Sukses

AS Kerahkan Armada Ketiga Usai Uji Rudal Korut, Indikasi Perang?

Sejumlah sumber di Pentagon mengatakan pengerahan Nimitz berarti peringatan keras kepada Korea Utara.

Liputan6.com, Washington, DC - Pasca-uji coba rudal jenis Scud yang dilakukan Korea Utara pada Senin 29 Mei 2017, Angkatan Laut Amerika Serikat mengerahkan armada perang ketiga ke perairan dekat Semenanjung Korea.

Armada Nimitz, kapal induk dari gugus 11 dikabarkan akan meninggalkan pangkalan angkatan laut di Kitsap-Bremerton pada Kamis mendatang. Nimitz akan bergabung dengan USS Carl Vinson dan Ronald Reagan yang sebelumnya telah bersiap di Semenanjung Korea.

Dikutip dari The Daily Beast pada Senin (29/5/2017) kehadiran tiga armada perang di kawasan itu jadi indikasi Presiden Donald Trump akan segera mengeluarkan perintah penyerangan kepada Korea Utara.

Sejumlah sumber di Pentagon kepada Voice of America dan koran Jepang Asahi Shimbun mengatakan, pengerahan Nimitz berarti peringatan kepada Korea Utara.

"Pemerintahan Trump akan mengerahkan kekuatan untuk menekan Pyongyang agar menghentikan uji coba nuklirnya," kata sumber itu kepada Asahi.

Ada banyak hal agar negara-negara di kawasan lebih bersiap menghadapi Korea Utara. Pyongyang tampaknya siap untuk melakukan tes keenam perangkat nuklir mereka.

Perangkat ini, kemungkinan besar, telah ditanam di sebuah terowongan di lokasi uji coba misil di Punggye-ri di bagian timur laut negara tersebut. Citra satelit menunjukkan bahwa semua persiapan awal telah selesai dilakukan.

Kapal induk Nimitz tersebut dijadwalkan untuk berangkat ke Timur Tengah, namun dialihkan ke Pasifik Barat karena adanya ketegangan di Semenanjung Korea.

USS Carl Vinson sudah berada di Laut Jepang, di mana ia akan berpartisipasi dalam latihan dengan Reagan. Tidak jelas apakah Nimitz akan bergabung dengan dua armada lainnya, namun pesan pemindahannya sudah jelas.

"Saya bertugas di Angkatan Laut AS dari tahun 1986 sampai 2015, dan saya tidak ingat kapan AS telah mengerahkan tiga kelompok kapal induk ke Semenanjung Korea," kata James Fanell, mantan direktur Operasi Intelijen dan Informasi untuk Armada Pasifik AS

"Jika saya adalah Kim Jong-un, saya akan bersembunyi jauh di bawah tanah," kata Fannel. "Jangan salah, daftar target pembunuhan untuk Korea Utara terus diperbarui selama 50 tahun terakhir."

Sementara itu, Trump sudah seringbicara tentang niat Amerika untuk melucuti Kim Jong-un -- dengan atau tanpa bantuan China.

Asisten menteri Luar Negeri Susan Thornton mengatakan kepada wartawan di Beijing pada hari Jumat bahwa Korea Utara adalah "masalah yang berkaitan dengan deadline waktu."

"Itu berarti Trump menginginkan sebuah resolusi "sesegera mungkin," kata Thorton.

Ketika ditanya kerangka waktu seperti apa yang dimaksud,  Thornton mengatakan "penyelesaian masalah Korut tidak akan menjadi masalah bertahun-tahun."

"Dan mungkin tidak dalam hitungan bulan...," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini