Sukses

Pria Bersenjata Serang Resor Mewah di Mali, 2 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerbu sebuah resor di Mali yang populer di kalangan wisatawan Barat. Akibat peristiwa itu, dua orang tewas.

Liputan6.com, Kangaba - Sejumlah pria bersenjata menyerbu sebuah resor di Mali yang populer di kalangan wisatawan Barat. Serangan itu terjadi di resor mewah Le Campement, Kangaba, sebelah timur ibu kota Bamako.

Menurut Menteri Keamanan Mali, Salif Traore, dua orang tewas dalam peristiwa tersebut.

"Ini adalah serangan militan. Pasukan khusus Mali turun tangan dan sandera telah dibebaskan," ujar Traore. "Sayangnya saat ini ada dua orang tewas, termasuk orang Prancis-Gabon."

Traore mengatakan, empat penyerang tewas oleh pasukan keamanan.

"Kami telah menemukan jasad dua penyerang yang terbunuh," kata Traore. Ia menambahkan, pihaknya mencari dua jasad lainnya.

Kementerian Keamanan mengatakan, dua orang lainnya terluka termasuk satu warga sipil. Juru bicara kementerian menyebut, 32 tamu telah diselamatkan dari resor tersebut.

Dikutip dari BBC, Senin (19/6/2017), pasukan khusus Mali yang didukung oleh tentara PBB dan pasukan kontra terorisme Prancis, diterjunkan ke kawasan wisata tersebut.

"Orang-orang Barat melarikan diri dari perkemahan, sementara dua polisi berpakaian preman terlibat baku tembak dengan para penyerang," ujar seorang saksi, Boubacar Sangare yang berada di luar kompleks saat tempat itu dikepung. 

"Ada empat kendaraan polisi nasional dan tentara Prancis dalam kendaraan lapis baja di tempat kejadian," tutur Sangare. Ia menambahkan, sebuah helikopter berputar-putar di atas lokasi kejadian.

Misi pelatihan Uni Eropa di Mali, EUTMMALI, mengunggah status di Twitter bahwa mereka mengetahui serangan tersebut dan mendukung pasukan keamanan Mali.

Awal bulan ini, Kedutaan AS di Bamako telah memperingatkan adanya kemungkinan serangan terhadap misi diplomatik Barat.

Wartawan BBC mengatakan, banyak ekspatriat dan orang-orang berada pergi ke Kangaba di akhir pekan untuk berlibur.

Mali telah memerangi pemberontakan militan selama beberapa tahun, di mana militan Islam radikal berkeliaran di utara dan pusat negara itu.

Pada November 2015, setidaknya 20 orang tewas saat sejumlah pria bersenjata menyandera staf dan tamu hotel Radisson Blu di Bamako. Pasukan Al Qaeda Afrika Utara, Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) mengklaim sebagai serangan tersebut.

Sejak serangan Radisson Blu, Mali berada dalam keadaan darurat. Status tersebut diperpanjang hingga enam bulan pada April.

Keamanan negara tersebut berangsur-angsur memburuk sejak 2013. Saat itu pasukan Prancis memukul mundur militan pemberontak Islam dan Tuareg dari bagian utara Mali.

Pasukan Prancis dan 10 ribu pasukan penjaga perdamaian PBB diterjunkan dalam upaya menstabilkan bekas koloni Prancis tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini