Sukses

RI Masih Jadi Teladan Toleransi Dunia? Ini Kata Dubes Inggris

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia kerap dijadikan role model atau teladan toleransi bagi dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Persaingan sengit di dunia politik, terutama dalam Pilkada DKI Jakarta, yang juga melibatkan isu suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA) membuat sejumlah pihak mengkhawatirkan masa depan toleransi di Indonesia.

Padahal, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia kerap dijadikan role model atau teladan toleransi bagi dunia.

Dengan meningkatnya kasus-kasus intoleransi dan persekusi belakangan ini, masih pantaskah Indonesia disebut teladan bagi toleransi dunia?

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengatakan, tak hanya di Indonesia, menjaga toleransi menjadi tantangan bagi seluruh negara di dunia.

"Di Indonesia, walaupun ada risiko (terhadap toleransi), dibanding negara lain, RI masih berhasil. Masih banyak yang menginspirasi," kata Dubes Moazzam Malik dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Minggu (18/6/2017).

Ia berpendapat, Indonesia masih menjadi inspirasi bagi negara-negara lain.

Muslim pertama yang jadi Dubes Inggris pertama untuk Indonesia itu menambahkan, salah satu yang menginspirasi adalah konser musik jazz yang digelar di lingkungan Masjid Cut Meutia, Menteng.

Konser musik yang terbuka untuk umum itu digelar di tengah bulan Ramadan, usai salat tarawih. Pemusik dan pengunjungnya berasal dari berbagai latar belakang dan agama.

"Saya belum pernah melihat acara seperti itu, baik di negara muslim maupun non-muslim," kata [Moazzam Malik].(2977258 "").

Alumnus London School of Economics itu mengaku bercerita soal konser tersebut ke sejumlah generasi muda Muslim di Inggris.

"Mereka sangat tertarik, acara itu sangat menginspirasi. Konser jazz tersebut adalah salah satu acara yang luar biasa, tak biasa."

Dubes Dubes Moazzam mengingatkan, adalah tantangan bagi dunia untuk mempertahankan dan menjaga nilai-nilai toleransi.

"Di Inggris, seorang anggota parlemen menjadi korban pembunuhan. Pelakunya adalah anggota neo-Nazi yang berusaha untuk melawan nilai-nilai toleransi. Nilai toleransi bisa ditekan dari dari banyak sisi," kata dia.

Pada Juni 2016, anggota parlemen Inggris, Jo Cox (41) menjadi korban pembunuhan yang dilakukan anggota National Alliance, sebuah organisasi neo-Nazi di Amerika Serikat.

Dubes Inggris Moazzam Malik berpesan agar semua pihak ikut andil menjaga toleransi, terutama mereka yang memiliki banyak pengikut. 

"Yang penting, pemimpin politik dan agama berani maju ke depan, untuk menjaga kerukunan," tambah dia.

Saksikan juga video menarik soal toleransi berikut ini: 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.