Sukses

Presiden Iran Hassan Rouhani Membantah Isi Pidato Donald Trump

Presiden Rouhani membalas pidato Trump di Arab Saudi. Ia tegaskan, stabilitas di kawasan tidak akan tercapai tanpa bantuan Iran.

Liputan6.com, Teheran - Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan, stabilitas di Timur Tengah tidak akan dapat tercapai tanpa bantuan Teheran. Pernyataan itu merupakan respons atas pidato Donald Trump.

Dalam pidatonya di Arab Saudi, Trump menyebut Iran merupakan sumber utama pendanaan dan dukungan bagi kelompok bersenjata di Irak, Yaman, dan Lebanon. Tidak lupa ia menyinggung sokongan Iran terhadap Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil di Suriah.

Berbicara di hadapan sejumlah pemimpin negara Islam, Trump juga mengajak mereka untuk berperang melawan terorisme.

Rouhani, moderat yang memenangkan pilpres Iran minggu lalu, menyebut pertemuan Trump dengan sejumlah kepala negara Islam tak memiliki nilai politik.

"Siapa yang bisa mengatakan bahwa stabilitas regional dapat pulih tanpa Iran? Siapa yang bisa mengatakan bahwa stabilitas total di kawasan dapat dicapai tanpa Iran?," ujar Rouhani seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (23/5/2017).

Rouhani, yang menandatangani kesepakatan nuklir antara Teheran dengan enam negara Barat pada tahun 2015 mengatakan, pemerintah AS tidak memiliki pengetahuan soal Timur Tengah.

"Orang Amerika menggunakan berbagai metode untuk melawan Iran, tapi semuanya gagal. Kami sedang menunggu pemerintah AS yang menunjukkan stabilitas dan kontinuitas dalam kebijakannya," tutur pria berusia 68 tahun itu.

"Masalahnya adalah Amerika tidak punya pengetahuan soal kawasan kami dan mereka yang menasihati pejabat AS, menyesatkan," ungkap Rouhani.

Lebih lanjut, Rouhani menjelaskan bahwa Iran merupakan kekuatan vital di balik perang melawan ISIS.

"Siapa yang berperang melawan teroris? Itu adalah Iran, Suriah, Hizbullah, dan Rusia. Tapi siapa yang mendanai teroris? Mereka yang membiayai teroris tidak bisa mengklaim bahwa mereka memeranginya," kata presiden Iran itu.

Teheran dan Riyadh terlibat dalam perang proxy di sejumlah kawasan di Timur Tengah. Keduanya mendukung pihak yang berlawanan di Suriah, Yaman, Irak, dan Lebanon.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diplomasi yang rapuh

Hubungan diplomatik dan perdagangan antara Iran dan Saudi putus tahun lalu setelah Riyadh mengeksekusi seorang ulama Syiah. Kebijakan tersebut berujung pada penyerbuan terhadap Kedubes Arab Saudi di Iran.

"Membeli senjata atau membangun senjata tidak akan melahirkan negara yang kuat. Fondasi keperkasaan adalah kekuatan nasional dan ini hanya dapat dicapai melalui pemilu," jelas Rouhani.

"Mungkin akan membantu jika pemimpin Saudi membiarkan rakyat mereka memutuskan nasib negara mereka melalui pemilu...Itu akan membuat mereka lebih kuat," tandasnya.

Rouhani yang semasa kampanye pilpres berjanji untuk membawa Iran membuka diri kini kembali menegaskan hal tersebut. Rouhani sampaikan, Iran menyambut hubungan baik dengan negara tetangga dan akan memberikan kebebasan terhadap rakyatnya.

"Rakyat Iran memilih moderasi karena mereka tahu ekonomi yang sejahtera dan lapangan pekerjaan hanya dapat dicapai melalui investasi, dan investasi dapat dicapai melalui kebebasan dan interaksi dengan dunia," tegas sosok yang pernah menempuh pendidikan di Glasgow Caledonian University tersebut.

Upaya Rouhani untuk membuka Iran dan menjalankan kebijakan yang tidak memusuhi Barat berseberangan dengan retorika anti-Amerika yang telah menjadi pilar pemerintahan Iran sejak Revolusi Islam 1979. Ayatollah Ali Khamenei selaku pemimpin tertinggi Iran telah mengesampingkan normalisasi hubungan dengan Negeri Paman Sam.

Perekonomian Iran dikabarkan perlahan pulih sejak pencabutan sanksi tahun lalu -- ini dimungkinkan sebagai bagian dari kesepakatan nuklir. Meski demikian, para investor asing khususnya Barat masih sangat berhati-hati dalam bertransaksi atau berinvestasi di Negeri Para Mullah tersebut.

Pekan lalu, Washington menjatuhkan sanksi baru terhadap Teheran. Ini dipicu oleh program rudal balistik yang tengah "dikejar" Iran.

"Bangsa Iran telah memutuskan untuk menjadi kuat, rudal kita diperuntukkan bagi perdamaian dan pertahanan. Pejabat AS harus paham bahwa kapan pun kita ingin menguji rudal, kita akan melakukannya dan tidak akan menunggu izin mereka. Impian Amerika untuk mengakhiri program rudal Iran tidak akan pernah terwujud," ungkap Rouhani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.