Sukses

Meski Diisolasi, Qatar Tak Hentikan Pasokan Gas ke UEA

Gas telah mengubah emirat kecil menjadi salah satu negara terkaya dunia. Ini sekaligus memicu naiknya peran Qatar di kawasan Timur Tengah.

Liputan6.com, Doha - Krisis Teluk hingga kini belum menemukan titik temu. Namun, di tengah kebuntuan diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi Cs, Doha memastikan tidak akan memutus pasokan gas ke Uni Emirat Arab.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh CEO Qatar Petroleum Saad Sherida al-Kaabi.

Seperti dilansir Al Jazeera, Senin (19/6/2017), al-Kaabi mengatakan, meski terdapat klausa "force majeure" dalam perjanjian pipa gas Dolphin, pihaknya tidak akan menghentikan pasokan untuk "saudara" mereka.

Pipa gas Dolphin memompa sekitar 2 miliar kaki kubik gas per hari ke UEA. Sementara itu, force majeure adalah kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

"Pengepungan yang terjadi hari ini adalah force majeure dan kita bisa saja menutup pipa gas ke UEA," ungkap al-Kaabi.

"Tapi jika kami memutuskan pasokan gas. Ini akan sangat merugikan UEA dan rakyatnya, yang sudah kami anggap seperti saudara...maka kami putuskan tidak akan menghentikannya sekarang," imbuhnya.

Menurut para analis, penutupan pipa Dolphin yang membentang sepanjang 364 kilometer, yang menghubungkan North Field di Qatar dengan UEA dan Oman akan memicu gangguan besar pada kebutuhan energi UEA.

Sebelumnya, CEO Sharjah National Oil Corp mengatakan, pihaknya tidak berharap aliran gas alam dari Qatar ke UEA akan terganggu seiring dengan perselisihan diplomatik di kawasan Teluk.

Empat negara Arab, yakni Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada 5 Juni lalu. Riyadh Cs menuding Doha mendukung ekstremisme dan dekat dengan Iran -- musuh bersama Saudi Cs.

Qatar sendiri telah berulang kali membantah tudingan tersebut. Tak sampai di situ saja, Saudi Cs juga menerapkan blokade darat, laut, dan udara terhadap Qatar dan memerintahkan warga Qatar meninggalkan negara mereka dalam waktu 14 hari sejak pemutusan hubungan diplomatik diberlakukan.

Imbas dari krisis Teluk, salah satu maskapai regional terbesar, Qatar Airways, terpaksa menempuh perjalanan yang memutar karena dilarang menggunakan ruang udara Saudi, UEA, dan Mesir. Namun blokade laut sejauh ini tidak mempengaruhi pergerakan kapal Qatar mengingat masih bisa melewati Selat Hormuz.

Qatar yang dikenal sebagai salah satu penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia per tahunnya memasok nyaris 80 juta ton persediaan LNG melalui kapal tanker ke sejumlah wilayah terutama Jepang, Korea Selatan, India, dan beberapa negara Eropa.

Setiap gangguan atas ekspor LNG Qatar dinilai dapat memicu sikap serius dari Uni Eropa mengingat Spanyol, Polandia, dan Inggris sangat bergantung pada LNG Qatar.

Simak video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.