Sukses

Pemimpin Tertinggi Iran: AS Sumber Instabilitas di Timur Tengah

Menurut Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, AS berperan dalam melahirkan ISIS.

Liputan6.com, Teheran - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengklaim Amerika Serikat berbohong soal memerangi terorisme di Timur Tengah. Menurut dia, justru aktivitas Washington-lah yang telah melahirkan ISIS.

"Anda (AS) dan agen Anda adalah sumber dari instabilitas di Timur Tengah...Siapa yang menciptakan ISIS? Amerika...Klaim Amerika untuk berperang melawan ISIS adalah sebuah kebohongan," ungkap Khamenei seperti dilansir Russian Today, Rabu (14/6/2017).

"Amerika adalah negara teroris dan pendukung terorisme...oleh karenanya, kita tidak bisa menormalisasi hubungan dengan negara seperti itu," ujar sosok berusia 77 tahun tersebut.

Mengenai perseteruan antara Teheran dan Washington, Khamenei mengatakan, "Beberapa masalah dengan AS pada tidak dapat diselesaikan karena tidak ada hubungannya dengan energi nuklir atau HAM, melainkan prinsip Iran".

Khamenei juga mengecam pernyataan Trump selama lawatannya ke Arab Saudi yang menyebut Iran adalah sponsor terorisme di kawasan.

"AS benar-benar menggelikan, berdiri di sebelah Saudi untuk membicarakan HAM di tempat yang sama sekali tidak memiliki gagasan demokrasi, dan sebaliknya menuding Iran yang merupakan simbol demokrasi," ujar Khamenei.

Hubungan Washington-Teheran diwarnai ketegangan dalam beberapa bulan terakhir. Selain dipicu soal kesepakatan nuklir, serangkaian tuduhan Iran yang menyebut AS beraliansi dengan ISIS juga jadi penyebabnya.

Pada hari Minggu, Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mostafa Izadi mengklaim bahwa Teheran telah memperoleh "dokumen dan informasi" yang dimaksudkan untuk membuktikan, Washington secara langsung mendukung ISIS dalam perang proxy di kawasan.

Meski demikian, Izadi tidak mengungkap rinci data yang dimilikinya untuk mendukung klaim tersebut. Sebelumnya, Ketua Parlemen Iran Ali Larijani juga melontarkan tudingan bahwa AS merupakan sekutu ISIS di kawasan Timur Tengah.

Memburuknya hubungan antar dua negara juga berimbas pada kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015.

Pada Senin kemarin, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyalahkan AS karena mengabaikan kewajibannya di bawah perjanjian tersebut. Teheran juga menegaskan akan memaksa pemerintahan AS di bawah Donald Trump untuk tetap berkomitmen dengan kesepakatan nuklir itu.

Zarif lebih lanjut menekankan bahwa kesepakatan nuklir Iran dengan AS dan lima kekuatan dunia lainnya merupakan pencapaian penting bagi masyarakat internasional dalam mengurangi ketegangan dan mencegah krisis yang tidak diperlukan.

Diplomat tinggi Iran tersebut mendesak pemerintah AS untuk merevisi pendekatannya terhadap kesepakatan nuklir Iran yang berulang kali dijuluki Trump sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan". Ia sampaikan pula bahwa secara jangka panjang AS akan merasa perlu untuk mematuhi perjanjian itu.

"Kami percaya seluruh masyarakat internasional akan memperjelasnya, bahwa kesepakatan nuklir tersebut merupakan perjanjian multilateral bukan bilateral antara Iran dan AS," ujar Zarif.

Pasca-serangan ganda di Teheran pada Rabu, 7 Juni 2017, Trump tidak hanya mengucapkan simpati, tetapi juga melontarkan pernyataan yang memicu kemarahan Iran.

"Kami menggarisbawahi bahwa negara-negara yang mensponsori terorisme menjadi korban kejahatan yang mereka promosikan," ujar Trump.

 

Simak video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.