Sukses

Donald Trump Mulai Jadi Target Penyelidikan

Penasihat Khusus yang ditunjuk secara independen oleh Jaksa Agung AS, Robert Mueller mulai mengarahkan penyelidikannya ke Donald Trump

Liputan6.com, Washington, DC - Penasihat Khusus atau special counsel yang ditunjuk secara independen oleh Jaksa Agung AS, Robert Mueller kini tengah menyelidiki Presiden AS Donald Trump.

Investigasi Mueller terhadap Trump terkait dengan adanya dugaan pelanggaran hukum.

Seperti dilansir BBC, yang mengutip Washington Post pada Kamis (15/6/2017), sejumlah pejabat tinggi mengatakan, ada tiga orang petinggi senior intelijen setuju untuk dimintai keterangan para penyidik Mueller terkait Donald Trump.

Mueller juga tengah menyelidiki peran Rusia dalam Pemilihan Presiden 2016. 

Pihak penyelidik juga menginvestigasi, apakah ada bukti terkait pembiayaan untuk Trump dan lingkaran dalamnya yang berasal dari pihak Kremlin. 

Sementara itu, Trump berulangkali menolak keterlibatannya dengan Rusia. Miliarder nyentrik itu mendeskripsikan penyelidikan yang tengah berlangsung itu seperti "perburuan penyihir" (witch hunt).

Washington Post menggambarkan keputusan Mueller untuk menyelidiki Presiden Trump adalah titik balik penting dalam penyelidikan, yang sampai saat ini masih berfokus pada Rusia.

Mengutip seorang pejabat, yang berbicara dengan kondisi anonim, surat kabar tersebut mengatakan, Daniel Coats, direktur intelijen nasional, Mike Rogers, kepala Badan Keamanan Nasional, dan Richard Ledgett, setuju untuk diinvestigasi oleh tim Mueller.

The Post mengatakan penyelidikan tersebut bisa terjadi pada awal minggu depan.

Pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The Post bahwa penyingkapan penyelidikan itu dimulai beberapa hari setelah Presiden Trump memecat mantan direktur FBI James Comey pada tanggal 9 Mei 2016.

Sebelum dipecat, Trump telah meminta dan menerima jaminan dari Comey bahwa suami dari Melania itu tidak akan diselidiki.

Pasca-dipecat, Comeu mengemukakan bahwa Trump berusaha membuatnya menutup penyelidikan terhadap mantan Penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn.

Flynn dipecat pada bulan Februari karena gagal untuk mengungkapkan sedalam apa hubungannya dengan Sergei Kislyak, duta besar Rusia untuk Washington.

Gedung Putih membantah memberi tekanan pada Comey.

Presiden Trump sejauh ini tidak memberikan komentar atas laporan Washington Post itu.

Namun juru bicara pengacara Trump, Marc Kasowitz menanggapi dengan marah berita dari Washington Post.

"Informasi kebocoran FBI mengenai presiden itu keterlaluan, tidak bisa dimaafkan dan ilegal," kata juru bicara Mark Corallo.

 

Saksikan video tentang Donald Trump yang membocorkan rahasia ke Rusia:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Ingin Pecat Special Counsel?

Sebelumnya diberitakan bahwa Trump ingin memecat Mueller. Hal itu diungkapkan oleh teman dekat Trump, Chris Ruddy

"Saya rasa, Trump tengah mempertimbangkan untuk menghentikan tugas special counsel," kata Chris Ruddy kepada media PBS.

Ruddy menambahkan, jika itu dilakukan, Trump melakukan kesalahan besar. "Karena bukan wewenang Trump untuk memecat special counsel," lanjut Ruddy seperti dikutip dari The Hill.

Di sisi lain, sejumlah sekutu Trump dari Partai Republik meminta miliarder nyentrik itu menjauhi Mueller dan tidak memecatnya.

Penunjukan Mueller oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat awalnya disetujui kubu Republik di Capitoll Hill.

"Jika Trump memecat Mueller, itu adalah langkah luar biasa yang jauh dari sikap bijak," kata Senator Susan Collins, anggota Republikan dari negara bagian Maine kepada The Atlantic.

Collin dan para anggota Partai Republik lainnya sejauh ini tak punya indikasi bahwa Trump akan memecat Mueller.

Namun, para anggota parlemen pada bulan lalu sempat kaget ketika Trump memecat Comey yang tengah mengivestigasi keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS 2016.

Dengan terpilihnya Mueller sebagai penasihat khusus, ia memiliki wewenang untuk memastikan penyelidikan yang penuh dan menyeluruh terhadap dugaan upaya Pemerintah Rusia untuk mengintervensi Pilpres AS 2016.

Selain itu, Mueller memiliki kewenangan untuk menyelidiki hubungan dan atau koordinasi antara pemerintah Rusia dan individu-individu yang terlibat dengan kampanye Donald Trump.

Special counsel ini ditunjuk secara langsung oleh Kepala Departemen Kehakiman AS atau Jaksa Agung. Penunjukannya sedikit berbeda dibanding sebelumnya, yaitu oleh panel tiga hakim independen.

Dan yang paling penting adalah, special counsel--dalam hal ini Mueller--bertanggung jawab secara langsung kepada Jaksa Agung AS. Ia memiliki hak mengajukan dakwaan pidana dalam penyelidikan dewan juri.

Meski demikian, jaksa agung dapat memecatnya setiap saat dan menolak kesimpulan yang mereka buat saat menyelidiki atau mengadili kasus tersebut.

Berdasarkan undang-undang, Trump tidak bisa langsung memecat Mueller. Hal itu memang dimungkinkan, tapi dia harus memerintahkan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein untuk melakukannya.

Penasihat khusus hanya dapat "dipecat" jika melakukan, "kesalahan, kelalaian tugas, ketidakmampuan, benturan kepentingan, atau sebab lainnya, termasuk pelanggaran terhadap kebijakan departemen."

Mueller mengepalai FBI dari 2001 hingga 2013. Ia dipilih oleh Presiden George W Bush tahun 2001 dan dipillih kembali oleh Barack Obama.

Sebelumnya, pria kelahiran 7 Agustus 1944 itu menjabat sebagai Jaksa AS untuk Distrik California Utara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.