Sukses

Hassan Rouhani Unggul Pilpres, Kembali Jadi Presiden Iran?

Lebih dari 40 juta warga Iran mengikuti pemilu yang masa pemilihannya diperpanjang 5 jam hingga tengah malam.

Liputan6.com, Tehran - Hasil awal Pilpres Iran menunjukkan Presiden Hassan Rouhani unggul. Ia diprediksi akan kembali menjabat posisi sebagai orang nomor satu di negaranya untuk periode kedua.

Mengetahui hal itu, penantang utamanya dari partai konservatif, Ebrahim Raisi, komplain. Ebrahim menduga ada penyimpangan suara yang menyebabkan perolehan suara Rouhani melonjak.

Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (20/5/2017), Ebrahim Raisi juga menuduh pendukung Presiden Hassan Rouhani melakukan tindakan propaganda dan voting stand yang dilarang di bawah hukum pemilu.

Pada pemilu kali ini, waktu pemungutan suara diperpanjang selama lima jam sampai tengah malam. Alasannya, jumlah pemilih membeludak hingga 70 persen.

Para pejabat pemilu mengatakan, penambahan jam saat voting dilakukan karena "permintaan" dan "partisipasi para pemilih yang begitu antusias".

Kementerian Dalam Negeri setempat menyebutkan bahwa lebih dari 40 juta orang mengikuti Pilpres Iran 2017.

Rouhani menjanjikan visi moderat dan Iran yang berwawasan saat kampanye untuk pemilihan ulang ini dan menggantungkan keberhasilannya atas kesuksesan kesepakatan nuklir yang ditengahi antara Iran, AS, dan negara-negara lain pada 2015.

Hassan Rouhani digambarkan telah menjalankan kampanye yang mencolok. Sang petahana cenderung menyerang kelompok garis keras. Di Iran, kandidat yang berpikiran reformis cenderung mendapat dukungan yang rendah. Namun pada tahun 2013 Rouhani berhasil meraih lebih dari 70 persen suara.

Jika Rouhani bisa mengamankan periode keduanya--empat pendahulunya menjabat dua periode--ia disebut harus fokus untuk mewujudkan perbaikan pada janji ekonomi yang dibuatnya empat tahun lalu. Saat ini baru sebagian yang sudah tercapai.

Saat memerintah, Rouhani dinilai lebih berhasil membuat stabil ekonomi dibanding para pendahulunya. Ia juga sukses menekan inflasi yang merajalela.

Namun di lain sisi, kesepakatan nuklir Iran dianggap gagal mendatangkan investor asing. Pertumbuhannya masih lemah dan ada banyak orang kehilangan pekerjaan mereka. Pilpres Iran ini digelar bersamaan dengan pemilihan anggota parlemen dan dewan kota.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini