Sukses

Gay dan Anak Imigran India Ini Calon Perdana Menteri Irlandia

Liputan6.com, Dublin - Leo Varadkar masih belia saat memasuki politik Irlandia, yaitu 22 tahun. Namun, tak perlu menunggu lama pada usianya yang ke-27, dia terpilih sebagai anggota parlemen. Dan pada usia ke-36, Varadkar mengumumkan bahwa dirinya adalah gay.

Kini, pada usianya yang ke-38 tahun, Varadkar, anak laki-laki dari ayah asal India dan ibu asal Irlandia, bakal menjadi Perdana Menteri Irlandia. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (1/6/2017).

Varadkar yang kini menjabat sebagai Menteri Perlindungan Sosial, mengumumkan kampanyenya untuk menggantikan Taoiseach Enda Kenny, Perdana Menteri Irlandia sejak 2011 sekaligus pemimpin partai petahana Fine Gael semenjak 2002.

Varadkar mengambil manuver itu tak lama setelah Kenny mengumumkan dirinya mundur dari tampuk jabatan pada awal Mei.

Satu-satunya lawan Varadkar adalah Menteri Perumahan Simon Coveney yang sama-sama berasal dari partai petahana. Masalahnya, Coveney berasal dari partai yang konservatif dan bukan dari ibu kota.

Sementara Varadkar yang datang dari Dublin dianggap wajah baru yang mampu menaklukkan pemilih metropolitan sekaligus pedesaan.

Varadkar berhasil mendulang dukungan dari anggota parlemen partai berkuasa, sekitar 65 persen. Keputusan apakah ia bakal duduk di kursi kuasa sendiri akan diumumkan pada 2 Juni mendatang.

Meskipun Varadkar tak berakar dari politik Irlandia yang tradisional, ia mampu meraih simpati dari kalangan tersebut.

Pribadi yang Mandiri

Varadkar mengklaim dirinya adalah sosok pribadi yang mandiri. Ia tak ingin embel-embel seperti gay atau keturunan India menjadi ikonis dengan dirinya.

"Hal itu sama sekali bukan menjelaskan siapa diri saya. Saya tak hanya sekadar politisi Irlandia keturunan India, atau politisi dokter atau politisi gay. Saya adalah saya. Lainnya itu adalah karakter yang kebetulan menempel," kata Varadkar kepada media RTE1.

Meski Varadkar tak ingin mencampuradukkan antara preferensi seksual dan aktivitas politiknya, tetap saja sosoknya dianggap unik karena ia adalah seorang gay.

Memang, Irlandia menginginkan negaranya lebih liberal dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, termasuk penerimaan terhadap kelompok minoritas dan LGBT.

Homoseksual hanya sekali menjadi kasus kriminal di Irlandia, yaitu pada 1995. Namun, pada 2015, Irlandia meloloskan undang-undang Marriage Equality Bill di mana pasangan sejenis diperbolehkan untuk menikah.

Dukungan atas tidak pentingnya orientasi seksual Varadkar juga datang dari Senator David Norris. Ia adalah politikus Irlandia pertama yang mengaku gay di depan publik.

"Saya tidak pernah merasa masalah orientasi seksual relevan dan penting bagi iklim politik, hanya karena saya tidak mau dipandang aneh. Jadi, saya memaklumi pilihan Varadkar untuk tidak mempermasalahkan hal itu," kata Norris.

Namun, bagi pria 73 tahun itu, jika Varadkar kelak menjadi perdana menteri, akan menjadi sinyal penting bagi masa depan persamaan hak di Irlandia.

"Buat orang di generasi saya, tak ada contoh macam itu. Sekarang, ada politikus muda, gay, dan menjadi seorang perdana menteri. Dengan demikian kepada generasi berikutnya, kami bisa bilang 'kamu bisa jadi apa saja yang kamu mau tanpa perlu memandang gender yang kamu miliki'," tegas Norris.

Jika benar menang, Varadkar akan menjadi salah pemimpin negara yang mengaku gay secara terbuka. Sebelumnya, PM Luxembourg Xavier Bettel telah secara terbuka menikahi pasangan gaynya, Gauthier Destenay.

Bahkan, Destenay berpose bersama para first lady di ajang pertemuan NATO beberapa waktu lalu.

Selain Bettel, ada juga mantan PM Belgia Elio Di Rupo dan mantan PM Islandia Jóhanna Sigurõardóttir yang mengumumkan orientasi seksual mereka.

Varadkar lahir dan dibesarkan di Dublin oleh pasangan Miriam suster dari Irlandia dan Ashok Varadkar, dokter dari Mumbai, India. Kedua pasangan itu bertemu saat bekerja di Inggris.

Meskipun orangtua Varadkar menjadi imigran pada suatu saat dalam kehidupan mereka, Varadkar sendiri sebelumnya telah mengambil sikap kontroversial tentang imigrasi. Ia pernah menyarankan imigran pengangguran dideportasi untuk memerangi meningkatnya angka pengangguran di Irlandia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.