas yang singkat itu disebabkan oleh perjanjian Johnson dengan Iblis. Menurut rumor, Iblis tersebut menuntut balasan nyawa jika Johnson berhasil populer dalam waktu singkat. 

Selepas kematiannya, kutukan kematian di usia muda itu nampak bermanifestasi dalam salah satu karya Johnson yang berjudul 'Cross Road Blues'.

Contohnya adalah kematian anak dari musisi Eric Clapton yang jatuh dari lantai 53 sebuah apartemen. Sebelum kematian anaknya, Clapton sempat menampilkan kembali lagu 'Cross Road Blues' pada sebuah konser.

Peristiwa tragis juga dialami oleh musisi lain yang pernah menampilkan lagu 'Cross Road Blues' pada sebuah konser. Anggota band Allman Brothers tewas akibat kecelakaan motor.

Kematian anak Robert Plant, anggota grup band Led Zeppelin, yang sempat menyanyikan lagu 'Cross Road Blues' pada sebuah konser. Grup band Lynyrd Skynyrd mengalami kecelakaan pesawat fatal, namun mereka berhasil selamat.

Selain itu, tewasnya Kurt Cobain dari grup band Nirvana, juga disinyalir memiliki keterkaitan dengan lagu 'Cross Road Blues'. Cobain berencana untuk melakukan aransemen ulang lagu tersebut pada album berikutnya.

 

7 dari 8 halaman

6. 'Helter Skelter' - The Beatles

Lagu yang diproduksi pada 1968 itu sekilas nampak biasa, yakni sekedar mengisahkan tentang sebuah taman hiburan bernama Helter Skelter. Namun tak dinyana, lagu tersebut melatarbelakangi kasus pembunuhan ternama di Amerika Serikat

Namun pada 9 Agustus 1969, seorang pria bernama Charles Manson dengan pengikutnya yang telah 'dicuci otak' menganggap bahwa The Beatles merupakan malaikan penyampai pesan ilahi dan lagu Helter Skelter merupakan sebuah pesan Tuhan tentang perang akhir zaman

Karena hanya Manson dan sektenya yang hanya memahami 'pesan tersembunyi' tersebut, kelompok itu berencana untuk menyebarluaskan ke seluruh masyarakat. Cara yang dilakukan sangat absurd dan brutal, yakni dengan memburu dan membunuh orang-orang.

Dalam dua hari berturut-turut, anggota sekte atas sugesti Manson membunuh 7 orang di Hollywood Hills, California Amerika Serikat. Salah satu korban adalah aktris ternama Sharon Tate. 

Di pengadilan, mereka mengklaim bahwa Helter Skelter menjadi inspirasi untuk membunuh, atau menurut versi Manson Cs 'menyebarluaskan pesan'.

Kini Manson di penjara, masih menunggu klaim perang akhir zaman-nya.

 

8 dari 8 halaman

7. 'Gloomy Sunday' - Rezso Seress

Pada awal 1930-an, seorang penulis lagu Hungaria bernama Rezso Seress mendapati dirinya duduk di depan piano dengan tekanan batin yang teramat sangat.

Penyebabnya, sebagian besar karyanya di industri musik tak mendapatkan pengakuan. Karirnya meredup.

Selain itu, perempuan yang ia cintai meninggalkannya. 

Tenggelam dalam rasa keputusasaan, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menekan tuts piano secara sembarang.

Namun, seiring waktu, melodi yang dihasilkan dari ketukan tuts piano yang asal-asalan itu menghasilkan sebuah simfoni yang Seress sukai.

Melodi itu kemudian dikomposisikan oleh Seress menjadi sebuah lagu, berjudul 'Szomoru Vasarnap' atau 'Gloomy Sunday'. 

Lagu itu menjadi mahakarya dalam periode singkat. Gloomy Sunday dimainkan tanpa henti di radio di Hungaria.

Namun yang tak disadari oleh Seress adalah, mahakaryanya tersebut mengilhami kematian.

Beberapa saat setelah lagu itu tenar di kalangan publik, sejumlah kasus bunuh diri dan temuan mayat dilaporkan oleh warga kepada aparat.

Sebagian besar mayat ditemukan dengan secarik kertas yang berisi lirik lagu Gloomy Sunday. Sebagian lain ditemukan tewas dekat sebuah alat perekam yang memutar 'Szomoru Vasarnap' berkali-kali tanpa henti.

Seorang pria bahkan menembak dirinya sendiri setelah mengeluh bahwa dia tidak dapat menghentikan lantunan melodi Gloomy Sunday yang terus terngiang di dalam kepalanya.

Beredar buah bibir tentang penyebab bunuh diri di kalangan warga. Mereka meyakini, Gloomy Sunday penyebabnya.

Lagu itu kemudian dikenal dengan nama aliasnya yang disebut sebagai 'Hungarian Suicide Song'. Kabar itu meluas ke sejumlah wilayah di Benua Biru. Alhasil, sejumlah radio di Inggris bahkan melarang pemutaran lagu itu saat siaran. 

Tragisnya, beberapa waktu kemudian, simfonis Gloomy Sunday turut tewas oleh tangannya sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.