Sukses

Buronan Paling Berbahaya di Malaysia Jadi Otak Konflik Marawi?

Pertempuran Marawi ternyata didukung oleh Mahmud Ahmad, teroris paling dicari dan sangat berbahaya yang berasal dari Malaysia.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Satu per satu teka-teki mengenai pertempuran mematikan di Marawi, Filipina, mulai terungkap. Misteri yang sudah terpecahkan adalah siapa orang di balik kekacauan tersebut.

Menurut beberapa laporan intelijen, teroris paling dicari dan sangat berbahaya yang berasal dari Malaysia, Mahmud Ahmad, ada di balik kekacauan berdarah tersebut.

Melansir Strait Times pada Senin (19/6/2017), pihak media asal Singapura itu menerima video yang memperlihatkan Mahmud bersama beberapa bersama pemimpin teroris lain sedang diberi pengarahan oleh Abudllah Maute. Pria tersebut merupakan keluarga inti serta pemimpin kelompok Maute.

Selain Abdullah, di video tersebut terlihat pula buronan nomor wahid Amerika Serikat dan Filipina Isnilon Hapilon alias Abu Abdullah al-Fillipini.

Diduga kuat, para pemimpin teroris ini sedang melakukan serah terima kekuasaan dari Hapilon ke Mahmud, untuk menjadi Emir ISIS di Asia Tenggara dan diduga juga menyusun rencana penyerangan ke beberapa wilayah.

Tidak seperti Hapilon, Mahmud bekerja di luar radar AS. Sehingga ia tidak masuk ke dalam daftar buronan FBI.

Mahmud merupakan mantan dosen di Universitas Malaya. Tapi, tak diketahui apakah asli dari Malaysia atau tidak.

Namun, Mahmud fasih berbahasa lokal Maranao. Dialek tersebut dipakai sebagai alat berkomunikasi sejumlah kelompok pemberontak di Filipina Selatan.

Selain memegang peran penting dalam pertempuran Marawi, Mahmud diduga merencanakan serangan ke Universitas Marawi.

Target lain yang dicanangkan Mahmud adalah daerah Butig. Wilayah itu merupakan dulunya dipakai jadi tempat pelatihan anggota kelompok Pejuang Pembebasan Islam Moro (MILF).

"Di antara anggota kelompok Hapilon, Mahmud pemimpin yang sangat dihormati," sebut pernyataan seorang anggota intelijen Malaysia seperti dikutip dari Strait Times.

"Ia punya pengalaman berlatih di kamp Al-Qaeda di Afghanistan, selain memiliki latar belakang Islam yang kuat, ia pernah jadi dosen, oleh sebab itu, dia mendapat penghormatan dari milisi di wilayah itu," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini